PWMU.CO – Tangis Ketua PWM Jatim M Saad Ibrahim tak tertahankan ketika mengenang almarhum Nadjib Hamid, di Gedung Muhammadyah Jatim, pada Jumat (9/4/2021). Dia meyakini, Allah punya skenario lain yang lebih baik di balik kepergian Wakil Ketua PWM Jatim ini.
Saad mengenang sosok Nadjib Hamid sebagai orang yang sangat ringan tangan. Dia selalu terdepan dalam membantu sesama. Ketika ada yang meninggal pun, Nadjib Hamid pasti hadir datang lebih awal.
“Kita sangat kehilangan dengan wafatnya Pak Nadjib Hamid ini. Beliau adalah orang yang amat baik. Kalau ada yang wafat itu beliau adalah yang biasanya hadir paling awal untuk takziyah. Kalau kemudian ada orang-orang yang perlu kita tolong dan lain sebagainya maka beliaulah yang mendahului untuk kemudian berderma. Lalu baru diikuti dengan yang lain,” katanya sembari diiringi tetesan air mata.
Tak Kenal Lelah Berdakwah
Dia juga menegaskan, almarhum adalah kader Muhammadiyah yang militan. Selalu berkhidmat untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan melalui Muhammadiyah.
“Bahkan tidak mengenal lelah. Karena psikis pak Nadjib jauh lebih kuat daripada sekadar tubuhnya,” tuturnya.
Saad menceritakan, dia bertemu Nadjib lima hari lalu, ketika dirinya membesuk almarhum. “Saya melihat tatap mata beliau ketika memandang saya. Dan langsung saya menyimpulkan bahwa itu keberserahdirian beliau. Itu sudah titik puncaknya,” ujar dia.
“Bukan dalam konteks saintific, saya lalu menyimpulkan bahwa beliau (sakit) sangat serius. Maka dari itu, jauh-jauh hari saya berpesan agar segala urusan beliau dikerjakan oleh yang lain,” sambungnya.
Dia berharap tangisannya untuk Nadjib Hamid dapat dimaklumi. Sa’ad menjelaskan, nabi memang melarang menangisi jenazah. Meski demikian, dia pernah meneteskan ari mata ketika putranya meninggal.
Skenario Allah Lebih Baik
“Sekali lagi kita semua berduka. Kita semua kehilangan. Sekalipun nabi melarang orang menangisi mayit, tetapi ketika Ibrahim putra nabi wafat, nabi pun meneteskan air mata,” tuturnya terbata-bata.
Dia pun meminta semua pihak berbaik sangka atas kepergian Nadjib Hamid. Dia meyakini Allah memiliki skenario terbaik di balik meninggalnya Nadjib Hamid di usia muda.
“Kita harus tetap khusnudzon. Beliau masih muda. Masih 57 tahun usianya. Meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Tentu kita harus percaya bahwa Allah punya skenario lain. Dan pasti segala yang mengenai orang-orang yang beriman. Dan Pak Nadjib keluarganya dan kita semuanya adalah orang-orang yang beriman. Dan insyaallah yang mengenai kita itu pasti baik. Kalau tidak sekarang, insyaallah di belakang hari. Sekalipun kita melihat punya tiga anak dan istri. Allah punya rencana yang lebih baik,” ujarnya.
Penulis Miftahul Ilmi Editor Mohammad Nurfatoni