PWMU.CO – Mengikis stigma miring anak panti asuhan, karena mereka sama-sama punya jatah kesuksesan, berprestasi, dan bermanfaat bagi umat dan negeri.
Demikian pesan yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhamadiyah Sunanto, dalam launching Ikatan Keluarga Alumni Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (Ika Paymuh) Sumenep, Madura, Jumat (1/1/21).
Dalam kegiatan yang digelar virtual melalui Zoom Clouds Meetings tersebut, Sunanto berharap agar anak-anak panti punya mental yang kuat. “Keinginan kami adalah meningkatkan spirit anak panti menjadi anak yang handal, cakap, dan memiliki mental yang kuat,” tegas alumnus Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Sumenep, yang didapuk sebagai Koordinator Nasional (Kornas) Ika Paymuh itu.
Potensi Luar Biasa
Sunanto melihat masih banyak sikap miring terhadap anak panti. Mereka dipandang sebelah mata sebagai anak dari keluarga miskin dan terlantar. Sehingga ada kesan tidak pintar dan sulit dididik. Padahal anak-anak ini memiliki potensi yang luar biasa yang harus dioptimalkan.
“Itulah mengapa kita perlu memberikan dukungan, agar secara psikologis anak panti tidak terbebani oleh pandangan negatif. Jika secara akademik dan keterampilan anak-anak panti berprestasi, tapi kalau mentalnya tidak kuat ini akan jadi masalah,” lanjut pria yang akrab dipanggil Cak Nanto itu.
Kehadiran Ika Paymuh, sambungnya, diharapkan menjadi jembatan, agar anak-anak panti bisa melanjutkan pendidikan lanjutan hingga perguruan tinggi. “Mereka juga memperoleh akses ke dunia kerja atau mendapat pelatihan keterampilan untuk bekal kehidupannya,” paparnya.
Ika Paymuh Sumenep, kata Cak Nanto, mempunyai tujuan utama sebagai teladan dan contoh spirit menuju kesuksesan adik-adik panti selanjutnya. “Dengan harapan, mereka tidak merasa rendah diri atau takut tidak punya peluang untuk sukses,” tambah dia.
Anak panti, menurutnya, juga mempunyai jatah hidup sukses. Maka semua itu harus diraih. Sebab jalan sukses terbuka lebar untuk anak panti. “Kalau kami dulu berjibaku sendiri. Maka kini, para alumni bisa membantu mencarikan jalan bagi adik-adik yang lulus dari panti,” tutur Cak Nanto.
Mengikis Stigma Miring
Di sisi lain, kelahiran Ika Paymuh disambut gembira banyak pihak. Salah satunya adalah Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah Ir Sularno MSi. Dia berharap Ika Paymuh terus dikembangkan, agar menjadi lembaga yang mengikat seluruh alumni panti asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Dari Sumenep untuk Indonesia, itu yang harus dicanangkan,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tersebut.
Pak Larno, sapaannya, juga berharap agar kehadiran Ika Paymuh bisa mengikis anggapan miring tentang panti. “Selama ini hal-hal negatif selalu disematkan pada panti. Kalau ada tiga orang pakai batik yang sama, pasti ada yang bilang, ‘dari panti mana nih?’,” kelakar Pak Larno yang disambut gerr para peserta.
Tugas Ika Paymuh selanjutnya, kata dia, adalah merangkul dan memfasilitasi alumni panti, agar bisa seperti Cak Nanto dan alumni lainnya yang sudah lebih dahulu sukses.
“Saya merasa gembira dengan gagasan Ika Paymuh. Selama bertahun-tahun belum ada ikatan semacam ini. Karena itu Ika Paymuh perlu dikembangkan dan memfasilitasi alumni panti menjadi lebih sukses,” tambah pria kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, tersebut.
Tunjukkan Sejarah Sukses
Senada dengan Pak Larno, Rita Pranawati SS MA, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menyambut baik gagasan pembentukan Ika Paymuh. “Sudah saatnya kita tampilkan profil anak panti yang sukses dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar bisa mengikis stigma miring anak panti. Mereka berangkat dari keterbatasan, tapi sukses dalam karir dan kehidupan,” terang Rita.
Perempuan yang juga menjadi Wakil Ketua MPS PP Muhammadiyah itu tak menampik anggapan miring terhadap anak-anak panti. Hal itu harus dilawan dengan menunjukkan sejarah sukses (success story) anak-anak panti. “Saya tadi kemekel (tertawa sendiri), saat Pak Larno bilang ‘jika ada tiga orang pakai batik pasti ditanya, dari panti mana?’ Hal itu harus kita lawan,” lanjut perempuan asal Kebumen tersebut.
Menurutnya, peran panti selama ini dianggap sebagai alternatif pengasuhan terakhir. Padahal, banyak anak yang sulit mendapatkan akses pendidikan karena beragam masalah. Salah satunya adalah masalah jarak, yang tak mungkin ditempuh jika anak harus tetap dalam keluarga.
“Di Sulawesi Selatan, jarak antara rumah ke ibukota kecamatan harus ditempuh dua hari. Ini membuat anak-anak tak mungkin mendapatkan akses pendidikan, jika mereka tetap dalam pengasuhan keluarga. Karena itu panti asuhan menjadi alternatif pengasuhan, yang justru memberikan akses terhadap pendidikan,” tegas alumnus lulusan Monash University ini.
Model Pengasuhan Sukses
Ika Paymuh, lanjutnya, harus saling menguatkan untuk membantu membina anak-anak panti, karena mereka adalah sumber daya manusia (SDM) unggul meskipun tinggal di panti. “Kehadiran Ika Paymuh bisa dijadikan model pengasuhan yang sukses di panti asuhan. Bagaimana sebenarnya model pengasuhan baik agar sukses seperti Cak Nanto,” jelasnya.
Selain itu, Ika Paymuh juga diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama (networking), agar anak-anak panti bisa terjun ke dunia kerja maupun pendidikan. “Melalui ikatan alumni ini, mari kita tolong anak-anak yang memiliki keinginan besar untuk belajar mencapai cita-citanya,” pesan perempuan yang pernah jadi sekretaris KPAI tersebut.
Launching Ika Paymuh secara virtual mengusung tema Spirit Anak Panti Membangun Negeri. Tak hanya diikuti anak-anak dan alumni PAM Sumenep, tapi juga para pengurus PAM dan Aisyiyah se-Indonesia. Yakni Bangka Belitung, Bandung, Prabumulih, Sumatera Selatan, Bantul, dan Jakarta.
Juga dari Batu, Mamuju, Sulawesi Barat, Surabaya, Malang, Bali, dan Sidoarjo. Sementara Wagiman KS, pembina panti saat para alumni masih di panti tidak bisa hadir. Wagiman berada di daerah yang sulit sinyal. (*)
Penulis Ernam. Editor Darul Setiawan.