MDMC dikenal juga dengan nama Lembaga Penangulangan Bencana (LPB). – Guru Hebat, Mendidik dengan Hati. Suatu hari ada seorang anak yang selalu dimarahi gurunya karena datang terlambat ke sekolah. Ia menerima pukulan di tangannya.
Hingga tiba saatnya suatu pagi, sang guru menemukan anak tersebut sedang mengantar koran ke rumah para pelanggan menggunakan sepeda untuk biaya sekolah. Guru itu akhirnya sadar dan memeluk siswanya saat bertemu di sekolah.
Video singkat tersebut mengawali motivasi Nurul Wafiyah MPd, anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik, Sabtu (10/10/2020). Ia kemudian meminta peserta Forum Sabtuan SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik untuk memberikan tanggapan terhadap video itu.
Vidoe itu mengingatkan salah satu guru, Nisfil Mafidah SPd, akan kehidupan masa lalunya. Ia mengatakan, selama keinginan belajar masih tertanam kuat, meski terus tersakiti, seseorang akan terus menuntut ilmu. “Dan bagi guru, jangan mudah men-judge siswa, tanya dulu alasannya,” ujarnya sambil terisak menahan tangis.
Menurut Nurul Wafiyah, masing-masing siswa mempunyai latar belakang berbeda, yang tidak bisa kita samakan. “Kita tidak bisa menuntut mereka mencapai sebuah titik yang sama, mempunyai sikap yang sama, semuanya,” ujarnya.
Mungkin menurut kita, lanjutnya, semuanya harus baik. “Itu tuntutan kita sebagai guru. Kita ingin mereka seperti yang kita sampaikan,” kata dia.
Ia menuturkan, semua siswa dilahirkan dengan cara dan kelebihan mereka sendiri. Kalau kita tidak mendidik dengan hati, kita tidak bisa melihat ada apa di balik kepribadian setiap anak.
“Apalagi masa PJJ saat ini. Dalam kondisi tatap muka pun kalau kita mendidik dengan hati, kita tidak dapat melihat kondisi tiap siswa,” tegasnya.
Jadi, kata dia, mengajar itu sebenarnya pekerjaan hati. “Kalau hanya sekadar mentransfer atau memberikan materi, di google banyak,” sindirnya.
Ia menambahkan, ketika Allah menakdirkan kita sebagai guru, maka kita berada di titik yang luar biasa. “Ketika kita menyampaikan kebaikan kepada siswa, lalu siswa kita melakukannya dan ditiru orang lain maka dalam tidur pun amal jariyah itu terus mengalir,” paparnya.
Nurul Wafiyah mengingatkan, ketika kita masih meragukan profesi ini atau masih setengah hati menjalani pekerjaan ini, maka ayo berkaca lagi. “Ingat di setiap siswa kita ada kebaikan,” tegasnya.
Ia meyakini selama kita menjalani tanggung jwab dan kebaikan ini dengan ikhlas, Allah akan mencukupkan. “Kebahagiaan yang luar biasa ketika kita menjelaskan di depan kelas kemudian siswa kita mengatakan ‘yes saya paham’, saya mengerti,” ungkapnya.
Sebagai guru, kata Nurul Wafiyah, kita ingin dikenang sebagai guru yang apa. Ingat, apa yang pernah kita sampaikan kepada siswa akan sampai ke struktur kognisi bawah sadarnya.
“Maka jangan pernah kita menyampaikan sesuatu yang itu menyakiti hati siswa dan itu akan mereka ingat seumur hidup. Mereka akan mengingatnya walaupun mereka memaafkan,” jelasnya.
Ia mengajak peserta untuk mengoptimalkan sebagai seorang guru. “Jalani saja, biar Allah yang menyelesaikan sisanya,” kata dia.
Great Teacher
Menjadi seorang great teacher bukanlah hal yang mudah. Nurul Wafiyah menjelaskan, seorang great teacher harus mempunyai tipe pembelajar.
“Banyak membaca pendidikan, sering diskusi dengan guru-guru hebat, sering membaca kisah guru sukses,” ujarnya memberi contoh.
Menurutnya, tidak semua orang bisa seperti itu. Pertama, ada yang merasa sudah cukup pintar sehingga menutup dirinya, karena baginya hanya ia sendiri yang paling paham. Padahal kosong di dalamnya.
Kedua, ada guru yang terbuka, dia mau mendengarkan tapi tidak dimasukkan di hati. “Jadi bocor. Halah paling yo wes ngunu iku,” ungkapnya.
Ketiga, ada yang seperti gelas penuh isi, tapi tidak mau menerima yang baru.
Keempat, jadilah seperti gelas yang kosong tapi terbuka. “Seberapa pun ilmu kita kalau hari ini kita niatkan belajar, maka terimalah hal baik,” ujarnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.