PWMU.CO– Penulis pemula tapi sudah punya buku. Luar biasa. Meskipun buku antologi. Yaitu kumpulan tulisan yang dibukukan bersama penulis lain.
Itulah Yunita Wulandari, siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo yang populer disebut SMAMDA. Senin (12/4/2021) lalu dia menyerahkan buku antologinya ke sekolah untuk menjadi koleksi bacaan di perpustakaan.
”Saya ikut kegiatan nulis di komunitas nulis Sidoarjo,” kata Yunita Wulandari. Ada dua buku yang dia serahkan. Pertama, berjudul Panji Bumi . ”Itu buku bertema travelling,” ujarnya sambil menunjuk buku di depannya. Buku antologi yang ditulis oleh 24 penulis perempuan.
Buku kedua, antologi puisi berjudul Wanita Sepeser Mimpi. ”Karya saya lolos dan dibukukan dalam satu buku bersama karya sastrawan Damhuri Muhammad,” lanjut gadis kelahiran Lumajang ini.
”Itu karya lomba,” tuturnya lagi. ”Tulisan saya dinilai bagus lantas dimasukkan dalam grup komunitas menulis Sidoarjo,” katanya. Berkumpul bersama penulis lain menambah makin mengasah keterampilan mengolah kata.
Menerbitkan Buku
Winda Sulistyaningsih, pendamping Yunita dalam menulis menceritakan, awalnya ada lomba menulis Surat untuk Presiden. Ternyata tiga anak terlihat tulisannya lebih bagus dari yang lain. Berangkat dari lomba itu, tiga anak tulisannya terbaik dimasukkan komunitas Yuk Menulis Sidoarjo.
”Mereka dibimbing sehingga bisa menulis. Walau masih banyak kesalahan pada ejaan karena nulisnya tidak baku,” papar Winda.
Perempuan pengasuh komunitas Yuk Nulis Sidoarjo ini juga menyarankan agar Yunita mengikuti lomba menulis puisi bersama Damhuri Muhammad. ”Walau bukan pemenang tapi karyanya termasuk yang diterbitkan,” terang Winda.
Yunita mengatakan, ingin menjadi penulis profesional. Sekarang masih penulis pemula, karena itu dia teruskan semangat menulis apa saja. ”Saya ingin punya buku sendiri,” tandasnya. “Di panti disediakan banyak buku. Jadi saya suka baca, terus kepingin punya buku,” ujar gadis yatim piatu ini.
Orangtua Yunita Wulandari sudah lama meninggal sejak dia kecil. Kemudian diasuh kakek dan neneknya. Karena kondisi ekonomi kurang mendukung, mendorong ia bersedia hijrah dari Lumajang, meninggalkan kakek dan neneknya untuk menetap di panti asuhan di daerah perumahan TNI AL Sugihwaras Sidoarjo. Kemudian dia masuk SMA Muhammadiyah 2, sekolah unggulan di Sidoarjo. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto