PWMU.CO– Vlog dakwah menjadi tugas peserta Pesantren Ramadhan setelah mendapatkan materi tips dan trik berdakwah. Peserta membuat video ceramah di rumah lalu dikirimkan hari itu juga ke panitia.
Itulah keramaian Pesantren Ramadhan Darul Arqam Virtual untuk kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Surabaya mulai Kamis (15/4/2021) hingga Ahad (18/4/2021).
Tugas membuat vlog dakwah harus kreatif dan kekinian. Vlog dakwah juga harus memperhatikan protokol kesehatan, mengingat kondisi pandemi yang masih belum berakhir.
Pembuatan vlog dakwah mengacu kepada tips dan trik berdakwah yang disampaikan selama Darul Arqam. Setelah hasilnya dikumpulkan dinilai oleh panitia.
”Semua vlog dakwah sangat luar biasa, semuanya menjadi yang terbaik, bahkan panitia sampai bingung mana yang harus dipilih jadi yang paling paling terbaik,” ujar Ustadz Guswin, panggilan Ustadz Agus Eko Winanto, Ketua Panitia Darul Arqam.
Salah satu pendamping kelompok yaitu Ustadz Zarkasi menyampaikan, kemasan video dakwah sudah cukup baik, meskipun perlu perbaikan dari segi penampilan dan kemampuan public speaking.
”Semuanya sangat bagus. Supaya terbiasa dan semakin baik maka saya berharap setelah kegiatan Darul Arqam, siswa-sisiwa SMAMDA harus membiasakan diri menggunakan media sosialnya untuk berdakwah. Karena dakwah tidak dibatasi oleh momen tertentu saja,” ujarnya.
Masukan juga disampaikan oleh Ustadz Syahrul Ramadhan, penguji video dakwah. Dia menyampaikan tantangan siswa membawakan topik-topik kekinian. ”Kalau audiencenya sama-sama anak muda, bawakan topik yang relevan juga, misalkan bagaimana peran anak muda dalam dakwah,” tuturnya.
Tugas Dakwah
Sebelumnya materi tips dan trik berdakwah disampaikan oleh Ustadz Sholihin Fanani, ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur.
Dia mengatakan, pertama, berdakwah adalah kewajiban semua umat Islam. ”Warga Muhammadiyah boleh jadi guru, dokter, insinyur, dan sebagainya, namun semuanya tetap punya tanggung jawab untuk berdakwah,” katanya.
Kedua, siar dakwah harus dilandasi dengan niat ikhlas dan benar. ”Pengemban dakwah bukan hanya seorang penyampai kebenaran yang dibayar atau diperlukan untuk kepentingan dan intrik-intrik tertentu, yang justru jatuhnya menjadi perbuatan menjual agama,” tandasnya.
Ketiga, seorang pendakwah atau dai harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang disampaikannya. ”Bukan sekadar ’sampaikan dariku walau satu ayat’. Pendakwah menyampaikan apa yang dikerjakannya. Tidak mungkin, ngajak shalat tapi tidak pernah shalat. Maka dari itu, istilahnya amar makruf nahi munkar,” jelasnya. (*)
Penulis Muhammad Zarkasi Editor Sugeng Purwanto