PWMU.CO – Nyaris seperti naluri, kita langsung mencari tanda panah arah kiblat begitu masuk kamar hotel atau penginapan. Pantas disyukuri, kebanyakan penginapan memasang tanda arah kiblat ini, baik di langit-langit maupun di meja atau laci. Tanda panah ini sangat membantu, karena kita pingin arah menghadap yang akurat untuk sholat.
Kebiasaan langsung mencari arah kiblat ini tentu kebiasaan yang baik. Karena, arah sholat memang lurus ke kiblat di Makkah, mematuhi perintah Rasulullah saw. Meskipun, ada ayat yang menyebut “ke manapun kamu menghadap maka di situlah wajah Allah” (Al Baqarah: 115), namun ini bukan pembenaran boleh menghadap sembarangan ketika sholat.
(Baca: Dua Versi Pandangan tentang Arah Kiblat, Anda Pilih Mana?)
Cukup mengherankan, kita tak pernah menemui tanda arah kiblat di rumah-rumah kaum muslim. Alasannya mungkin jelas. Yakni, kita merasa sudah tahu arah kiblat. Biasanya sajadah kita arahkan ke barat, dimencongkan sedikit ke utara. Menghadap agak ke barat laut. Dan, kita merasa yakin, bahwa arah itu sudah cukup akurat ke arah Kakbah.
Betulkah? Untuk meningkatkan kualitas sholat, keakurasian “sajadah mencong sedikit ke barat laut” perlu dipikir ulang. Kemungkinan tidak akurat beberapa derajat sampai sekian puluh derajat sangat mungkin terjadi. Sebab, untuk menentukan arah barat yang pasti pun kita tak bisa hanya mengandalkan ilmu kira-kira. Apalagi dengan menggesernya sedikit ke arah barat laut. Kalau menentukan barat saja tidak pas, apalagi memencongkannya. Konon, karena jarak Indonesia dan Makkah cukup jauh, maka melenceng satu derajat sama dengan meleset sekitar 100 km (misalnya, Surabaya ke Makkah berjarak lebih dari 8.555 km).
(Baca juga: Kakbah dan Doa Aneh Umar bin Khattab)
Tentu baik jika kita juga mulai merintis memasang tanda arah kiblat di rumah masing-masing. Termasuk di kamar menginap untuk tamu. Sehingga, kita selalu akurat ketika menghadapkan wajah ke kiblat saat sholat. Untuk warga Muhammadiyah, tentu mengakuratkan arah kiblat ini bagian dari sejarah rintisan pembaruan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan. Alangkah baik dan bermanfaat, bila kebiasaan ini diteruskan justru di rumah-rumah kita.
Dalam sejarah awal Islam, penentuan arah kiblat ke Kakbah ini juga bagian dari saat bersejarah. Yakni, ketika Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah untuk memindahkan arah menghadapkan wajahnya, saat salat dhuhur, dari Baitul Maqdis di Al Quds (Jerusalem) ke Kakbah di Makkah. Sangat dikenal tempat bersejarah ini adalah Masjid Qiblatain (dua kiblat); sebelumnya bernama Masjid Bani Salamah.
(Baca juga: Belum Yakin Arah Kiblatmu? Hari Ini Waktu Terbaik Meluruskannya secara Manual)
Untuk menentukan arah kiblat, sudah banyak metode gratisan di internet. Ada qiblalocator.com, eqibla.com, atau juga qibla pointer. Ada pula cara menentukan arah kiblat dengan manual, mengikuti tanggal tertentu, ketika matahari tepat di atas Kakbah. Setiap tahun berulang. Menurut situs al-habib.info, saat matahari tepat di atas Kakbah disebut pada 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Makkah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27.
Bagi yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB. Untuk waktu tepat mahatari di balik Kakbah adalah 28 November 21:09 GMT (29 November 4:09 WIB atau 6:09 WIT) dan 16 Januari jam 21:29 GMT (17 Januari 4:29 WIB atau 6:29 WIT). Seperti diketahui, kalau ada bayangan di belakang, misalnya tongkat, berarti kakbah lurus di depan bayangan itu.
Ayo kita pasang tanda panah arah kiblat di rumah masing-masing. Makin akurat, makin sempurna tiang agama kita. (*)
Catatan A Rohman Budijanto, wartawan senior, Penasihat Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim