• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Pengemis: Diberi atau Tidak?

Rabu 2 September 2020 | 10:58
in Kolom
0
5.5k
SHARES
5.6k
VIEWS
Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Nur Cholis Huda: Pengemis: Diberi atau Tidak? (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Lhoironi/PWMU.CO)

Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

PWMU.CO – Di lampu merah sering menjadi tempat mangkal anak jalanan. Ada pengamen, pengemis, penjual asongan, pembersih kaca mobil, dan profesi anak jalanan lainnya. Lampu merah bagaikan kantor mereka mencari nafkah.

Yang paling susah itu menghadapi pengemis. Diberi atau tidak? Kalau profesi lain ditolak atau diberi tidak meningalkan beban. Tetapi pengemis? Diberi meninggalkan beban. Ditolak juga meniggalkan beban. Selalu ada konflik di hati.

Kalau diberi ada perasaan bersalah. Jangan-jangan ini bisa melestarikan “profesi” itu. Juga uang yang meskipun sering berupa recehan itu jangan-jangan tidak jatuh ke tangan pengemis tetapi ke tangan bosnya pengemis. Benarkah para pengemis di lampu merah itu dikendalikan dan dikuasai bosnya?

Perlakuan Manusiawi

Namun kalau tidak diberi kadang merasa bersalah. Jangan-jangan kita bakal termasuk pendusta agama. Pengemis secara khusus dalam al-Quran diminta kita perlakukan manusiawi, lembut, tidak kasar. “Faamassaaila fala tanhar. Adapun pengemis jangan pernah kamu bentak.”

Juga ada pesan bahwa jika mencintai Allah maka hendaklah kita membantu orang-orang lemah. Tuhan seakan menagih demikian:

“Kalau kamu mencitai Aku, mengapa engkau tidak menjenguk-Ku ketika Aku sakit? Mengapa engkau tidak memberi-Ku makan ketika Aku lapar? Tidak memberi salimut atau pakaian ketika Aku kedinginan?

Tuhan, bagaimana Engkau bisa sakit? Engkau bisa lapar? Engkau bisa kedinginan? Bukankah Engkau Maha segalanya?

Aku besama orang-orang malang yang sakit. Namun engkau membiarkan mereka terkapar sendirian. Kau tidak menjenguknya. Aku bersama orang-orang miskin yang kelaparan namun engkau tidak pedulikan. Aku bersama orang-orang yang kedinginan karena tidak punya selimut dan pakaian. Namun engkau membiarkan mereka dalam penderitaan.”

Kini pengemis itu berada di depan hidung kita. Dengan suara menghiba meminta belas kasihan. Tidak banyak yang diminta. Hanya uang recehan yang tidak membuat kita jadi miskin. Mengapa kita tidak peduli? Apalagi di antara mereka ada anak-anak usia sekolah. Mereka setiap hari bernafas dengan udara kotor dari polusi knalpot kendaraan yang behenti di lampu merah.

Pengemis Zaman Sekarang

Namun dunia pengemis sekarang tidak sederhana seperti pengemis zaman dulu. Tidak selalu karena miskin atau kebutuhan mendesak.

Baca Juga:  Hidup seperti Ngopi, meski Pahit Tetap Dinikmati

Di lampu merah daerah Surabaya, dulu ada seorang yang selalu hadir dengan duduk di sebuah becak. Dia parkir becaknya di tepi jalan berjarak sekitar lima meter dari lampu merah. Tidak pernah minta-minta. Hanya duduk diam di becaknya.

Dengan jarak dekat itu dia bisa mengawasi aktivitas anak-anak yang mengemis atau jual koran dan jualan barang lain. Apakah dia ini bos dari anak-anak kecil jalanan ini? Entahlah!

Jika benar dia bos dari para pengemis itu, maka uang kita jatuh ke bosnya. Tidak ke pengemis itu. Maka masihkah mereka perlu dibantu? Bukankah memberi bantuan sama dengan melestarikan budaya mengemis di tengah masyarakat? Melestarikan penyakit sosial?

Kawan saya tinggal di perkampungan padat di wilayah Kenjeran. Persis di sebelah rumah kawan itu tinggal seorang yang kerjanya sebagai pengemis. Dia seorang ibu dengan empat orang anak. Suaminya bekerja serabutan dan tidak tentu.

Setiap pagi ibu ini pergi ke tempat operasinya di daerah Surabaya Utara. Berangkat jam delapan pagi dan pulang jam empat sore. Hampir sama dengan jam kerja orang kantoran atau pekerja pabrik.

Suatu hari tercium bau masakan yang sedap sekali. “Mau ada tamu penting? Kok bau masak terasa lezat?” tanya saya.

“Tidak! Ini bau masakan dari rumah sebelah,” katanya.

“Lho, rumah ibu yang tiap hari mengemis?”

Di perkampungan padat, jarak antarrumah memang berdekatan sehingga masakan bisa tercium ke tetangga.

“Dia memang pengemis. Tetapi jangan remehkan uangnya. Setiap hari makannya mungkin lebih enak dari pada makan keluarga kami. Ketika mantu dia nanggap orkes. Hebat bukan? Jangan remehkan uang seorang pengemis,” cerita dia.

Pelanggan Pengemis

Saya punya pelanggan pengemis. Biasanya datang ke rumah rombongan empat orang ibu. Cara mintanya khas: “Assalamualaikum Bah. Ini empat orang!” suaranya nyaring.

Lalu kami beri uang dengan pesan, “Bagi rata ya. Jangan bertengkar!”

Lalu diterima salah seorang dan dimasukkan ke tasnya. Tidak dibagi. Rupanya dia semacam bagian bendahara.

Suatu hari saya tanya mengapa pilih mengemis, tidak bekerja biasa? Salah seorang menjawab, “Saya sudah pernah bekerja. Lalu saya keluar.”

“Bekerja di mana?”

“Di rumah makan. Di daerah basis angkatan laut. Saya bekerja di situ dua tahun,” katanya.

Baca Juga:  Idul Fitri tanpa Hari Raya dan Sejatining Nur

Lalu dia mengeluarkan kartu tanda masuk ke komplek itu. Memang kalau masuk ke daerah basis harus izin. Bagi mereka yang bekerja di tampat itu dia punya kartu khusus masuk. Dan pengemis punya kartu khusus itu. Tandanya setiap hari dia masuk daerah basis itu.

“Mengapa keluar?”

“Bayarannya sedikit”

“Lebih banyak hasil mengemis?”

Dia mengangguk sambil tertawa.

“Meskipun hasilnya sedikit tapi lebih terhormat daripada mengemis,” kata saya sambil menekankan kata terhormat.

Entah apa sebabnya, sejak hari itu mereka tidak pernah lagi muncul di rumah. Semoga karena berhenti mengemis, bukan pindah operasi di daerah lain.

Pengemis Ganti Baju

Kasus lain. Setiap hari seorang pria masuk ke sebuah masjid besar yang beada di tepi jalan raya. Pria itu lalu markir sepeda motornya. Dia masuk kamar mandi lalu ganti pakaian yang kumal ditutupi jaket, kemudian naik becak.

Sore hari pria itu datang. Ganti pakaian di kamar mandi, lalu mengambil motornya. Demikian berlangsung beberapa bulan.

Penjaga masjid itu akhirnya tahu, entah dari mana, bahwa pria itu adalah pengemis. Maka suatu hari kamar mandi dia kunci. Ketika pria pengemis itu datang dia tidak bisa ganti pekaian di kamar mandi.

Dia lalu marah-marah. “Mengapa kamar mandi dikunci? Masjid ini milik umat, milik masyarakat. Bukan milik penjaga masjid!” serunya.

Dengan tenang penjaga masjid itu menjawab, “Masjid memang milik umat. Tetapi masjid bukan tempat pengemis ganti pakaian dan meletakkan kendaraan.”

Pengemis itu terdiam lalu pergi. Dan sejak itu dia tidak pernah datang lagi.

Difabel Berkarya

Kembali ke soal pengemis. Diberi atau tidak?Saya dalam soal ini sering tidak istikamah. Maksudnya sering berubah sikap. Kadang memberi kadang tidak.

Ketika yang muncul logika lebih kuat dari pada perasaan maka saya tidak memberi kepada pengemis. Termasuk kepada pengemis yang cacat tubuh atau disabilitas/difabel (keterbatasan diri) 

Saya segera teringat Irma Suryani dari Kebomen, Jawa tengah. Dia dan suami sama-sama cacat tubuh. Sejak kecil kena polio.

Tetapi dia tidak mengemis. Malahan mampu memberi pekerjaan kepada orang-orang cacat, kepada TKI yang pulang, anak jalanan, mantan PSK yang tobat, waria, dan orang normal yang butuh pekerjaan. Yang ditolong sampai 60 ribu orang di berbagai daerah.

Baca Juga:  Kenangan Manis bersama Mohammad Nadjikh

Dia meproduksi keset, dari bekas kain perca. Keset itu sangat laris. Dieskpor ke banyak negara sampai sering kuwalahan. Seperti ke Australis, Jepang, Turki dan lainnya. Di belakang rumahnya dibangun asrama untuk anak-anak cacat dari berbagai daerah. Ada sekitar 300 orang dididik dengan gratis.

Jika ada pengemis datang ke rumahnya, Irma akan bicara keras kepada mereka. Termasuk kepada pengemis cacat. Dia tunjukkan bagian tubuhnya yang cacat.

“Lihat ini. Kita sama-sama cacat. Kamu membuat orang cacat menjadi rendah dan hina karena mengemis. Kamu mengemis karena malas, bukan karena tidak bisa bekerja. Kalau kamu mau kamu bisa tinggal di sini saya latih bekerja. Gratis!”

Pemgemis itu biasanya menunduk lalu pergi. “Tidak ada pengemis berani datang ke rumah ini,” katanya tertawa ketika saya mengunjungi rumahnya.

Pengemis Berdasi

Kalau logika lebih dominan maka saya tidak memberi. Tetapi kalau perasaan yang muncul lebih dominan, saya memberi pengemis. Perasaan itu muncul lebih dominan ketika pengemis itu anak-anak usia sekolah. Sering mereka tanpa alas kaki. Duh Gusti. Padahal dia dulu dilahirkan merdeka, sama seperti kita.

Maka ketika memberi saya sertai niat dalam hati: Ya Allah. saya tidak bermaksud melestarikan kebisaan mengemis. Saya juga tidak berniat memberi uang kepada bosnya. Saya hanya ingin memberikan sedikit kesenangan pada hati anak yang malang ini.

Soal uang recehan ini jatuh ke tangan bosnya atau orang tuanya saya tidak tahu. Yang pasti dia gembira ketika menadahkan tangan dan saya memberi. Hanya ingin menggembirakan hati anak ini walaupun hanya beberapa detik.

Sikap tidak istikamah memang tidak baik. Saya menyadari ini kelemahan. Saya akan berlatih istikamah tidak memberi. Saya berlatih istikamah berpikir logis.

Dan kita berharap ada perhatian yang lebih dari pemerintah terhadap anak jalanan ini. Bukan razia tetapi diatasi masalahnya. Di banyak negara tidak ada pengemis. Tapi di negara kita mengemis masih menjadi mata pencaharian.

Mereka memang miskin. Namun sebelum miskin harta terlebih dahulu miskin hati. Ini termasuk para pengemis berdasi. Yang ada di balik meja birokrasi. Yang menggadaikan harga diri. Bahkan menjualnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Nur Cholis Hudapengemis
Share2189SendTweet1368

Related Posts

Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Headline

Ahlan wa Sahlan 2021: Kejar Amal Baik, Bukan Nama Baik

Rabu 30 Desember 2020 | 14:26
62.9k
Balasan bagi yang Menyakiti Ulama
Headline

Balasan bagi yang Menyakiti Ulama

Jumat 25 Desember 2020 | 10:00
10.9k
Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Headline

Hari-Hari Sulit bagi Muhammadiyah

Senin 16 November 2020 | 05:49
8.6k
Mohammad Natsir Bapak NKRI. Ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur; penulis buku-buku inspiratif.
Featured

Mohammad Natsir Bapak NKRI

Selasa 3 November 2020 | 13:55
19k
Opini Ringan Berbobot, Baca Karya Nur Cholis Huda
Kabar

Opini Ringan Berbobot, Baca Karya Nur Cholis Huda

Sabtu 24 Oktober 2020 | 20:11
294
Pak AR, Pak Harto, dan Muhammadiyah
Featured

Pak AR, Pak Harto, dan Muhammadiyah

Rabu 21 Oktober 2020 | 15:15
6.8k
Next Post
Sekolah Muhammadiyah di Ambon, Guru dan Siswanya Kristen

Sekolah Muhammadiyah di Ambon, Guru dan Siswanya Kristen

Pidato lengkap pengukuhan Abdul Mu'ti sebagai Guru Besar Bidan Imu Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (2/9/2020).

Pidato Lengkap Pengukuhan Prof Abdul Mu'ti: PAI yang Pluralistis

ntoleransi ekonomi dalam pidato Abdul Mu'ti.

Intoleransi Ekonomi dan Budaya Sekuler Daya Rusak Rakyat Paling Tinggi

Membenturkan Muhammadiyah dengan NU adalah warisan dan cara kolonial, kata Abdul Mu'ti.

Membenturkan Muhammadiyah dengan NU Itu Warisan Kolonial

Jenderal Nasution bersama Nikita Khrushchev. (rbth)

Jenderal Nasution di Mata Khrushchev

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa
Ngaji Hadits

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa

Jumat 22 Januari 2021 | 09:06
310

Potret udara soal kerusakan kantor Gubernur Sulawesi Barat yang diguncang gempa (Foto dok CT Arsa sumber detik.com) Musibah, Cara Allah...

Read more
Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
806

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
238

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
398

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more

Berita Terkini

Menimbang Umrah di Masa Pandemi

Minggu 24 Januari 2021 | 19:59
SMP Mutu Surabaya Gelar Webinar Kepemimpinan

SMP Mutu Surabaya Gelar Webinar Kepemimpinan

Minggu 24 Januari 2021 | 18:55
Smadiga Gresik, Satu Bulan Satu Pelatihan

Smadiga Gresik, Satu Bulan Satu Pelatihan

Minggu 24 Januari 2021 | 16:14
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.

Madam Bansos, Anak Pak Lurah, dan Monyet Koruptor

Minggu 24 Januari 2021 | 15:13
Ahli bicara: Covid-19: Penularan dan Ikhtiar Mencegahnya. Artikel ini ditulis oleh Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt dari Universitas Indonesia.

Menjawab Teka-teki dan Pro-Kontra Vaksin Covid-19

Minggu 24 Januari 2021 | 09:54
Taubat Jusuf Kalla

Taubat Politik Jusuf Kalla

Minggu 24 Januari 2021 | 05:38
3 rumus diet alami

3 Rumus Diet Alami Turunkan Berat Badan, Efektif 100 Persen Berhasil

Minggu 24 Januari 2021 | 04:36
Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Sabtu 23 Januari 2021 | 20:29
Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Sabtu 23 Januari 2021 | 18:12
Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Sabtu 23 Januari 2021 | 15:26

Berita Populer Hari Ini

  • Masjid At-Taubah Surabaya Peduli Bencana

    Masjid At-Taubah Surabaya Peduli Bencana

    24495 shares
    Share 9798 Tweet 6124
  • Taubat Politik Jusuf Kalla

    7110 shares
    Share 2844 Tweet 1778
  • Resmikan Sekolah Riset Smamio Gresik, Ini Harapan Haedar Nashir

    6368 shares
    Share 2547 Tweet 1592
  • Salihi Saleh, Bendahara PWM Sulbar Meninggal Menyusul Istrinya

    4574 shares
    Share 1830 Tweet 1144
  • TVMu Jatim Stasiun Mugeb Gresik Diresmikan

    5734 shares
    Share 2294 Tweet 1434
  • Smamio Campus Tour Virtual Libatkan Alumni di 30 PT Favorit

    4475 shares
    Share 1790 Tweet 1119
  • Anggota DPR RI Resmikan PLTS Smamio

    5268 shares
    Share 2107 Tweet 1317
  • 3 Rumus Diet Alami Turunkan Berat Badan, Efektif 100 Persen Berhasil

    2958 shares
    Share 1183 Tweet 740
  • Ikhtiar Medis dan Teologis Bebas Covid

    3233 shares
    Share 1293 Tweet 808
  • Milad Ke-6, Smamio Resmikan 3 Ikon Sekolah

    2535 shares
    Share 1014 Tweet 634
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama