PWMU.CO – Sehubungan rencana aksi demonstrasi Bel Islam, 4 November 2016 terkait dugaan pidana penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menyampaikan beberapa himbauan. “Meski Muhammadiyah secara kelembagaan tidak ikut serta dan terlibat dalam aksi unjuk rasa 4 November, tapi kami juga tidak menutup mata jika banyak warga Muhammadiyah yang ikut bergabung,” jelas Wakil Sekretaris PWM Jatim Dr Biyanto kepada pwmu.co Kamis (3/11) pagi, tentang alasan Muhammadiyah Jatim mengeluarkan himbauan.
Karena itu, tambah Biyanto, himbauan Muhammadiyah ini merupakan tanggung jawab moral agar keterlibatan warga Persyarikatan dalam demo itu tetap dalam koridor akhlak karimah dan tidak anarkistis. “Aksi demonstrasi tidak boleh keluar dari misi dakwah amar makruf nahi munkar, sehingga pelaksanaannya harus sejalan dengan khittah dan kepribadian Muhammadiyah,” jelas dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini.
(Baca: 6 Sikap Muhammadiyah Tanggapi Rencana Demo 4 November dan Ini 5 Pesan Menyejukkan Ketua Muhammadiyah Jatim untuk Peserta Aksi 4 November)
“Kami mendoakan keselamatan saudara-saudara kita yang berunjuk rasa, terlebih yang berangkat dari berbagai daerah di Jawa Timur ke Jakarta. Bagi Muhammadiyah, aksi demo yang dilakukan berbagai elemen masyarakat itu adalah hak warga negara yang sah dan dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945,” jelas Biyanto.
“Bagi yang tidak ikut demo, jangan pernah menyalahkan saudara-saudara kita yang berunjuk rasa. Karena pengalaman tiap-tiap orang berbeda. Saudara-saudara kita ini mungkin memandang aksi demo merupakan cara yang paling efektif dalam mendesak penuntasan dugaan pidana penistaan agama oleh Ahok itu,” tutur Biyanto.
(Baca juga: Bersepeda Motor Malang-Jakarta, Pria 70 Tahun Ini Siap Ikuti Aksi 4 November dan Mendikbud: Demo 4 November Jangan Sampai Ganggu Anak Sekolah)
“Begitu juga sebaliknya, bagi yang melakukan unjuk rasa juga jangan menyalahkan saudara-saudaranya yang tidak mengikuti demo. Karena mungkin ada pertimbangan lain yang berbeda. Jadi, ada sudut pandang yang tidak sama dalam melihat masalah Ahok, sehingga mengambil langkah yang tidak sama.”
“Baik yang ikut demo maupun tidak demo, harus saling menghargai sikap masing-masing. Jangan saling memberi labelisasi yang saling menegasikan dan menyakiti pihak lain,” tambah Biyanto.
(Baca juga: Busyro: Dakwah Islam Itu Tidak Radikal, Apalagi Brutal dan Simpati pada Aksi 4 November, Keluarga Islam Britania Raya Beri Dukungan Doa)
Bagi yang berangkat demo, baik yang ke Jakarta maupun di berbagai kota lainnya terutama di Jawa Timur, Muhammadiyah mengimbau agar tetap menjaga hati untuk terus ikhlas, bersemangat, dan tentu saja dalam bingkai akhlakul kariimah. “Unjuk rasa harus dilakukan secara damai, serta hindari caci maki, dan terpenting waspadai adanya penyusup yang mungkin ingin merusak kedamaian aksi,” ujar Biyanto.
Tidak kalah pentingnya, lanjut Biyanto, Muhammadiyah Jawa Timur juga mendoakan agar para aparat keamanan tetap diberi kekuatan dan kesabaran untuk mengamankan aksi demo secara bermartabat. “Tidak kalah pentingnya, semoga pemerintah juga punya kearifan terhadap aksi ini demi keamanan dan kedamaian di Republik ini. Pemerintah harus melihat aksi umat Islam, 4 November, secara jernih. Ini aksi spontan. Dan, rasanya jauh dari rekayasa. Buktinya,umat bergerak dari berbagai daerah. Tuntutannya pun nyaris sama. Yakni, pemerintah harus secepatnya menuntaskan dugaan kasus penistaan agama ini seadil-adilnya. Jika pemerintah lamban merespon, suasana kehidupan berbangsa bisa lebih kacau.” (raya)