Booking Neraka demi Viral oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-”Gua kan udah bilang, gua enggak gila-gila amat masuk surga, say. Gua mah di neraka juga enggak apa-apa. Teman-teman gua banyak. Siapa tahu gua bisa bikin acara di sana. Ha..ha..ha. Ada Michael Jackson. Ada siapa itu penyanyi reggae yang mati karena overdosis, Wine…Wine, oh ya Amy Winehouse. Nah..nah..nah gue mending masuk neraka saja. Di situ, gue banyak ketemu artis juga , bukan artis Indonesia ya, males banget.”
Anda sudah tahu siapa yang bicara itu? Berani booking neraka. Sederhana saja alasannya. Keartisannya sudah memudar. Sepi job. Harus tetap eksis. Namanya harus disebut tiap saat. Di media, di medsos. Sebanyak-banyaknya. Hubungannya dengan revenue, pendapatan. Makin banyak di-klik, makin banyak duitnya. Tak peduli bagaimana caranya. Termasuk lewat kata-kata ini: gue ga gila-gila amat masuk surga. Gue di neraka juga ga apa-apa. Ketemu artis dunia di sana… dan seterusnya.
Dan, tanpa malu-malu dia mengakui itu. ”Kalau damai-damai, berkurang duitku. Lagian itu bukan tipeku. Tipeku itu berantem, Kalau yang damai-damai sudah ada artisnya sendiri,” katanya. Tak peduli karena gayanya yang begini, tak terhitung berapa kali dia harus berurusan dengan polisi dan sidang pengadilan.
Gaya kontroversinya berhasil. Sangat berhasil. Yang nge-klik video nerakanya sudah 2,2 juta. Bejibun yang mengomentarinya. Astaghfirullah. Sadarlah, segera taubat, saya doakan insyaf dan kata-kata yang mirip dengan itu.
Hanya Butuh Viral
Tak pernah kehabisan ide gilanya. Saat heboh kepulangan Habib Rizieq, dia berkomenar pedas. Tak ada takutnya sama sekali. ”Tukang obat pulang, pendukungnya bikin susah orang.” Pastilah terpancing. Bagaimana tidak, tokoh yang dibangga-banggakan, dihormati, dirindukan, dilecehkan begitu rupa.
Ustadz Maaher At-Thuwalibi sampai mengancam akan menggeruduk rumahnya bersama 800 laskarnya. Wah, dia senang sekali. Makin heboh, makin senang. Makin dihujat makin senang, makin dicaci-maki, makin happy.
Dia menginginkan itu. Namanya terus melambung. Tak peduli, famous maupun notorious, terkenal baik, maupun terkenal buruk. Sekali lagi, dia tak butuh. Yang dia butuh hanya satu: viral. Buzz marketing. Itu dompetnya dia.
Karena itu, saat tentara ke Petamburan, antara lain untuk mencopot baliho Habib Rizieq, dia menumpang momen hebat ini. Naik moge, divideo, direkam. Bunyinya: Kemana? ”Mencopot baliho Habib Rizieq.” Sangat eye catching untuk nge-buzz.
Jadi harus bagaimana? Tak usah menghujat, tak usah caci maki-maki. Apalagi mengeruduk rumahnya. Kalau terpancing umpan dia, berarti kita sama kelasnya. Kelas gilanya. Jadi? Diam saja. Tak usah ikut nge-klik. Sambil istighfar lalu mendoakannya: semoga insyaf dan segera taubat. Insyaallah berpahala sekaligus menunjukkan beda kelasnya. Setuju? Salam!
Editor Sugeng Purwanto