PWMU.CO – Tiga hakikat hidup manusia adalah untuk beribadah, sebagai khalifah, serta beramal shalih dengan kiprah dan peran masing-masing.
Demikian yang disampaikan Ketua Badan Komunikasi Masjid Muhammadiyah (BKMM) Sidoarjo Burhanuddin SThI dalam Kajian Subuh Masjid An-Nur, Sabtu (8/5/21).
Menurut Burhan, sapaannya, manusia merupakan hamba Allah yang diberi kesempatan hidup di dunia ini. “Maka hakikat kegunaan hidup di dunia ini juga sudah digariskan Allah SWT, yang itu bisa kita ambil banyak pelajaran dari firman-firman-Nya,” ujar dia.
Firman Allah, lanjut Burhan, seperti yang termaktub dalam al-Quran surat adz-Dzariyat ayat 56 wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun. DanAku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka mengabdi kepadaku. “Maka menurut al Jurjani, ibadah itu adalah amalan seorang mukallaf untuk melawan hawa nafsunya, untuk mengagungkan Allah SWT,” paparnya.
Beribadah kepada Allah, kata Burhan, harus secara totalitas. Baik ibadah itu nilainya habluminallah atau hablumninannas. “Jadi betul-betul menjadikan diri kita saat beribadah ini, akhirnya ber-taqarrub kepada Allah SWT,” jelas Wakil Sekretaris Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim itu.
Sebagai Khalifah
Hakikat kegunaan hidup manusia yang kedua adalah sebagai khalifah. Seperti yang difirmankan Allah dalam al-Baqarah ayat 30. “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada malaikat sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini orang yang hendak membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau. Allah pun berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” sitir Burhan.
Jadi, sambungnya, manusia hidup di muka bumi ini juga sebagai khalifah, yakni penjaga dan pemakmur di dunia ini. “Manusia harus mengambil peran-peran yang sesuai kapasitas dan kemampuan dirinya. Memakmurkan dan menjaga dunia menjadi bagian dari kewajiban kita,” terang dia.
Peran-peran tersebut, jelas Burhan, bisa di dalam mengelola keluarga, memakmurkan keumatan, atau dalam berbangsa dan bernegara. “Ini merupakan bagian dari amanah kita sebagai khalifah. Jadi jangan sampai kita menunggu mempunyai jabatan terlebih dahulu untuk menjalankan peran-peran tersebut,” tuturnya.
Dia lalu mencontohkan bagaimana peran keluarga itu, bisa dilalui dari proses mempersiapkan generasi qurrata a’yun, yakni generasi yang sedap dipandang mata dalam sudut pandang agama. “Juga termasuk menyiapkan generasi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Itu bagian dari peran-peran sebagai khalifah fil ardh,” tambahnya.
Menurut Burhan, peran manusia sebagai khalifah ternyata tidak cukup sampai di situ. Juga ada peran-peran keumatan, yakni menyediakan waktu, ilmu, dan bahkan harta. Untuk memakmurkan masjid contohnya. “Termasuk mendampingi generasi dan kader-kader kita agar tidak salah jalan dalam memahami ideologi. Karena jika tidak ada pendampingan bisa berbahaya,” tegasnya.
Kejayaan Islam
Maka dia mengajak untuk betul-betul menyempatkan diri menjadi orang yang memakmurkan dengan nilai keumatan. “Sehingga nantinya terwujud izzul Islam wal muslimin, yakni kejayaan agama Islam dan kaum muslim, khususnya di Indonesia ini,” ungkap guru SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Muhida) tersebut.
Sementara hakikat kegunaan hidup manusia di dunia untuk yang ketiga adalah beramal shalih. Yaitu keshalihan yang dibangun secara ritual, spiritual, dan sosial. “Ramadhan itu juga menjadi madrasah, sekolah. Kita ditempa di dalam Ramadhan untuk tetap dalam keshalihan ritual. Ibadah shalat kita, puasa yang hanya Allah yang tahu, serta ibadah-ibadah lainnya,” jelasnya.
Maka setelah Ramadhan, kata dia, patutlah kiranya tetap menjaga keshalihan , termasuk dalam spiritual seperti menanamkan kesabaran, kepatuhan, dan menahan amarah. “Maka harus terus dijaga pasca Ramadhan nanti,” pesannya.
Termasuk keshalihan sosial, seperti infak dan zakat, yang itu semua dalam lingkup meningkatkan amal-amal shalih orang-orang beriman. “Maka kita yakin bahwasanya orang-orang yang beramal shalih akan dijamin Allah SWT. Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dalam keadaan beriman akan diberikan kehidupan yang baik, dan diberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan,” jelasnya mengutip al-Quran surat an-Nahl ayat 97. (*)
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.