• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Senin, April 12, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Pak Nuh dan Langgar Wakaf

Sabtu 30 Januari 2021 | 11:15
in Kolom
658
SHARES
2.1k
VIEWS
Pak Nuh dan Langgar Wakaf. Muhammad Nuh di suatu acara. (foto detik.com/Rengga Sancaya)

Pak Nuh dan Langgar Wakaf oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.

PWMU.CO – Syaikh Ali Jaber meninggal dunia hampir 20 hari, tapi kenangan terhadapnya masih melekat di benak banyak orang. Sikapnya yang humble, santun, dan bersahabat membawa kesan yang bakal dikenang jauh setelah kepergiannya.

Bagi Muhammad Nuh, Guru Besar Institut Teknologi 10 Nobember (ITS) Surabaya, Syaikh Jaber adalah guru yang hebat. Guru bukan hanya orang yang mengajar kita secara formal, tapi dari siapa kita belajar, dialah guru kita.

Bagi Pak Nuh, Syaikh Jaber adalah guru agama dan guru kehidupan. Kedalaman ilmu agama dan keikhlasannya dalam menjalankan dakwah menjadi inspirasi bagi siapa saja.

Ketika Indonesia terbelah karena berbagai persoalan, Syaikh Jaber menjadi sosok yang mempersatukan. Ketika ada ulama yang mengambil jalan dakwah “nahi mungkar”, mencegah keburukan, yang sering terkesan keras, Syaikh Jaber mengambil jalan dakwah “amar makruf”, mengajak kepada kebaikan, yang menenteramkan dan menyejukkan.

Bagi Pak Nuh, Sang Syaikh bukan sekadar “preacher” pendakwah yang hanya berpidato di mimbar, Syaikh Jaber adalah panutan yang memberi contoh dengan melaksanakan apa yang diucapkan.

Banyak pendakwah yang hanya pandai bicara tetapi tidak menerapkannya dalam hidup keseharian. Banyak pemimpin agama yang tidak menjalankan apa yang diucapkan. Di mimbar ia seolah-olah paling mengenal Tuhan. Jesus He Knows Me, kata penyanyi Phil Collins menyindir para pendakwah itu. “Do what I say but don’t do what I do“, lakukan apa yang saya katakan, jangan tiru apa yang saya lakukan.

Kiai, ulama, ustad, pendakwah, romo, pendeta, dan para pemuka agama sering menjadi selebritas profesional yang lebih mengutamakan show daripada dakwah. Penggemarnya banyak dan follower-nya ratusan ribu sampai jutaan.

Baca Juga:  Wangsa Politik Joko Widodo

Apa yang diucapkan sekadar konten yang diunggah supaya viral. Apa yang diperbuat dan gaya hidup kesehariannya beda dengan konten medsosnya. Ustad semacam ini di Jawa Timur diledek sebagai “Ustad Jarkoni”, iso ujar gak iso ngelakoni, hanya bisa bicara tapi tidak bisa menjalankan.

Yang Dikerjakan dan yang Dibicatakan Beda

Pemimpin nasional yang bergaya Jarkoni lebih banyak lagi. Almarhum Gus Dur memperbandingkan budaya bangsa-bangsa di dunia dalam hal bicara dan bekerja.
Bangsa Jepang dan Korea yang terkenal sebagai pekerja keras yang efisien punya budaya ”sedikit bicara banyak bekerja”, karena itu mereka maju.

Bangsa Afrika punya ciri sedikit bicara sedikit kerja, terutama di Nigeria dan Angola. Karena itu Afrika masih ketinggalan dari negara-negara lain.

Beda lagi dengan China dan Amerika Serikat. Dua negara ini punya budaya “banyak bicara banyak bekerja”. Budaya ini ternyata efektif meningkatkan produktifitas nasional, terbukti China dan Amerika sekarang menguasai perekonomian dunia.

Ada juga budaya yang unik, yaitu “banyak bicara sedikit bekerja”. Itulah bangsa India dan Pakistan. Dua negara satu rumpun ini terkenal jago bicara dan hebat dalam berdebat. Karena itu India bisa melahirkan pusat perfilman Bollywood yang tidak kalah dari Hollywood.

Jangan salah juga, meski doyan omong tapi India dan Pakistan banyak melahirkan ilmuwan kelas dunia yang menjadi pemenang Nobel. Abdus Salam, seorang penganut Ahmadiyah dari Pakistan, memenangkan hadiah Nobel fisika pada 1979. Penemuan terbesarnya menjadi kunci yang mendasari teori fisika partikel yang mengilhami penemuan partikel Higgs Boson pada 2012 yang sangat termasyhur.

Baca Juga:  The Joker, Ini Kelucuan Presiden-Presiden Kita

Amartya Sen, seorang filosof dan ahli ekonomi India memenangkan hadiah Nobel ekonomi pada 1998. Bukunya yang fenomenal adalah “Development as Freedom” (1998) yang menegaskan bahwa pembangunan ekonomi bisa berjalan seiring dengan pembangunan demokrasi.
Amartya Sen juga menulis buku “lucu” mengenai orang India yang doyan omong, “The Argumentative Indian” (2005) bahwa ternyata budaya banyak omong dan suka berdebat itu bisa menyuburkan demokrasi.

Di antara empat kategori itu bangsa Indonesia masuk kategori mana? Indonesia tidak termasuk dalam empat kategori itu. Mengapa? “Karena di Indonesia, antara yang dibicarakan dan yang dikerjakan beda,” kata Gus Dur.
Indonesia mengenal jargon “sedikit bicara banyak bekerja”. Tapi jargon itu cukup kita hafalkan di SD.

Orang Jawa punya falsafah “sepi ing pamrih rame ing gawe” sepi dari kepentingan dan ramai dalam kerja. Tapi praktiknya “sepi ing pamrih rame ing medsos“, malas kerja tapi banyak komen di medsos. Tiada hari tanpa komen di medsos. Tiada hari tanpa debat di medsos. Apa saja dikomentari. Apa saja dikritik dan didebat.

Muhammad Nuh: Saya Masih Defisit

Muhammad Nuh, seorang profesor ilmuwan teknik elektro, menyadari kelemahan bangsa Indonesia, tapi dia mengaku tidak bisa berbuat banyak karena merasa dirinya mungkin bagian dari budaya itu.

“Hidup saya masih defisit,” katanya dalam biografi ulang tahunnya ke-60 Menguatkan Mata Rantai Terlemah (2019).

Ia merasa hidupnya sudah mepet tapi defisit terlalu besar untuk ditutup. Antara apa yang dia dapat dari Allah dan apa yang nanti harus disetorkan ternyata defisitnya terlalu besar dan tidak mungkin bisa ditutup dalam hidup yang tersisa. Harus ada langkah besar yang tidak biasa untuk menutup defisit itu. Mungkin semacam quantum leap.

Seperti Archimides yang melompat dari bak air dan berteriak “Eureka”, aku tahu! Pak Nuh menemukan erureka itu, ia akan melakukan wakaf, mendedikasikan sisa hidup sepenuhnya untuk wakaf.

Baca Juga:  Menjawab Tuduhan Animal Cruelty Kurban

Nuh mewakafkan hidupnya dan sekaligus berjuang agar umat Islam Indonesia membudayakan wakaf untuk memaksimalkan potensi ekonomi umat demi kemajuan bangsa.

Dulu kita mengenal wakaf hanya dalam bentuk langgar atau surau kecil yang sederhana di kampung. Atau orang yang punya aset tanah diserahkan ke yayasan untuk dibangun masjid atau madrasah.

Sekarang wakaf dikelola dengan sistem keuangan modern, diinvestasikan dalam usaha yang produktif, hasilnya bisa dipakai untuk membiayai pembangunan dan membantu masyarakat yang membutuhkan.

“Tidak harus jutaan atau ratusan ribu rupiah, cukup sepuluh ribu rupiah sebulan, yang penting rutin,” kata Pak Nuh.

Dia sekarang secara resmi didapuk sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan bertekad menghabiskan hidupnya untuk mengejar defisit melalui wakaf. Ia senang Presiden Jokowi telah me-launching Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) Senin (25/1). Ia tahu tugasnya tidak mudah. Ia tahu banyak yang berkomentar negatif di medsos dan media lain.

Pak Nuh tidak mau terlibat dalam perdebatan itu. Ia malu kepada Syaikh Jaber. Ia ingin mengejar defisitnya. Ia tidak mau masuk dalam golongan Ustad Jarkoni. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Badan Wakaf NasionalDhimam Abror DjuraidGerakan Nasional Wakaf UangKetua Badan Wakaf NasionalMuhammad NuhPak NuhwakafWakaf uang
Share263Tweet165SendShare

Related Posts

Lima tahun
Kolom

Lima Tahun PWMU.CO, ibarat Makan Ciplukan

Jumat 19 Maret 2021 | 21:08
113
Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia
Kabar

Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia

Senin 8 Maret 2021 | 08:19
293
NKRI Bersyariah
Kolom

NKRI Bersyariah Gaya Jokowi

Selasa 2 Februari 2021 | 12:08
785
Gerakan saweran
Kolom

Gerakan Saweran Nasional

Selasa 2 Februari 2021 | 10:07
463
Contoh wakaf
Feature

Contoh Wakaf Berkah Ribuan Tahun

Senin 1 Februari 2021 | 20:05
314
Kampanye wakaf
Kolom

Kampanye Wakaf, Salah Pilih Jurkam

Minggu 31 Januari 2021 | 16:26
15.2k

Discussion about this post

Berita Terbaru

Jomblo, sampai Kapan? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

Meningkatkan Kualitas Puasa dengan Lima ‘S’

Minggu 11 April 2021 | 21:08
Outdoor learning sekolah kreatif

Outdoor Learning Sekolah Kreatif Menganti meski Virtual Tetap Seru

Minggu 11 April 2021 | 21:01
Idayanti, Guru Pencetus Istilah Mugeb Itu Berpulang

Idayanti, Guru Pencetus Istilah Mugeb Itu Berpulang

Minggu 11 April 2021 | 20:21
Prestasi Siswa Smamda

Prestasi Smamda Juara Silat Virtual

Minggu 11 April 2021 | 19:53
SMAM 8 Cerme

SMAM 8 Cerme Boyong Tujuh Piala FFU

Minggu 11 April 2021 | 17:31
Nasyiah Center

Nasyiah Center Berdiri di Tuban, Keren!

Minggu 11 April 2021 | 13:38
Hajriyanto: Nadjib Hamid Selalu Ingatkan Tulisan untuk Matan dan PWMU.CO

Hajriyanto: Nadjib Hamid Selalu Ingatkan Tulisan untuk Matan dan PWMU.CO

Minggu 11 April 2021 | 11:47
Tiga pesan

Tiga Pesan Jadi Anak Saleh untuk Siswa Berlian

Minggu 11 April 2021 | 10:32
Keluarga Nadjib Hamid

Keluarga Ikhlaskan Nadjib Hamid Kembali kepada Allah

Minggu 11 April 2021 | 10:10
Nadjib Hamid adalah uswah bagi anak-anak tercinta juga para kader Muhammadiyah. Hal tersebut disampaikan Prof Dr Haedar Nashir, Sabtu (10/4/21).

Nadjib Hamid adalah Uswah Bagi Kader Muhammadiyah

Minggu 11 April 2021 | 06:04

Milad PWMU.CO

Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Headline

Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 11:42
15.6k

Mohammad Nurfatoni: Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO. (Sketsa ulang foto Atho' Khoironi/PWMU.CO) Tangis dan Tawa di Balik Berita...

Read more
Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 06:18
234
Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Minggu 21 Maret 2021 | 00:51
182
Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Minggu 21 Maret 2021 | 00:13
211
Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Sabtu 20 Maret 2021 | 17:35
252

Terpopuler Hari Ini

  • Tugas khusus

    Tugas Khusus dari Ustadz Nadjib

    22315 shares
    Share 8926 Tweet 5579
  • 72 Bidadari Menyambut di Surga

    3024 shares
    Share 1210 Tweet 756
  • Megengan: Ziarah Kubur, Selamatan, dan Doktrin Syiah

    834 shares
    Share 334 Tweet 209
  • Meningkatkan Kualitas Puasa dengan Lima ‘S’

    548 shares
    Share 219 Tweet 137
  • Hajriyanto: Nadjib Hamid Selalu Ingatkan Tulisan untuk Matan dan PWMU.CO

    507 shares
    Share 203 Tweet 127
  • Idayanti, Guru Pencetus Istilah Mugeb Itu Berpulang

    467 shares
    Share 187 Tweet 117
  • Nasyiatul Aisyiyah Sampaikan Duka atas Wafatnya Nadjib Hamid

    499 shares
    Share 200 Tweet 125
  • Faqih Pasti Kuasai Ilmu, Jangan Gegabah Menuduh Tak Paham Agama

    480 shares
    Share 192 Tweet 120
  • Nadjib Hamid adalah Uswah Bagi Kader Muhammadiyah

    328 shares
    Share 131 Tweet 82
  • Keluarga Ikhlaskan Nadjib Hamid Kembali kepada Allah

    325 shares
    Share 130 Tweet 81
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In