PWMU.CO – Mencari Hikmah Puasa di Balik yang Kasatmata. Ketua Corp Mubalighat Aisyiyah (CMA) PCA Manyar Dra Khoiriyah menyampaikan itu dalam kajian virtual Gerakan Perempuan Mengaji Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Manyar Gresik edisi Ramadhan, Jumat (23/4/21).
Khoiriyah menyampaikan, puasa adalah ibadah kepada Allah dengan menahan diri dari makan, minum dan nafsu lainnya serta dari hal-hal yang membatalkan. Dari terbit fajar hingga terbenam matahari oleh orang tertentu, dengan syarat tertentu dan niat tertentu.
‘’Salah paham, tidak paham, dan kurang paham menjadi ciri khas manusia dalam memahami sesuatu begitu juga pada makna puasa,’’ ujar Wakil Ketua PCA Manyar Gresik ini.
Menurutnya pemahamannya lebih banyak terhenti pada aspek yang kasatmata dan acap kali gagal menembus makna hakikat di balik fenomena. “Sehingga puasa hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Serta banyak yang tergelincir kehilangan keutamaan dan pahala puasa yang sangat besar,” ujar ibu kelahiran Bojonegoro ini.
Dia mengatakan, sebagai warga Aisyiyah yang berkemajuan pasti tidak mau terjebak pada makna yang kasatmata saja. Berbekal ilmu, warga Aisyiyah akan sanggup memahami makna spesifik yang khusus menjadi substansi dari ibadah puasa.
Puasa, tambah dia, merupakan ibadah istimewa, yang menjadi urusan Allah dan mendapat pengawasan dari Allah secara langsung. “Dalam hadits qudsi Allah berfirman yang artinya semua amalan anak Adam untuknya, kecuali puasa ia untuk-Ku dan Aku akan membalasnya,” jelasnya.
Fungsi dan Nilai Puasa
Khoiriyah menjelaskan fungsi puasa adalah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai perisai bagi umat Islam dan dari kemaksiatan serta dari siksa api neraka. “Mari mengkaji kembali tentang ibadah puasa agar mendapatkan hikmah yang ada dibaliknya khususnya yang berhubungan dengan kehidupan sosial,” ajaknya.
Menyitir al-Quran surat al-Baqarah ayat 183, dia menyampaikan perintah Allah tentang kewajiban berpuasa ditujukan kepada semua orang yang beriman tanpa memandang statusnya. “Mulai rakyat biasa, pejabat sampai presidenpun kalau dia beriman maka berkewajiban menjalankan puasa,’’ ucap ibu kelahiran 25 Januari 1967 ini.
Sementara pada ayat berikutnya, yaitu al-Baqarah ayat 184 ada kalimat yang berbunyi dan bagi orang yang tidak mampu mengerjakan puasa wajib membayar fidyah memberi makan orang-orang miskin.
“Dari ayat tersebut dengan jelas Allah menunjukkan puasa tidak hanya bermanfaat bagi individu saja tetapi memiliki ikatan sosial bagi orang lain yaitu fakir miskin,” sitirnya.
Allah menetapkan bahwa orang yang diberi keringanan boleh berbuka, sambungnya, maka ia wajib meringankan beban orang miskin. “Disini menunjukkan nilai puasa mempunyai nilai kesetaraan di mata Allah,” katanya.
Puasa Menumbuhkan Rasa Empati
Ibu dua anak ini menjelaskan puasa juga menumbuhkan rasa empati. “Dengan berpuasa orang-orang kaya yang biasanya makan-makan dengan makanan mewah, bisa merasakan apa yang dirasakan orang miskin,’’ jelasnya.
Menurutnya, dengan berpuasa akan menumbuhkan kesabaran. Dan rasa lapar tersebut akan muncul empatinya tumbuh kasih sayang akhirnya lemah lembut pada orang miskin.
Dia menegaskan, puasa bisa menumbuhkan kesabaran dan menambah rasa subur. “Pada saat kita menahan lapar dan haus sungguh melelahkan, butuh kesabaran untuk bisa menunggu waktu berbuka. Dan setelah waktu berbuka tiba orang yang berpuasa akan mendapatkan kenikmatan yang besar walau hanya seteguk air akan terasa nikmat lalu akan bertambah rasa syukurnya,” terangnya.
Khoiriyah juga menjabarkan ada tiga kesabaran dalam menjalankan puasa, yatiu sabar menahan nafsu, sabar menjalani perintah, dan sabar dalam menjauhi maksiat.
Kemudian, tambahnya, puasa juga menumbuhkan kesadaran manusia bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. “Apapun predikatnya di dunia ini dia tetaplah seorang hamba. Sedangkan predikat termulia dan tertinggi adalah predikat Tuhan Allah,” tegasnya.
Dengan kesadaran ini tumbuh dalam diri seseorang rasa patuh dan tunduk kepada Tuhannya. Dan akan tumbuh kejujuran manusia dalam menjalankan perintah Allah. Bukti kejujuran itu terbukti saat lapar dan haus dalam kesendiriannya.
Menurutnya sebenarnya mudah untuk curi-curi makan atau minum. “Namun bagi orang yang beriman masih bertahan dalam lapar dan hausnya, karena ia yakin Tuhan telah mengawasinya,” ucapnya.
Puasa Pembentuk Karakter Baik
Khoiriyah yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Ranting (PRA) Tanggulrejo Manyar Ini memaparkan puasa adalah sebagai madrasah yang paling efektif, lembaga pendidikan karakter yang terbaik dan dimonitor langsung oleh Allah.
“Dalam puasa tidak hanya latihan fisik dan mental tetapi juga pembentukan karakter yang baik,” kata dia.
Puasa, imbuhnya, mengandung nilai kesetaraan juga nilai kebersamaan, kepatuhan menumbuhkan kejujuran dan kesabaran. Membangkitkan kepedulian pada sesama menumbuhkan empati dan kasih sayang serta menambah rasa syukur.
Di akhir kajiannya dia menjelaskan apabila kebaikan-kebaikan dan karakter yang terbentuk di dalam bulan Ramadhan terus dilakukan di luar Ramadhan—dan menjadi gaya hidup yang islami di kehidupan sosial masyarakat—pasti akan terjadi kondisi masyarakat yang rahmatan lil ‘alamin.
“Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan benar agar kita dapat meraih predikat muttaqin,” harapnya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni