Ernida Fahmi Akhirnya Tertidur Selamanya. Siapa sangka Guru SD Mugeb yang sehat wal afiat ini mengembuskan nafas terakhirnya tatkala tidur. Dia meninggalkan bayi berusia dua bulan dan balita berumur empat tahun.
PWMU.CO – Keluarga besar Mugeb Schools baru saja berduka cita. Ernida Fahmi SPsi—guru mata pelajaran (mapel) sekaligus konselor bimbingan dan konseling (BK) di SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik—telah berpulang, Senin (22/3/2021) menjelang Subuh.
Qadarullah, siapa bisa menduga sosok yang dalam kondisi sehat wal afiat ini mengembuskan nafas terakhirnya tatkala tidur. Keluarganya menyatakan Nida—sapaan akrabnya—juga tidak memiliki riwayat penyakit kronis apa pun. Apalagi satu setengah jam sebelumnya—sekitar pukul dua dini hari—ia masih menyusui putra bungsunya yang lahir Januari 2021 yang lalu.
Setelah menyusui anaknya dan akan beranjak tidur kembali, almarhumah berpesan kepada Joko—pria yang menikahinya sejak enam tahun silam—agar membangunkannya pukul empat pagi. Sebab, pagi itu seharusnya menjadi hari pertama ia masuk kerja selepas cuti melahirkan. Ia tidak ingin terlambat masuk di enin pertama ia kembali menginjakkan kaki di SD Mugeb.
Bak pesan bahwa Nida—sapaan akrabnya—telah tiada, sang bayi menangis kencang sekitar pukul 3.30 WIB. Mendengar tangisan itu, Joko heran istrinya tidak juga bangun, menenangkan, dan menyusui bayi mereka. Beberapa kali, Joko berusaha membangunkan Nida yang sudah tidak merespon apa pun.
Joko panik, saat itu tidak ada siapa pun di rumah yang bisa membantunya memastikan bahwa Nida telah tiada. Joko mengetuk beberapa pintu rumah tetangganya untuk meminta tolong, tetapi tidak ada yang berani membukakan pintu pagi itu. Ia juga mencoba menghubungi bidan, sayangnya mendapat respon serupa.
Akhirnya, sekitar pukul 5.30 WIB ada dokter yang bersedia datang ke rumah. Benar saja, hasil pemeriksaan menunjukkan Nida sudah tidak bernyawa. Alumnus Madrasah Aliyah Negeri 1 Gresik ini meninggalkan suami bersama dua buah hati mereka: yang pertama berusia empat tahun dan yang kedua belum genap berusia dua bulan.
Duka Keluarga
Keluarga Nida tidak ada yang menyangka. Sebab Ahad siang (21/3/2021), ia masih bermain dengan anaknya. Bahkan, hari itu Nida sempat mengunjungi Edu Wisata Lontar Sewu Gresik bersama keluarganya. Menjelang sore, ia juga aktif mengikuti arisan seperti biasa.
Mendengar kabar dari suami almarhumah akan dikebumikan pukul 09.00 WIB, sekelompok guru pria bergegas ke rumah duka. Beruntung, sesampainya di sana, prosesi perawatan jenazah belum dimulai.
Mereka melihat Joko tampak begitu terpukul. Ia duduk membungkuk di sisi sang istri, di ruang tamu. Ia hanya menunduk. Belum beranjak menemui para teman dan kerabat yang mulai datang di terop depan rumahnya, Cerme Kidul, Gresik.
Beberapa menit kemudian, Joko tampak mulai menyesuaikan diri dengan tamu yang hadir. Ia mulai menjawab pertanyaan umum terkait kisah sepeninggalan istrinya.
“Sepertinya tampak berusaha menyembunyikan kesedihannya,” ujar Hari Iswahyudi SPd—guru SD Muhammadyah 2 GKB (Berlian School) yang ikut takziah hingga sekitar pukul 10.30 WIB di mana Nida telah dikebumikan.
Kesedihan Joko tak bisa disembunyikan lagi. Dari pengamatan Koordinator Bimbingan dan Konseling Smamio Ilham Akbar Dewantoro SPsi di lokasi pemakaman, Joko masih tidak beranjak dari makam sang istri. Bahkan ketika semua tetangga dan rekan telah meninggalkan lokasi. Dengan setelan busana Muslim abu-abu, ia duduk menunduk, menatap tempat peristirahatan Nida saat ini.
Batal Psikotes
Segera pagi itu, pukul 06.00 WIB, ponsel keluarga besar Mugeb Schools ramai menerima-meneruskan pesan kabar duka dari suami Nida. Diiringi lantunan kalimat istirja—inaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun—pesan itu segera menyebar luas, menyebarkan duka mendalam sekaligus terbesit tak percaya.
Tidak ada yang menyangka, termasuk rekan kerjanya di Pusat Layanan Psikologi dan Konseling (PLPK) Smamio. “Ya Allah… Bu Nida (emoticon menangis), inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun. Gak nyangka banget baru kemarin WA-an (emoticon menangis),” ujar Mazidatus Salamah SPsi.
Malam harinya (Ahad, 21/3/2021), Iis—sapaan akrab Mazidatus Salamah—memang masih menjalin komunikasi melalui pesan obrolan WhatsApp. Saat itu, Nida menanyakan stok alat tes untuk persiapan psikotes pemetaan calon siswa baru di SD Mugeb.
Para rekan kerja Nida di PLPK juga kini merasa beruntung saat dua hari sebelumnya, sekolah mitra mereka menunda pelaksanaan psikotes yang semestinya dilakukan hari itu juga.
“Allah memang sudah mengatur semuanya. Untung psikotes hari ini di-cancel, kalau tetap jadi mana mungkin bisa fokus ngetes saat berduka gini,” ujar Zaitun Nailiyah SPsi mencoba mengambil hikmah.
Direktur PLPK Smamio Ika Famila Sari SPsi mengenang Nida sebagai sosok yang baik, kalem, dan ringan tangan. Menurut Ika—sapaan akrabnya—Nida selalu siap membantu kalau ada teman yang butuh bantuannya. Selain itu, almarhumah juga selalu siap bertugas dalam kondisi apa pun.
“Seperti (saat diamanahi) job (mengetes psikologi) yang seharusnya tanggal 22 kemarin, meski baru pertama masuk kerja, tapi beliau siap ketika diminta untuk berangkat sebagai tester psikotes,” ujar Ika pada pada PWMU.CO (27/3/2021).
Hadiah Terindah Pandemi
Meski telah wafat, buah pikiran Nida masih rapi tertuang dalam salah satu tulisannya berjudul Hadiah Terindah Pandemi. Tulisan narasi ini termuat dalam buku “Learning at Home, Learning With Love” (Belajar di Rumah, Belajar dengan Cinta).
Buku antologi ini merupakan kumpulan kisah inspiratif para Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19. Di bawah bimbingan UPT Resource Centre Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik dan komunitas menulis Institut Talenta Pena, Nida menjadi salah satu penulisnya.
Meski sudah selesai cetak di tengah masa cuti melahirkannya, Nida belum sempat menerima fisik buku ini. Ia hanya berpesan kepada saya yang juga menulis di buku antologi itu sekaligus rekan konselor dari Berlian School—agar meletakkan dan menitipkan bukunya di Ruang BK SD Mugeb. Barangkali, buku inilah hadiah terindah (dan terakhir) dari Nida untuk SD Mugeb di masa pandemi ini.
Dalam tulisannya, Nida membagikan best practice (pelayanan terbaik) untuk PDBK berupa G-Motivation dan G-Reward. G-Motivation adalah ruang di mana GPK memotivasi dan memberikan kegiatan produktif untuk peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Kegiatan rutin dua pekan sekali ini menurutnya dapat membuat PDBK ceria kembali dan produktif.
Sedangkan, dalam buku itu juga, Nida menjelaskan G-Reward adalah kegiatan memberi hadiah kepada PDBK yang mampu mencapai target tertentu. Inilah upaya, tulisnya, bagaimana orangtua dan guru menggali potensi PDBK agar berdaya guna.
Selain itu, dua hari sebelum wafatnya (Sabtu, 20/3/2021), Nida juga sudah mengumpulkan tulisan terakhirnya sebagai kontribusi buku antologi. Hampir semua rekan penulis lainnya—dari tim PLPK dan konselor BK Mugeb Schools—sudah mengumpulkan tulisan. Beruntung, meskipun menyusul karena sedang cuti melahirkan, Nida sempat mempersembahkan tulisan terakhirnya.
Di Mata Sahabat Mugeb Schools
Sejak almarhumah cuti melahirkan, tiga bulan yang lalu, Yozitha Intan Mata Indah SPd menggantikan posisinya di SD Mugeb. Sebagai guru baru, Yozitha benar-benar merasa terbantu oleh Nida. “Terbantu banget, terutama awal aku di sini, nggak kenal siapa-siapa selain Bu Nida,” ujarnya dengan suara bergetar.
Koordinator Konseling SD Mugeb ini mengingat betul bagaimana Nida masih berkenan membalas pertanyaannya melalui daring meski sedang cuti bekerja. Meski baru mengenal Nida, mengingat kebaikannya ini, Yozitha menyesal dan sedih tidak bisa ikut takziah sebab bertepatan dengan melaksanakan amanah tugas di luar sekolah.
Menurut Koordinator Sekolah Lanjutan Berlian School Siti Latifah SPd—mantan atasan Nida di SD Mugeb—Nida sosok yang tidak banyak bicara tapi dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Selama menjabat, lanjutnya, Nida mampu melaksanakan semua kegiatan BP/BK.
“Saya salut dengan semangat bekerjanya dalam kondisi apapun, pernah saat hamil besar dan kurang enak badan, beliau tetap melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga kegiatan BP/BK tetap tayang dengan baik,” terangnya.
Mengalah demi Kebaikan
Sahabat Nida lainnya, Diana Makhshushiyah SPdI—Koordinator Mapel al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab (Ismuba) di SMA Muhammadyah 10 GKB (Smamio)—mengenang Nida sebagai sosok yang friendly (sangat ramah) dan humoris.
“Jadi kalau sama saya itu nyambung, masih terbayang tertawanya,” ujar guru yang pernah bekerja dengan Nida di SD Mugeb tahun 2011.
Diana—panggilan akrabnya—juga teringat pada kedua anak sahabatnya itu. “Kalau anak yang ke dua insyaallah dirawat sama keluarganya Bu Nida yang di Dukun, anak yang pertama diasuh keluarga suaminya,” tuturnya.
Bagi Irma Sonya Suryana SKom—sesama alumni Universitas Muhammadiyah Gresik dan melanjutkan mengabdi di Mugeb Schools— Nida merupakan sahabat yang selalu rela mengalah demi kebaikan. Almarhumah bersikap ikhlas menerima apa pun masalah yang ia hadapi.
Sonya—panggilan akrabnya—ingat betul ucapan Nida, “Berdebat itu tidak penting, maka mengalah adalah jalan yang lebih baik,” ungkapnya kepada PWMU.CO (27/3/2021).
Selamat jalan sahabat. Engkau akhirnya benar-benar ‘tertidur’ selamanya. Semoga Allah memberimu tempat terbaik di surga-Nya, amin! (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni