PWMU.CO – Muslim China 25 Juta, Tahun 2050 Diprediksi 53 Juta. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) China Muhammad Azis MCs.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Upgrading Pimpinan Muhammadiyah Sesi Ke-4 dengan tema Tantangan dan Dakwah Global Muhammadiyah di Tiongkok dan Jepang. Kegiatan upgrading ini digelar secara virtual oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Jatim, Sabtu (13/2/2021).
Menurut Muhammad Aziz, China merupakan negara dengan peradaban tertua di dunia. Pada 2019, menduduki peringkat kedua terbesar di dunia menurut PDB nominal. Dan sejak 2014 terbesar di dunia menurut paritas daya beli.
“China memiliki ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Populasi 1.439.323.776 jiwa. Jika populasi dunia sekitar 7 miliar, maka China mewakili 20 persen. Penuh populasi dunia, jadi satu dari setiap lima orang di planet ini adalah penduduk China,” ujarnya.
Ada 56 kelompok etnis, lanjutnya, di China. Dan lima terbesar adalah Han 91.59 persen atau sekitar 1.2 miliar, Zhuang 18 juta, Manchu 10,7 juta, Hui 10 juta dan Miao 10 juta.
“China telah membuat kemajuan pesat di berbagai bidang seperti pendidikan, infrastruktur, manufaktur berteknologi tinggi, penerbitan akademis, paten dan aplikasi komersial. Dan sekarang di beberapa bidang dan dengan beberapa ukuran menjadi pemimpin dunia,” ungkapnya.
Negara Komunis tapi Agama Jalan
Selama ini, sambungnya, kita mengenal China sebagai negara komunis atau ateis. Tetapi bagaimana kondisi keberagamaan di China. Meski peradaban tertua, China capaian teknologinya juga luar biasa.
“China di atas kertas sebagai negara komunis atau ateis, tetapi masyarakat agamanya seperti masjid-masjid jamaahnya juga banyak. Shalat Jumat dan Ramadhan juga ramai. Shalat Tarawih juga ramai dan ada kajian Islam di sini,” paparnya.
Teknologi dan komunikasi di China, menurutnya, sudah berkembang sangat pesat. Kalau selama ini kita tahu generasi 4,0 dan sekarang sudah meningkat 5.0. Selama ini 4G sudah beralih 5G bahkan sudah siap 6G.
“Ada beberapa teknologi yang kita kenal sebagai produk Amerika itu secara head to head ditandingi oleh China. Amerika punya WhatsApp maka China punya Chat. Turki juga bikin BIP,” jelasnya.
Transportasi publik, lanjutnya, juga berkembang pesat di Cina. Kereta cepatnya bisa menempuh misalkan Surabaya Jakarta hanya 3,5 jam atau jarak 500 km dengan 3,5 jam. Infrastruktur berkembang pesat di kota besar seperti Beijing, Shanghai, Nanjing dan yang lainnya.
Budha Terbesar, Bukan Konghucu
Muslim di China saat ini sekitar 25 juta orang. Dan diprediksi pada 2050 akan menjadi 53 juta. Dan agama terbesar adalah Budha. Selama ini kita mungkin menduga Konghucu atau Taoisme terbesar.
“Sebenarnya Muslim 25 juta itu banyak. Tetapi karena total penduduk China yang besar maka terlihat seperti sedikit,” sergahnya.
Etnis Hui dan Islam
Etnis Hui nenek moyangnya adalah orang-orang yang bermigrasi ke Tiongkok timur setelah tiga kali invasi Mongol pada abad ke-13. Migrasi ini bersamaan dengan para imigran Muslim yang tinggal di daerah pesisir tenggara Tiongkok selama dinasti Tang (618–907 M) dan Song (960–1276 M).
“Melalui pergaulan yang berkepanjangan termasuk perkawinan silang dengan banyak bangsa lain sepanjang sejarah, Hui secara bertahap berasimilasi dengan adat istiadat dan kebiasaan hidup Han, Mongol dan Uygur. Serta mengembangkan identitas unik Huihui mereka sendiri,” urainya.
Kedatangan Islam di China
Islam diperkenalkan ke China pada awal 615 M, ketika sekelompok sahabat nabi Muhammad SAW mengunjungi China untuk berdagang dan menyebarkan agama baru. Jadi Islam disebarkan pedagang muslim.
“Kemudian pada tahun 651 M, seorang utusan yang dipimpin oleh Saad ibn Abi Waqaas, paman dari pihak ibu Nabi Muhammad dikirim secara resmi dalam sebuah misi ke Cina oleh Utsman, khalifah ketiga Islam,” ujarnya.
Penguasa Tiongkok saat itu Kaisar Tang Gaozong menerima mereka dengan baik. Kaisar memerintahkan pembangunan Masjid Peringatan di Kanton (Masjid Huaisheng) untuk memperingati nabi Muhammad. Ini adalah masjid pertama yang dibangun di Tiongkok dan merupakan salah satu yang tertua di dunia.
“Jadi kurang dari 20 tahun setelah wafatnya nabi, Islam secara resmi diperkenalkan dan mulai mapan sebagai agama dan budaya baru di Tiongkok. Saad bin Abi Waqaas dimakamkan di Guangzhou,” ungkapnya.
Sejarah Islam di China
Pada tahun 1910 diperkirakan Muslim membentuk sekitar satu atau dua persen dari populasi Cina atau sekitar tujuh juta orang. Selama era komunis, pendidikan dan penganiayaan anti-agama yang intens menyebabkan deflasi di semua agama di seluruh China termasuk di komunitas Islam.
“Namun di Tiongkok modern, Islam dan banyak agama lainnya telah mengalami kebangkitan. Saat itu Islam dianggap sebagai agama baru yang datang ke China. Agama tersebut masuk ke China setelah Budha dan Kristen,” jelasnya.
“Pedagang Muslim mulai berdatangan di Tiongkok selama Dinasti Tang (618 – 907). Dan mungkin ratusan ribu Muslim dibawa ke Kekaisaran Yuan (1271 – 1368) oleh bangsa Mongol,” rincinya.
“Banyak pemimpin Mongol menjadi mualaf dan agama menyebar dengan cepat di Asia Tengah dengan penaklukan muslim atas suku nomaden dan kerajaan antara Arab dan China,” tambahnya.
Masjid diberbagai kota di China juga banyak. Di Nanjing ada sekitar enam masjid. Dan cukup ramai kaum muslimin yang beribadah di masjid tersebut. Tahun 910 membentuk sekitar tujuh juta populasi muslim.
Pembatasan Haji Dicabut 1979
Selama Revolusi Kebudayaan, ungkapnya, Muslim Tionghoa tidak diizinkan untuk menunaikan haji. Tapi setelah 1979, pembatasan ini dicabut.
“Dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir 50.000 muslim Cina telah menyelesaikan haji. Kontak dengan pusat agama Islam ini telah mendukung banyak komunitas muslim di China modern,” paparnya.
Saat ini masjid dapat dengan mudah ditemukan di hampir setiap kota. Xinjiang sekarang memiliki 20.000 masjid, terhitung lebih dari setengah dari total 35.000 masjid di negara itu.
“Muslim China dan warga muslim asing sama-sama dapat menjalankan ibadah harian. Masjid juga berfungsi sebagai pusat budaya bagi komunitas muslim dengan menawarkan layanan keagamaan dan tempat untuk merayakan hari raya,” terangnya.
Al-Quran Dicetak Berbagai Bahasa
Bahkan President of the China Islamic Association mengemukakan Pemerintah China mendukung penerbitan buku-buku agama. Alquran dan kitab suci Islam lainnya telah diterjemahkan, diterbitkan dan didistribusikan dalam bahasa China, Uygur, Kazak, Kirgiz dan bahasa lainnya.
“Pemerintah China melindungi aktivitas keagamaan normal. Kegiatan keagamaan seperti sholat dan puasa yang dilakukan oleh umat Islam di masjid dan di rumah mereka sesuai dengan adat istiadat agama dilindungi oleh undang-undang,”
Sejak tahun 1996 pemerintah China telah mengatur penerbangan carter bagi para peziarah setiap tahun (yang ditangguhkan pada tahun 2020 karena pandemi).
“Pemerintah menyediakan layanan berkualitas tinggi termasuk perawatan medis, katering, transportasi dan akomodasi untuk memastikan keselamatan dan ketertiban kegiatan para peziarah. Pengaturan perjalanan yang nyaman bagi para peziarah juga mendapat pujian dari luar negeri,” tuturnya.
“Shalat di masjid seperti biasa di Indonesia. Banyak halal food juga di sini. Disediakan tempat khusus bagi muslim untuk makan di halal food. Pelanggannya dari Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Iran dan beberapa negara moslem pecahan Uni Soviet. Dan itu ada di beberapa tempat termasuk kampus,” tambahnya.
Penerbitan Majalah China Muslim
Pemerintah China juga mendukung publikasi karya budaya religius dan media terkait. Pemerintah mendukung Asosiasi Islam China dalam menerbitkan majalahnya China Muslim dalam bahasa China dan Uygur.
Dukungan juga dalam membuka situs web dalam bahasa China dan Uygur untuk menjelaskan pengetahuan dasar Islam dan membimbing umat Islam dalam keimanan dan praktik mereka.
“Pemerintah mendukung pelatihan personel keagamaan tingkat tinggi. Pemerintah telah menyetujui pendirian 10 lembaga Islam untuk membina tenaga keagamaan tingkat tinggi,” jelasnya.
“Pemerintah membantu meningkatkan infrastruktur tempat-tempat kegiatan keagamaan. Air, listrik, gas, saluran komunikasi, radio dan televisi, serta perpustakaan budaya di masjid telah dipasang di tempat-tempat ini untuk memperbaiki kondisi umat beragama,” imbuhnya.
Sisi Gelap China terhadap Islam
Namun di sisi lain juga ada penekanan terhadap Muslim. Seorang profesor Muslim Hui di Frostburg State University di Maryland Haiyun Ma mengungkapkan di barat laut China, pihak berwenang telah menghancurkan kubah dan menara di masjid. Termasuk satu di desa kecil dekat Linxia, kota yang dikenal sebagai “Mekah Kecil”.
“Penghancuran serupa telah dilakukan di Henan, dan Ningxia, tanah air etnis minoritas Muslim terbesar di China, Hui. Di provinsi selatan Yunnan, tiga masjid ditutup. Dari Beijing hingga Ningxia, pejabat melarang penggunaan aksara Arab di depan umum,” terangnya.
Kampanye Partai Komunis China dinilai sebagai kemunduran besar-besaran kebebasan beragama setelah puluhan tahun relatif terbuka dan memberi ruang untuk berkembangnya gerakan Islam moderat.
“Tindakan keras terhadap Muslim dimulai dengan Uighur di Xinjiang yang menyebar ke lebih banyak wilayah dan lebih banyak komunitas muslim lainnya,” urainya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.