Buzzer dan Influencer sang Bupati oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO– Saya hampir menulis profil seorang bupati yang hebat berdasar WA yang saya terima dari WA group keluarga besar. Isinya memang dahsyat. Katanya: Betapa beruntungnya kabupaten kita. Dikaruniai seorang pemimpin yang hebat. Punya prestasi segudang.
Bupati yang sangat perhatian kepada rakyatnya. Setiap Jumat selalu berkeliling dari masjid ke masjid. Menjadi khotib dan langsung blusukan ke rumah warga-warga sekitar terutama yang tidak mampu.
Jika mendapati rumah yang tidak layak, langsung meminta stafnya untuk merenovasi. Biayanya? Dari baitul maal yang dikumpulkan dari urunan seluruh karyawan di kabupaten yang dipimpinnya.
Dia sendiri memberikan teladan. Tak pernah mengambil gajinya. Dia memang berlatar belakang pengusaha. Sudah kaya raya sebelum menjadi bupati.
WA itu diakhiri dengan kata-kata begini: semoga menjadi contoh pemimpin di negeri ini.
Dahsyat kan? Saya hampir menuliskannya. Siapa tahu bisa benar-benar menjadi teladan bagi yang lain pada saat kita mengalami defisit keteladanan. Sayangnya, baru mengonfirmasikan ke beberapa kawan yang menjadi penduduk di kabupaten tersebut, langsung banyak yang mengatakan tidak.
”Malah nanti bisa ditertawai, Mas,” katanya. Sebab, kata dia, kenyataannya tidak begitu. ”Dia memang ikut trend menggunakan banyak buzzer dan influencer,” katanya.
Memaksakan Citra
Mengapa memilih trend memaksakan citra? Mengapa tidak apa adanya? Bukankah yang dipentingkan oleh rakyatnya bukan citra. Melainkan kenyataannya.
Mengapa tidak lebih baik menjadi pemimpin seperti Khalifah Umar bin Khattab yang tiap malam mengintip rumah penduduk untuk memastikan rakyatnya tidak ada yang kelaparan?
Jika dia mendapatinya, dia sendiri yang memanggul beras untuk diberikan langsung kepada penduduk yang merintih kelaparan itu.
Sekali lagi bukan citra yang dibutuhkan. Tak perlu buzzer atau influencer, tapi bekerja yang sungguh-sungguh dengan penuh keikhlasan.
Kelak, rakyat pasti mengapresiasinya. Rakyatlah the best buzzer and influencer. Mereka yang akan menyiarkan ke mana-mana. Bukan yang bayaran. Lebih orisinal dan genuine. Salam!
Editor Sugeng Purwanto