PWMU.CO – Silaturahmi tetap bersemi saat pandemi. Tak boleh terikat apalagi minggat. Itulah mukadimah yang disampaikan M Kholil MPdI, Jumat (29/1/21).
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (Muhipo) itu memberikan sambutan dalam acara silaturahmi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Muhipo dengan IPM SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) melalui Zoom Clouds Meeting.
Dia mengatakan pandemi boleh saja meningkat, kasus juga tak kunjung melambat, namun silaturahmi harus tetap kuat. “Muhipo dan Smamda sebenarnya sudah lama menjalin kerjasama, bukan baru kali ini saja, tapi sudah berlangsung berkali-kali,” ujarnya.
Aktif dalam FGM
Kholil mengatakan selain sama-sama pengurus di Forum Silaturahmi Kepala SMA Muhammadiyah (Foskam), Muhipo dan Smamda juga aktif di Forum Guru Muhammadiyah (FGM).
“Dulu Smamda juga pernah memberikan pelatihan synergy building untuk guru dan karyawan Muhipo,” lanjut aktivis Hizbul Wathan (HW) ini.
Dia memaparkan Muhipo dan Smamda tidak jauh beda. Keduanya sama-sama menyandang gelar dari Majelis Dikdasmen PWM Jatim sebagai Excellent School.
“Muhipo menyandang gelar excellent sedang smamda menyandang the out standing school. Ya, sebelas dua belaslah,” katanya.
Saat Pandemi Tetap Kreatif
Kepala Smamda Wigatiningsih mengaku sangat berterima kasih atas terjalinnya shilaturrahim antara IPM Muhipo dengan IPM Smamda.
“Ini luar biasa, dii masa pandemi tetap aktif kreatif, tidak mati ide untuk melakukan sesuatu yang baik,” paparnya.
Dia mengatakan IPM Muhipo dan Smamda tetap melaksanakan pesan agama agar tidak berhenti hanya pada satu kegiatan apapun kondisinya. Sebagaimana pesan Allah SWT dalam surat al-Insyiroh.
“Faidza faraghta fansab. Setelah selesai dari satu urusan maka segera berpindah ke urusan lain. Tidak duduk berpangku tangan,” terang perempuan asal Lamongan ini.
Silaturrahim Sekaligus Kolaborasi
Wigatiningsih mengatakan kegiatan silaturahmi ini adalah satu ikhtiar untuk mengisi waktu belajar dan bekerja dari rumah masing-masing. Silaturrahim sekaligus kolaborasi untuk saling berbagi kiat, ide agar menjadi gerakan luar biasa yang bisa dijadikan keunggulan sekolah masing-masing.
“IPM berbeda dengan OSIS. IPM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang membidangi pelajar tidak hanya sekedar berorganisasi saja, tapi sebagai wadah perkaderan agar kelak bisa melahirkan pemimpin persyarikatan, ummat, dan bangsa,” ujarnya.
Dia memaparkan banyak sekolah Muhammadiyah tidak melahirkan kader karena IPM hanya berfungsi sebagai organisasi, belum menjadi kawah perkaderan. IPM Muhipo dan Smamda harus menjadi alat sukses perkaderan dan memberikan sumbangan kemajuan untuk agama dan bangsa.
“Sukses perkaderan tidak bisa dicapai sendiri harus kolaborasi seperti yang dilakukan IPM Muhipo dan Smamda,” tandasnya. (*)
Penulis Ernam. Editor Ichwan Arif.