PWMU.CO – Tauhid Rahamutiyah sebagai Basis Nilai Islam Berkemajuan dikupas dalam Pengajian Ramadhan 1442 H di lingkungan Muhammadiyah GKB Gresik secara virtual, Sabtu (17/4/2021).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Mugeb Islamic Centre (MIC) Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik ini menghadirkan Dr Hamim Ilyas MA sebagai pemateri.
Hamim menjelaskan tauhid dalam ajaran Islam itu unik dengan inti (core) sifat Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, yakni rahmah. Sehingga dalam rumusan tauhid rahamutiyah yang didasarkan pada ayat-ayat al-Quran menegaskan bahwa Allah mewajibkan pada diri-Nya sendiri memiliki “Ar Rahman” yang berarti penuh kasih sayang atau welas asih.
Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam Surat al-Anam ayat 12 yang artinya, “Katakanlah Muhammad, milik siapa apa yang ada di langit dan di bumi?. Katakanlah milik Allah. Dia telah menetapkan sifat kasih sayang (rahmah) pada diriNya. Dia sungguh akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan lagi. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.”
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjelaskan, Allah mengutamakan sifat Ar-Rahmah-Nya dalam menciptakan makhluk-Nya dan mengatur segala sesuatunya.
“Allah itu Maha Esa dan Kuasa atas segala sesuatu. Allah kuasa bisa menetapkan pada diriNya sifat kuasa, sifat kejam, sifat balas dendam, sifat yang keras, dan suka menghukum. Tapi semua itu bukan pilihan Allah. Dia memilih dan menetapkan dirinya dengan sifat Rahmah-Nya,” jelasnya kepada 500 peserta melalui Zoom Clouds Meeting.
Hamim menceritakan sifat rahmah dari Allah ini muncul sebelum menciptakan makhluk-Nya. Meskipun Allah bersifat serba maha dan dalam kondisi murkapun, Allah senantiasa membatasi dirinya dengan sifat rahmah-Nya. Hal ini juga disebutkan pada sebuah hadits qudsi yang berbunyi, ‘Inna rahmati sabaqat ghadabi (Sesungguhnya rahmatku, welas asihku mendahului murkaku).’ Maka Rahmah menjadi kunci sifat Allah yang merupakan ajaran Islam yang autentik.
Pada implementasi sifat Rahmah yang berarti riiqqah taqtadli al-ihsan ila al-marhum memiliki makna perasaan lembut (cinta) yang mendorong untuk memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi. Berdasarkan pengertian ini maka Islam diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mewujudkan kebaikan nyata bagi seluruh makhluk Allah.
Empat Konsep Tauhid Rahamutiyah
Dosen Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Kalijaga ini menerangkan Tauhid Rahamutiyah ke dalam empat konsep utama yaitu :
Pertama, Tauhid Uluhiyah, mengesakan Allah dalam beribadah. Pada konsep ini sifat welas asih Allah sebagai Ilah (Tuhan yang disembah), tidak menginginkan hamba-Nya menderita atau mati hanya sebab menyembah kepadaNya.
“Maka dalam ajaran Islam, bila sholat dalam kondisi sehat, harus berdiri. Namun bila kondisinya sakit boleh duduk atau dengan berbaring bila sudah parah dan tidak mampu untuk duduk,” terangnya.
Dia menegaskan, ajaran Islam menetapkan ketentuan tersebut dimaksudkan Allah tidak menginginkan hambanya meninggal hanya karena beribadah kepada-Nya. Inilah wujud sifat rahmahnya Allah.
Kedua, Tauhid Rububiyah, mengesakan Allah sebagai Rabbal’alamin yakni pencipta, pemilik, pemelihara, pengatur dan juga menghancurkan alam semesta. Semua itu dijalankan berdasarkan sifat rahmah Allah. Hamim kemudian mengutip kandungan surat al-Ala ayat 1-2 yang artinya: “Sucikanlah nama tuhanmu yang Maha Tinggi. Yang menciptakan lalu menyempurnakan ciptaanNya.”
“Allah dengan sifat rahmahnya menciptakan makhluknya tidak dengan asal-asalan, tapi penuh dengan cinta. Maka dalam penciptaan manusiapun, diciptakannya dengan sempurna,” jelasnya memberikan contoh.
Selain itu, cinta Allah sebagai Rabbal’alamin juga ditunjukkan dengan memberikan kemampuan atau potensi serta bimbingan kepada semua makhluknya dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini.
Penulis buku Fikih Akbar itu mencontohkan saat manusia melakukan kegiatan ekonomi dengan menggunakan potensi sumber daya alam. Allah memberikan bimbingan melalui al-Quran dalam Surat ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali pada jalan yang benar.”
“Pada konteks tersebut sebagai implementasi sifat Ar-Rahmah, Allah telah memberikan arahan, bimbingan dan peringatan sejak diawal kepada manusia agar saat manusia dalam mengaktualisasi potensinya tidak sampai merusak dirinya sendiri. Seperti mengeksploitasi alam secara berlebihan. sehingga alam yang semula menjadu sebuah anugerah justru berganti menjadi bencana,” terangnya.
Ketiga, Tauhid Asma’ wa shifat, Allah mengaktualkan nama-nama dan sifat-Nya itu juga dengan rahmah. Hamim mencontohkan Allah memiliki sifat pemberi hukuman. Dan hukuman Allah itu disebut azab. Tujuan pemberian hukuman diperuntukan untuk menyegarkan kehidupan.
“Allah memberikan kehidupan dengan memberikan adzab/hukuman. Agar hidup menjadi segar dan menggembirakan.Maka ada kaya ada miskin, ada pintar juga ada bodoh dan sebagainya,” jelasnya mencontohkan.
Keempat, Tauhid Mulkiah, Allah sebagai Maaliki yaumiddin yaitu Dia menjadi satu-satunya yang berkuasa di akhirat kelak. Maka dengan rahamutiyah, maka Allah menggunakan sifat welas asihnya. Sehingga Allah tidak mau melakukan hisab, perhitungan amal perbuatan manusia tanpa keadilan. Dan menurut Hamim, mengingat sifat inti Allah adalah penuh cinta (rahmah), pastinya Allah akan mewujudkan keadilan dengan seadil-adilnya tanpa pendzaliman nanti di akherat.
Hal tersebut telah digambarkan dalam al-Quran Surat Yasin ayat 65 yang berbunyi: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka lakukan.”
Oleh karena konsep rahamutiyah yang terwujud dalam empat kapasitas di atas, maka Allah memberikan risalah kepada Nabi Muhammad SAW juga penuh dengan rahmat dan juga memberikan kebaikan untuk semesta alam.
Pada kesempatan yang disiarkan juga melalui streaming Spemdalas TV itu, Hamim memberikan penguatan bahwa ajaran tauhid rahamutiyah dalam Islam menjadi konsep yang fundamental.
“Karena konsep ini yang mengatur, memelihara, dan yang akan melestarikan ajaran Ketuhanan dan Risalah Nabi Muhammad SAW. Tapi seringnya di masyarakat ajaran tentang ketauhidan dianggap justru memecah belah umat,” terang dia. Hamim menilai hal tersebut karena masyarakat kehilangan konsep rahamutiyah yakni kehidupan yang penuh cinta kasih Allah.
Kegiatan ini diikuti oleh anggota majelis/lembaga dan organisasi ototom di bawah naungan PCM GKB, guru dan karyawan SD Muhammadiyah 1 dan 2 GKB, SMP Muhamamdiyah 12 GKB, dan SMA Muhamamdiyah 10 GKB serta dari sekolah mitra.
Dan acara pengajian ini akan dilanjutkan pada sesi kedua pada Sabtu, 24 April 2021 dengan menghadirkan Drs Hajriyanto Y Thohari MA dan sesi ketiga pada Sabtu, 3 Mei 2021 bersama dengan Ustadz Salim A Fillah dari Yogyakarta. (*)
Penulis Anis Shofatun Editor Mohammad Nurfatoni