Tafsir Logo dan Tema Milad Ke-108 Muhammadiyah ditulis oleh Hendra Hari Wahyudi, Aktivis Kokam Kabupaten Lamongan.
PWMU.CO – Baru saja Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan logo dan tema Milad Ke-108 Muhammadiyah. Temanya “Meneguhkan Gerakan Keagamaan, Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri”.
Tiga poin tajuk milad tersebut sudah menjadi representasi Persyarikatan sejauh ini, di mana Muhammadiyah selalu memberikan perannya dalam mengatasi serta memberi solusi bagi negeri.
Meneguhkan Gerakan Keagamaan
Muhammadiyah yang lahir dari rahim ketauhidan dan pengetahuan, membuat setiap gerak langkahnya selalu berlandaskan pada keimanan serta dibarengi dengan ilmu. Keteguhan Persyarikatan sudah terlihat sedari saat proses berdirinya, di mana meluruskan kiblat masjid serta memerangi tahayul, bidah, dan khurafat menjadi awal dakwah KH Ahmad Dahlan waktu itu.
Saat itu KH Ahmad Dahlan sampai dikucilkan oleh masyarakat sekitar, bahkan orang terdekatnya (keluarga) karena keteguhan hatinya. Hal ini diadopsi Muhammadiyah hingga usianya yang genap 108 tahun Masehi pada 18 Noveber 2020. Jika bukan karena teguhnya hati, maka KH Ahmad Dahlan mungkin akan goyah dan menyerah dalam merintis perjuangan dakwahnya.
Dalam peluncuran itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan, tema itu mempertegas gerak, sikap, dan kebijakan Muhammadiyah dalam menghadapi keragaman paham, pandangan, dan orientasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang.
Jika kita menoleh ke belakang, kita bisa melihat bagaimana keragaman paham pandangan tentang beragama di tubuh Muhammadiyah. Contoh yang paling dekat salah satunya saat imbauan untuk melaksanakan salat Idul Fitri di rumah saat pandemi Covid-19, ternyata tidak diikui seluruh warga.
Maka Muhammadiyah perlu untuk mempertegas dan meneguhkan lagi sikap keagamaan dalam kebijakannya. Agar seluruh warga Persyarikatan menjadi satu barisan yang kokoh, sebagaimana firman Allah dalam surah ash-Shaff ayat 4.
Menghadapi Pandemi dan Masalah Negeri
Sebagai bangsa yang besar, sudah pasti Indonesia memiliki banyak masalah yang melanda. Bukan hanya soal ekonomi, kemasyarakatan, bahkan pandemi Covid-19 yang hingga kini masih melanda negeri.
Muhammadiyah tidak cuma berbicara. Sedari awal Muhammadiyah turun tangan menghadapi pandemi. Membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) adalah wujud nyata peran Persyarikatan dalam bertaawun bagi negeri.
Belum lagi ada puluhan rumah sakit milik organisasi yang didirikan di Kauman Yogyakarta tersebut yang yang selalu siap menangani pasien Covid-19.
Bukan hanya itu, seluruh lembaga dan organisasi otonom juga ikut peran serta berlomba-lomba dalam kebaikan. Mulai dari Lazismu hingga MDMC seakan menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan di masa pandemi ini.
Hal ini menjadi ladang amal bagi Muhammadiyah, di mana Muhammadiyah tidak menengadahkan tangan, namun ikut turun tangan. Hingga pada 13 Oktober 2020, MDMC (Muhammadiyah, Muhammadiyah Disaster Management Center) mendapatkan penghargaan dari Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) karena perannya dalam pengurangan resiko bencana.
Beberapa masalah dari ekonomi, politik, dan persoalan bangsa yang kompleks, Muhammadiyah tidak hanya duduk manis. Sedari zaman sebelum merdeka, Muhammadiyah sudah turut aktif dalam memberikan sumbangsihnya pada negeri.
Sebagaimana baru saja terjadi, relawan Muhammadiyah turut serta siaga untuk dalam aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja. Namun sayang, empat orang relawan malah menjadi korban oknum keamanan sebagaimana isi pernyataan pers dari MDMC (13/10/2020).
108 Tahun Muhammadiyah Berbakti
Dilihat dari berbagai macam perannya, tema yang di usung dalam milad ke-108 ini sudah sebagaian besar telah dilakukan Muhammadiyah. Maka apa yang sudah diberikan Persyarikatan bagi negeri, bak sinar sang surya, hanya memberi tak harap kembali.
Dalam angka 108 ahun terkandung makna-makna simbolis. Angka satu yang menjadi simbol gelombang gerakan Muhammadiyah yang menjadi pelopor kebaikan dan kebangsaan yang menjadi penanda zaman pada era sekarang dan seterusnya. Itu merupakan keistikamahan Persyarikatan dalam berbakti bagi negeri. Angka satu juga bisa di artikan sebagai ketauhidan yang menjadi landasan gerak langkah Muhammadiyah.
Angka nol merepresentasikan sang surya, bak matahari yang tidak lelah menyinari yang menjadi solusi di tengah kegelapan atau awan yang menyelimuti. Juga bisa dimaknai kebulatan tekad Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi dan masalah negeri, tentunya dengan mengambil peran didalamnya.
Angka delapan berbentuk dua lingkaran tak terbatas yang menjadi penyemangat gerakan keagamaan untuk selalu berbuat baik tanpa batas suku, agama, ras untuk kebangsaan Indonesia. Juga menegaskan bahwa kehadiran Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam yang rahmatan lil alamin.
Oleh karenanya, tema “Meneguhkan Gerakan Keagamaan, Menghadapi Pandemi dan Masalah Negeri” merupakan gerakan dakwah yang memberikan pencerahan bagi bangsa. Serta turut serta dalam memajukan Indonesia melalui berbagai amal usahanya. Karena sejatinya, Muhammadiyah adalah penghambaan pada Ilahi Rabbi, dan bergerak dan selalu memberi untuk negeri. (*)
Tafsir Logo dan Tema Milad Ke-108 Muhammadiyah; Editor Mohammad Nurfatoni.