Pribadi Nabi, Teladani 7 Karakter Ini. Sebuah tulisan yang mencoba menggali kepribadian Nabi Muhammad SAW agar bisa diteladani umat manusia.
PWMU.CO – Di tengah krisis kepemimpinan dan identitas yang melanda bangsa ini, sungguh menarik membaca kembali sejarah Rasulullah SAW. Mungkin banyak sisi dari kepribadiannya yang belum kita ketahui. Atau barangkali pengetahuan kita tentang pribadi beliau sekadar keilmuan, tanpa kesungguhan menjadikannya teladan.
Maka sangat relevan mengenang kembali kepribadian Nabi Muhammad yang sangat menarik itu. Setidaknya ada enam karakter yang bisa kita eladani dari beliau.
Al-Amin
Inilah julukan yang diberikan penduduk Makkah kepada beliau. Al-Amin artinya yang dipercaya. Gelar ini diberikan karena kejujuran Nabi.
An-Nashr bin Al Harits, musuhnya, pernah menyaksikan dan mengakui kejujuran Muhammad SAW. ”Semasa dia muda kamu suka kepadanya lantaran dia paling jujur, paling lurus perkataannya, paling setia memegang janji.”
Abu Sufyan, musuh beliau juga waktu itu, pernah ditanya oleh Emperor Hiraclius, “Sebelum dia membawa seruan ini, pernahkah kamu kenal dia sebagai seorang pembohong?”
Jawab Abu Sufyan, “Tidak pernah sekali-kali.”
Bukti lain atas kejujuran beliau adalah dipercayakannya urusan perdagangan milik Khadijah, seorang saudagar kaya dan dihormati, kepada beliau.
Bersahaja
Beliau tidak mendapat harta waris yang melimpah. Ayahanda beliau, Abdullah, hanya meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Ayman.
Bahkan kesediaann beliau untuk mendapat upah dari menjalankan urusan dagang Khadijah ke Syam adalah berkaitan dengan kondisi ekonominya.
Inilah cuplikan percakapan beliau dengan Abu Thalib dan Khadijah soal itu. “Anakku”, kata Abu Thalib, “aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?”
“Terserahlah paman,“ jawab Muhammad.
Abu Thalib pun pergi mengunjungi Khadijah. “Aku dengar engkau mengupah orang dengan dua ekor unta. Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor.”
“Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai,” jawab Khadijah.
Berjiwa Pemimpin
Karakter ini beliau ditunjukkan sejak muda dengan kemampuan menggembala kambing.
Secara filosofis, mengembala kambing memiliki makna kepemimpinan. Beliau bersabda, “Nabi-nabi yang diutus oleh Allah adalah pengembala kambing. Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.”
Kisah itu bisa dibaca dalam buku Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad. Dalam Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam terdapat hadis lain berkaitan dengan ini, “Tidak ada nabi pun melainkan ia mengembala kambing.”
Ditanyakan kepadanya, “Termasuk engkau, wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW bersabda, “Ya, termasuk aku.”
Jiwa kepemimpinan Nabi terlihat ketika terjadi perselisihan peletakan Hajar Aswad antarkabilah Quraish tentang siapakah yang berhak meletakkannya.
Akhirnya seorang yang dituakan, Abu Umayyah bin Al Mughirah al Makhzumi, memberi alternatif bahwa yang berhak meletekkan batu itu adalah dia yang pertama kali masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa.
Ternyata yang pertama kali masuk adalah Muhammad SAW. Maka, dengan sangat fantastis, dia memberi terobosan penyelesaian masalah itu. Yakni dengan “melibatkan” seluruh kabilah atas peletakan Hajar Aswad dengan cara memegang ujung-ujung kain yang di tengahnya diletakkan batu itu. Dan akhirnya, beliau sendiri yang meletakkan batu tersebut pada bangunan Kakbah.
Kemandirian
Pribadi Nabi dalam kemandirian ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, kondisi beliau yang ditinggal oleh orangtuanya sebelum mengenalnya. Muhammad ditinggal ayahnya saat masih dalam kandungan dan ditinggal ibundanya saat masih kecil.
Tidak cukup itu, beliau ditinggal pula oleh kakeknya Abdul Muthalib, yang merawat sepeninggal ibundanya, saat masih berusia delapan tahun.
Keadaan yatim-piatu dan kehilangan kakek ini tentu menempa jiwa Muhammad untuk bersikap mandiri. Kedua, persentuhan beliau dengan dunia perdagangan mengandung makna tersendiri dalam potret kemandirian ini.
Seperti dikenal belakangan ini entrepreneurship (kewirausahaan) adalah dunia yang lekat dengan kemandirian karena pengambilan keputusan lebih bisa dilakukan secara mandiri dibanding dengan dunia birokrasi.
Sebelum menjalankan perniagaan Khadijah ke negeri Syam, Muhammad juga pernah berniaga dan berkongsi dengan seorang saudagar kecil bernama As Saa’ib bin Abis Saab seperti ditulis Hamka dalam Sejarah Umat Islam.
Clean
Muhammad bersih dari anasir-anasir tercela. Pertama, dia bebas dari penyembahan berhala. Salah satu fragmen percakapan Buhaira dengannya berikut ini menjadi salah satu argumennya.
“Hai anak muda, dengan menyebut nama Al Lata da Al Uzza aku bertanya kepadamu dan engkau harus menjawab aku tanyakan kepadamu.”
Buhaira bertanya seperti itu, karena ia mendengar bahwa kaum Rasulullah SAW bersumpah dengan Al Lata dan Al Uzza. “Jangan bertanya tentang sesuatu apa pun kepadaku dengan menyebut nama Al Lata dan Al Uzza. Demi Allah, tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya,” kata Muhammad.
Kedua, pribadi Nabi bersih dari pemikiran nafsu duniawi. Ketika beliau sedang mengembala kambing dengan seorang kawannya pada suatu senja, tiba-tiba terlintas dalam hatinya bahwa ia ingin bermain-main seperti pemuda-pemuda lain di gelap malam di Makkah.
Sesampainya di ujung Makkah, perhatian beliau tertarik pada suatu pesta perkawinan dan dia hadir di tempat itu. Tetapi tiba-tiba ia tertidur. Pada malam berikutnya dia datang lagi ke Makkah, dengan maksud yang sama. Terdengan oleh beliau irama musik yang indah. Ia duduk mendengarkan. Lalu tertidur lagi sampai pagi.
Muhammad tidak pernah minum khamr, tidak pernah makan daging yang disembelih atas nama berhala, dan tidak pernah menghadiri pesta-pesta yang diselenggarakan untuk berhala.
Beliau juga terjaga auratnya, bahkan sejak kecil tidak pernah telanjang kecuali pada suatu peristiwa yang akhirnya menyadarkannya kembali.
“Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraish mengangkat batu untuk satu permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami telanjang dan meletakkan bajunya di pundaknya (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.
Aku maju dan mundur bersama mereka, namun tiba-tiba seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan.
Ia berkata, ‘Kenakan pakaiannmu!’ Kemudian aku mengambil pakaiannku dan memakainya. Setelah itu aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan tidak seperti teman-temanaku.”
Pemberani
Pribadi Nabi Muhammad sangat pemberani, karena pada umur 14 tahun sudah ikut perang al-Fijjar, yaitu peperangan antara Quraish yang didukung Kinanah melawan Qais Ailan.
Dinamakan perang al-fijjar karena melanggar tanah suci dan bulan-bulan suci (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Dalam perang ini beliau berperan membantu mempersiapkan anak-anak panah untuk paman beliau. Dalam keterangan lain beliau ikut pula melemparkan panah.
Komunikator Ulung
Hamka menulis bahwa Muhammad kenal betul akan kesukaan dan pergaulan bangsa Arab, demikian juga langgam bicara tiap-tiap negeri Arab.
Tiap-tiap kabilah dilawannya berbicara menurut lidah kabilah itu! Perkataanya lemah manis tersusun dan tertib, berfasal, beratur, dapat dihafal dan dimenungkan, paham siapa yang mendengar, seakan-akan mutiara yang disusun layaknya.
Kata Aisyah: “Rasulullah tidak pernah bercakap berseloroh sebagai cakapku ini, perkataannya tersusun, berhujung dan berpangkal.”
Berkata Ibnu Abi Haalah, “Senantiasa dia berdukacita, selalu dia berfikir. Tak pernah senang diam, tidak dia bercakap kalau tidak perlu, panjang diamnya, dimulai perkataannya dan dikuncinya dengan teratur, perkataanya itu penuh berisi, tidak banyak bunga dan tidak terlalu ringkas, lemah manis tidak tegang dan tidak kendur.
Semoga, beberapa sisi kepribadian yang diungkap di atas bisa kita teladani! (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post