Menko PMK Tinjau Bandara Kualanamu, Cek Kesiapan Terima PMI. Sebelumnya dia jadi keynote speech Kongres Ke-11 Hikmahbudhi.
PWMU.CO – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy melakukan peninjauan ke Bandara Kualanamu Medan terkait kesiapannya menerima para Pekerja Migran Indonesia (PMI), Sabtu (1/5/2021).
Ia meminta Pemerintah Kota Medan dan pihak Bandara Kualanamu untuk lebih berhati-hati dalam melakukan penanganan para PMI yang datang ke Kota Medan ini.
“Mohon dicermati karena Medan menjadi tempat diperbolehkan mendaratnya para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang diantara PMI itu sudah diketati pengawasannya dan sudah diperiksa ada yang membawa ‘oleh-oleh’ virus Covid-19 juga,” pesannyanya.
Pada kesempatan tersebut Muhadir Efendy didampingi oleh Staf Ahli Gurbernur Sumatera Utara Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset, dan SDA Agus Tripriyono; Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Priagung AB; serta Eksekutif General Manager Angkasa Pura Agus Supriyanto.
Toleransi Antarumat Beragama Kunci Kemajuan Bangsa
Di Medan Muhadjir Effendy juga menjadi keynote speech Kongres Ke-11 Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) di Hotel Polonia Medan, Sabtu (1/5/2021).
Dia menyampaikan, Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai keragaman, antara lain suku, ras, bahasa, dan agama. Keberagaman ini merupakan aset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan rawat bersama.
Menurutnya, keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan.
Menko PMK Muhadjir Effendy menyampaikan pentingnya menerapkan prinsip-prinsip kemerdekaan dan kebebasan untuk menumbuhkan sikap toleransi, saling menghormati antarpemeluk agama yang berbeda dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda.
Menurutnya hal tersebut dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan yang kuat sebagai modal membangun bangsa Indonesia kedepannya.
“Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman Indonesia yang tidak hanya bersuku-suku, berras-ras, dan berbudaya. Tetapi kita punya makna yang jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan. Saya kira ini sebagai modal yang besar untuk kita maju bersama membangun bangsa Indonesia,” terang dia.
Dia juga mengajak kepada seluruh mahasiswa yang hadir untuk tidak mengabaikan prinsip perjuangan dalam membangun bangsa Indonesia.
“Saya ingin para mahasiswa betul-betul mengambil peran maksimal dan berada di garis depan untuk kemajuan Indonesia. Terlalu mahal prinsip perjuangan untuk anak-anak muda, karena banyak pemuda yang mulai mengabaikan prinsip tersebut,” ujarnya.
Padahal, sambung dia, prinsip perjuangan itulah yang membimbing kita untuk tetap tegap berdiri, penuh dengan keyakinan, menatap masa depan untuk Indonesia maju. (*)
Editor Mohamamd Nurfatoni