Allah dan Malaikat Bershalawat pada Orang yang Sahur ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Allah dan Malaikat Bershalawat pada Orang yang Sahur ini berangkat dari hadits riwayat Ahmad.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ. (رواه أحمد)
“Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Makan sahur itu berkah. Maka janganlah kalian tinggalkan meskipun salah seorang dari kalian hanya minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”
Keberkahan Sahur
Sahur dari kata sahara yang berarti qubailashshubhi. Yakni waktu menjelang Subuh. Makanannya disebut suhur. Rasulullah tidak pernah meninggalkan untuk menunjukan pintu kebaikan kepada umatnya dan mendorongnya selalu, baik untuk kebaikan di dunia lebih-lebih kebaikan di akhirat. Termasuk di dalamnya adalah makan sahur bagi yang akan berpuasa, baik puasa wajib maupun sunnah.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً. متفق عليه
“Dari Anas Radliallahu anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: ‘Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung barakah.'” (HR Bukhari Muslim)
Di antara dorongan untuk makan sahur sebagaimana hadits tersebut adalah adanya keberkahan. Itu berarti saat waktu sahur itu diliputi banyak keberkahan atau kebaikan. Makan dan minum sahur itu sendiri akan memberikan kekuatan atau stamina untuk menjalankan puasa di esok harinya, sekaligus tetap kuat dalam menjalankan ibadah lainnya di siang hari. Karena seseorang yang dalam kondisi sangat lapar biasanya lebih malas menjalankan ibadah.
Sehingga orang yang sahur mendapatkan pahala yang sangat banyak karena termasuk mengikuti sunnah Rasulullah, sekaligus dalam rangka memantapkan niatnya untuk berpuasa di esok harinya.
Selain itu di waktu sahur dapat dimanfaatkan untuk banyak berdzikir, berdoa, dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini merupakan kebaikan yang sangat besar sekaligus menjadi harapan untuk selalu mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلۡقَٰنِتِينَ وَٱلۡمُنفِقِينَ وَٱلۡمُسۡتَغۡفِرِينَ بِٱلۡأَسۡحَارِ
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali Imran; 17)
Jadi secara khusus dalam ayat di atas Allah menyebut orang-orang yang memohon ampun diwaktu sahur. Hal ini merupakan keistimewaan yang sangat luar biasa bagi umat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Menyelisihi Ahli kitab
Termasuk sebagai sunnah Rasul di dalam makan sahur ini adalah menyelisihi tradisi Ahli Kitab yaitu orang Yahudi dan Nasrani. Dalam banyak kesempatan Rasulullah memerintahkan kita untuk menyelisihi dengan Ahli Kitab, hal ini untuk membedakan kita sebagai kaum Muslimin dengan mereka, karena kita sebagai muslim memiliki ciri sebagai identitas tersendiri yang berbeda dengan mereka.
Mereka saat berpuasa tidak ada kegiatan makan sahur.
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ. رواه مسلم
“Dari Amru bin Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim)
Allah Bershalawat pada Orang yang Sahur
Sebagaimana dalam hadits di atas, Allah bersama para malaikat-Nya bershalawat untuk orang yang makan sahur. Dan begitulah betapa hebatnya kasih sayang Allah, sesuatu yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kita hamba-Nya Ketika dijalankan, akan tetapi Allah masih memberikan rahmat-Nya.
Padahal rahmat Allah inilah kunci dari apa yang sangat diharapkan dari seorang hamba dalam setiap aktifitas ibadah dan pengabdiannya. Tanpa rahmat-Nya hampir semua apa yang ada ini tidak ada apa-apanya.
Oleh karena itu makan sahur ini didorong sedemikian rupa oleh Rasulullah, sekalipun tidak ada yang dapat dimakan, walau seteguk air saja sudah mencukupinya. Apalagi jika kondisi makanan yang banyak sehingga dapat menentukan menu sesuai yang disukainya, sungguh merupakan karunia yang wajib disyukuri.
Mengasah Kepekaan SoSial
Di antara wujud dari rasa syukur ini adalah memiliki kepedulian kepada orang lain yang tidak seberuntung kita. Termasuk peduli terhadap mereka yang untuk makan sahur ini bisa jadi tidak ada yang dapat dimakan. Tanpa kepekaan dalam diri ini menjadikan kita termasuk orang-orang mendustakan agama kita sendiri, sebagaimana yang di sinyalir dalam surat al-Maun.
Sehingga dalam makan sahur ini bagi yang memiliki kelapangan, juga diharapkan menjadi sebab untuk banyak bersedekah. Mengasah rasa simpati kepada kaum papa yang selalu kesulitan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan memberikan kepedulian ini diharapkan mereka— kaum papa ini—akan tetap taat kepada Allah, yakni menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya.
Itulah makna keberkahan itu sesungguhnya bagi diri kita, yakni mampu menebarikan manfaat kepada lainnya. (*])
Editor Mohammad Nurfatoni