PWMU.CO – Menko PMK Ajak Restorasi Besar-besaran Film Sejarah. Hal itu dia kemukakan saat menontonf film Tjoet Nja’ Dhien yang direstorasi, di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusar, Ahad (23/5/21).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyaksikan film tahun 1988 garapan sutradara Eros Djarot yang direstorasi dan ditayangkan kembali dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional.
Muhadjir mengatakan, sebelumnya dia sudah pernah menyaksikan film Tjoet Nja’ Dhien dengan pemeran utama aktris Chrsitine Hakim itu.
“Dulu sudah pernah menonton. Ini yang kedua kalinya. Saya ingin tahu hasil restorasinya seperti apa. Ini kan film yang berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang menurut saya sangat detail penggarapannya,” ujar Muhadjir usai menyaksikan film tersebut.
Muhadjir juga mengajak dua putranya yang masih remaja— Muktam Roya Azidan dan Harbantyo Ken Najjar—itu mengatakan, film-film yang mengangkat kisah perjuangan seperti film Tjoet Nja’ Dhien akan menjadi film yang abadi dan memiliki makna semangat perjuangan yang bisa ditanamkan pada generasi penerus bangsa.
“Ini saya kira bakal jadi film abadi yang setiap saat bisa diputar untuk peringatan momen tertentu dan event tertentu karena berlatar belakang sejarah. Dan itu saya lihat ada pesan-pesan tentang pentingnya regenerasi, kesinambungan dari semangat perjuangan bangsa ini. Kan film ini adalah sejarah yang dipanggungkan,” tuturnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengimbau agar pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam perfilman nasional, baik dari kalangan pemerintah pusat, ataupun pegiat film, untuk bisa melakukan restorasi secara besar-besaran pada karya-karya film nasional yang memiliki makna sejarah.
“Saya kira ada baiknya dari pihak yang bertanggung jawab untuk segera melakukan penelitian, membuka dokumen film kita sebelum ini rusak, sebelum habis dimakan waktu sebaiknya dilakukan restorasi besar-besaran,” imbaunya.
Semangat Perjuangan, Tak Boleh Goyah Iman
Dalam kesempatan itu, turut hadir pemeran Teuku Umar dalam film Tjoet Nja’ Dhien, aktor kawakan Slamet Rahardjo Djarot. Dia menceritakan, film garapan adik kandungnya itu memiliki makna perjuangan bangsa Indonesia yang harus terus dinyalakan.
“Jadi konten dari film ini adalah perjuangan itu tidak boleh tanggung-tanggung. Mengambil dari slogan orang Aceh. Daripada miring lebih baik tumpah semua. Itu adalah pesan dari film ini,” ujarnya.
Tapi kalau kita melihat pesan moralnya, sambungnya, konteksnya dari semua itu sebetulnya sederhana. Film Tjoet Nja’ Dhien adalah film tentang perjuangan melawan iman yang goyah. “Kemarahan kami pada diri kami sendiri,” imbuh Slamet yang juga merupakan supervisor film ini.
Dia berpesan kepada seluruh sineas perfilman tanah air agar dapat menghasilkan karya-karya yang bermakna. Menurutnya, kekayaan kebudayaan Indonesia merupakan gudang ide bagi sineas perfilman.
“Mari kita rendah hati apakah benar kita film maker. Kalau kita film maker harus melakukan riset karena sebenarnya film adalah ilmu pengetahuan,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni