Berpulang, Kak Hadian Tinggalkan Buku ‘Nyai Walidah’ untuk Milad Ke-108 Muhammadiyah.
PWMU.CO – Ratusan chat Whatsapp (WA) yang masuk tak sempat kubaca karena seharian, Jumat (30/10/20), full aktivitas. Malamnya baru kusempatkan untuk membaca semuanya. Tiba-tiba pesan baru dari Kak Hadian Maryadi muncul. Intinya dia ingin aku memberikan pendapat tentang buku barunya, Kisah Siti Walidah/Nyai KH Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional dan Pelopor PAUD di Indonesia.,
“Apakah besok Ustadzah ada di rumah?,” tanyanya yang kujawab bahwa agenda kegiatanku masih padat merayap.
“Gini aja kak, kita ketemu di Siwalan aja nggeh lebih dekat kediaman njenengan,” usulku.
“Baiklah insya Allah kita ketemu besok,” jawab dia dengan suka cita.
Esok harinya ternyata Allah SWT belum mengizinkan kami bertemu. Dia pun memberikan kabar, memohon maaf, dan kemudian memberiku draf buku Nyai Walidah untuk kupelajari. Kubaca buku yang siap dicetak besok pagi itu kemudian kuberikan testimoni
“Malam ini saya tunggu Ustadzah ya karena besok pagi sudah harus naik ke percetakan,” tulis Kak Hadian di room chat WA.
Aku pun menjawab, “Insyaallah.” Padahal belum yakin bisa menyempatkan mengingat jadwal seharian ini lumayan tinggi hingga malam hari.
Waktu terus bergulir, hingga malam menjelang tidur, aku menyempatkan buka aplikasi WA untuk membaca beberapa pesan yang masuk. Saat itulah aku teringat ada tugas yang belum kutengok sama sekali yaitu ‘tugas’ membaca buku.
Kado untuk Milad Muhammadiyah
Aku klik nama Kak Hadian kemudian kuklik draf buku Nyai Walidah. Kubaca perlahan-lahan dan tak terasa ada air mataku menetes. Aku terharu membaca setiap detail kisah perjuangan istri pendiri Muhammadiyah, seorang tokoh wanita pertama Indonesia yang membangun peradaban manusia dengan mendirikan lembaga pendidikan anak usia dini.
“Buku ini aku dedikasikan untuk kado Milad Muhammadiyah ke-108 dan pastinya untuk bacaan anak-anak usia dini agar mengenal pahlawan nasional dan pelopor PAUD di Indonesia yaitu Nyai Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan,” tulis Kak Hadian Maryadi, seorang penulis buku, pemerhati pendidikan, pendongeng, dan Ketua Persaudaraan Pengkisah Muslim Indonesia (PPMI) Jawa Timur.
Sejenak aku tertegun ketika kuterima kabar sakitnya Kak Hadian, Senin (16/11/20). Sempat tak percaya sehingga kembali kulayangkan pesan padanya untuk klarifikasi dan mohon bersabar atas kehendak Ilahi. Namun, hingga beberapa jam tak kudapatkan balasan dari beliau.
Selamat Jalan Sahabatku
Selasa (17/11/20) pukul 04.22 WIB kuterima kabar di beberapa grup WA yang membuatku tak kuasa menahan tangis. Kak Hadian telah berpulang!
Innalilahi wa Inna ilaihi raji’un. Selamat jalan sahabat. Tugasmu telah selesai di dunia ini. Dan aku yakin bekalmu sudah cukup untuk menghadap Ilahi dengan kebisaanmu berkisah.
Kau bagikan ilmu manfaat, dengan rezekimu kau bagikan banyak buku ke manapun kau pergi sebagai jariahmu. Tak lupa di setiap engkau berkisah banyak doa yang kau ajarkan pada kami dan generasi sesudah kami.
Kini kau pergi meninggalkan banyak jejak kebaikan yang akan kami kenang. Kami akan teruskan cita-cita dan harapanmu untuk mencintai anak-anak negeri ini dengan mengkisahkan keteladanan Nabi, para sahabat dan, juga pahlawan kami.
Terimakasih, Kak Hadian! (*)
Penulis Tri Eko Sulistiowati. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.