PWMU.CO – Harapan Ketua Umum PP Aisyiyah di Milad Ke-26 SD Mugeb disampaikan, Ahad (18/4/2021).
Dalam acara yang dihadiri 490 partisipan Zoom Clouds Meeting itu, Dr Siti Noordjannah Djohantini MM MSi berharap agar kemajuan-kemajuan pendidikan yang telah diraih oleh Muhammadiyah sebaiknya segera dikloning
“Dari pengelolaannya, sistem kurikulum dan cara mendekatkan guru dengan orang tua sekaligus anak-anak,” jelasnya.
Saya yakin, sambungnya, SD Muhammadyah 1 GKB (SD Mugeb) ini dikelola dengan khidmat dan jiwa yang tulus, sehingga bisa berpikir untuk masa depan.
Apresiasi dari PP Aisyiyah
Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, kami atas nama Pimpnan Pusat (PP) Aisyiyah mengapresiasi sepenuhnya SD Mugeb, dengan harapan sekolah-sekolah Muhammadiyah supaya bagus pengelolaannya dan menebarkan kebaikan-kebaikan yang sudah dimiliki.
“Apresiasi kepada anak-anak SD Mugeb, kami percaya kalian akan menjadi anak-anak yang salih dan salihah, qurrata a’yun, penenang, penyejuk, penenteram bagi orangtua,” ujarnya.
“Lebih dari itu kalian akan menjadi harapan untuk kepentingan kebangsaan. Kita punya harapan yang begitu kuat untuk menjadikan mereka menjadi anak yang qurrata a’yun,” dia menambahkan.
Bagi orangtua, sambungnya, anak-anak kita saat ini diharapkan memiliki ketaatan yang kuat kepada Allah, karena itu akan menjadi pondasi dalam kehidupan.
“Menyenangkan di sini dalam artian, bukan menyenangkan secara fisik, tumbuh kembang dengan baik sesuai usianya itu juga salah satu makna qurrata a’yun. Ketentraman hidup itu terlihat jika jiwa kita tenang. Dengan begitu kita akan bisa lebih banyak berbuat kebaikan,” jelasnya.
Tantangan Guru dan Orangtua
Istri Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir itu menyampaikan, jika tantangan saat ini lebih besar. “Bagaimana kita bisa menemani mereka yang sedang bertumbuh sesuai usianya,” ujarnya.
Sikap hidup hedonis, lanjutnya, juga menjadi tantangan kita. Dan itu bukan kesalahan mereka. Tetapi bagaimana kita ciptakan lingkungan yang jauh dari kesenangan dunia secara berlebih.
“Bagaimana dengan teknologi informasi, dunia virtual yang satu sisi memberikan nilai positif, tetapi juga tidak sedikit nilai negatifnya,” katanya.
Sebagai orangtua, sembungnya, kita tidak bisa menemani anak dalam waktu 24 jam. Maka yang perlu kita berikan kepada mereka adalah ketenteraman. Agar mereka menjadi anak-anak yang tumbuh dengan sehat dari jiwa, pikiran, dan psikologisnya.
“Jadilah orangtua yang bijak dalam mendidikan anak, karena mereka sebagai generasi penerus masa depan,” pesannya kepada para peserta yang notabennya orangtua.
Ibu berusia 62 tahun itu juga berpesan kepada para siswa SD Mugeb agar menjadi anak-anak yang qurrata a’yun, cerdas dalam makna memiliki kemampuan ilmu pengetahuan teknologi kreatif, dan juga memiliki jiwa yang kokoh.
“Kalian akan menjadi kader Muhammadiyah yang diharapkan oleh banyak pihak. Oleh karena itu, marilah kita bekali anak-anak kita dengan asupan ilmu agama yang kuat, agar menjadi generasi yang kokoh, kuat iman,” tambahnya.
Keteladanan sebagai Kekuatan Mendidik
Noordjannah menegaskan, keteladan menjadi kekuatan kita dalam mendidik anak-anak. “Baik keteladanan di sekolah dan di keluarga harus terus kita lakukan, karena ini menjadi sesuatu yang harus terus dilakukan agar anak-anak kita tahu persis apa yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, kenalkan lingkungan sosial yang beragam rupa, agar mereka bisa bersosialisasi dan berbuat, mempunyai jiwa taawun yang menjadi ciri bagi persyarikatan kita.
“Mari kita ciptakan hal yang baik kepada anak-anak dan mengeliminasi suatu yang bersifat kekerasan,” ajaknya. Menurutnya, jiwa taawun bukan harus dimiliki orang dewasa saja, tapi juga perlu dilatihkan kepada anak-anak kita.
Menjadi sekolah ramah anak berarti harus menjauhkan anak-anak dari kekerasan dan menciptakan lingkungan nyaman dan aman untuk mereka.
Perempuan kelahiran Yogyakarta itu mengajak agar para peserta menebarkan kebaikan secara luas, menjadikan anak-anak sebagai generasi masa depan yang kuat, dan memiliki pengetahuan dan kekokohan jiwa.
“Insyaallah dari situlah anak-anak akan menjadi anak yang cerdas berakhlakul karimah,” ujarnya. (*)
Penulis Firdausi Nuzula Editor Mohammad Nurfatoni