PWMU.CO – Semua Hal Bisa Menjadi Madrasah. Semua tempat, waktu, dan pelajaran bisa menjadi madrasah. Itulah yang disampaikan Dr HM Saad Ibrahim MA pada kegiatan Webinar Madrasah Muhammadiyah Jawa Timur yang diselenggarakan Foskam (Forum Silaturrahim dan Komunikasi Kepala Sekolah Muhammadiyah) Jatim melalui Zoom, Sabtu (24/10/20).
Untuk mendukung pernyaaannya itu, Saad Ibrahm menguraikan makna madrasah dalam tata bahasa Arab. “Mengacu pada nama madrasah, berasal dari fiil madhi ‘darasa‘, masdar ‘darsan‘, masdar mim ‘madrasah‘ yang berarti pelajaran,” papar Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.
Madrasah, lanjutnya, merupakan isim makan, yaitu tempat untuk belajar. Madrasah juga berarti isim zaman yang artinya waktu untuk belajar.
“Berarti ada proses yang kemudian menghasilkan darsan. Lalu ada sekolah dalam konteks ruang dan waktu. Di dalam istilah ini tidak muncul guru, yang muncul adalah daarisun (yang belajar). Tidak muncul mudarris ,” paparnya.
Menurut Saad Ibrahim, makna dari ketiga konsep tersebut adalah madrasah lebih meletakkan pada prinsip supaya setiap individu memiliki kemuan keras untuk belajar.
Sebagai kelanjutan dari madrasah, sambungnya, muncul istilah guru dan murid. Guru itu bisa dalam konteks person (orang yang mengajar) dan bisa juga alam semesta yang menjadi guru.
Murid, artinya orang yang punya kehendak. Murid madrasah berarti orang yang punya kehendak terhadap pelajaran, orang yang menempati ruang untuk belajar, orang yang berkehendak menggunakan waktunya untuk belajar.
“Jika paradigma ini menjadi bagian penting dari warga Muhammadiyah, maka semua tempat, waktu, dan pelajaran bisa menjadi madrasah,” terangnya.
Saad menjelaskan, dalam kehidupan era industri 4.0, pelajaran bisa didapatkan dari mana saja, sehingga tantangan madrasah akan semakin kompleks.
“Jangan dibatasi ruang, waktu, maupun pelajaran formal (kurikulum). Kita bisa mendapatkan pelajaran dari mana saja, tanpa dibatasi ruang kelas, seperti kondisi dalam konteks Covid-19 saat ini, dapat memberi pelajaran kepada kita,” ujar Saad.
Madrasah Hebat
Saad menegaskan madrasah bisa disebut hebat dan bermartabat jika memiliki jaringan-jaringan global dan nantinya lulusan yang dihasilkan dari madrasah tersebut bisa menjadikan orang berpikir secara global.
Dia memberi contoh dalam konteks bahasa, apabila madrasah yang masuk enam hari dalam sepekan menggunakan tiga bahasa pengantar, yaitu dua hari bahasa Indonesia, dua hari bahasa Arab, dua hari bahasa Inggris, lulusan madrasah tersebut telah memiliki sarana atau media untuk membangun jaringan global.
Dia juga menyampaikan bahwa kehebatan suatu lembaga tidak selalu serta merta dapat dilihat saat itu juga, melainkan bisa dilihat saat para alumninya mencapai kesuksesan.
“Kehebatan lembaga kita tidak selalu dilihat sekarang, tapi kemudian dimainkan oleh alumni-alumninya lalu orang menyadari betapa hebat gurunya yang telah melukis ke canvas mindset siswanya yang akhirnya bisa berkiprah secara internasional,” tegasnya. (*)
Penulis Mar’atus Sholichah. Editor Mohammad Nurfatoni.