PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA merasakan sangat kehilangan atas wafatnya Prof HA Malik Fadjar MSc, Senin (7/9/2020) di Jakarta.
“Kita sangat kehilangan tokoh besar dengan wafatnya beliau. Selamat jalan Pak Malik, husnul khatimah, husnul khatimah, dirahmati dan diampuni Allah. Semoga dan semoga,” ucap Saad Ibrahim yang disampaikan pada PWMU.CO, Senin malam.
Menurut Saad Ibrahim, ada empat peran almarhum yang tidak bisa dia lupakan. Pertama, Malik Fadjar adalah tokoh pendidikan Islam.
“Tidak sekadar pemikiran, tapi konkrit kiprah kependidikannya. Mulai sebagai guru sekolah dasar sampai menjadi Rektor UMM dan UMS,” ujarnya.
Malik Fadjar memang pernah menjadi rektor di dua kampus. Yaitu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 1983-2000 dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995.
Kiprah Malik Fadjar di dunia pendidikan dimulai pada 1959 sebagai guru di daerah terpencil yaitu di Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Setelah itu, pada tahun 1960-1963 dia mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB.
Lalu pada 1972 menjadi dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang dan dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM hingga 1983.
Kedua, Malik Fadjar merupakan penggerak kemajuan Muhammadiyah. “Terutama melalui UMM, yang menjadi besar dan berkemajuan melalui tangan dingin beliau,” ujarnya.
Di tangan Malik Fadjar, UMM yang semula tak begitu dipandang menjadi kampus yang amat disegani di kancah nasional dan internasional.
Itulah yang membuatnya dipercaya sebagai Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie pada 1998-1999 dan Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri tahun 2001-2004.
Malik Fadjar juga pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang saat itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.
Peduli Orang Kecil
Ketiga, Malik Fadjar sangat peduli dan perhatian pada orang-orang kecil. “Beliau sangat perhatian pada orang-orang kecil, di kampus maupun di luar kampus,” kenang Saad Ibrahim yang bertempat tinggal di Malang.
Keempat, pengabdian Malik Fadjar tak pernah berhenti bahkan di usia senjanya. “Beliau itu energik sampai di usia senja,” kata Saad Ibrahim.
Pada usia 80 tahun pria kelahiran 22 Februari 1939 itu masih menjabat Dewan Pertimbangan Presiden 2014-2019 di Kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Selamat jalan Pak Malik Fadjar! (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.