Opini oleh M Husnaini, penulis buku-buku inspiratif
PWMU.CO – Keterampilan berbahasa itu ada empat. Yang paling mudah adalah berbicara. Anak saya yang berusia dua tahun pun mulai bisa. Apalagi asal bicara, tidak perlu sekolah. Bahkan, di pesantren-pesantren atau kursus-kursus yang mengajarkan bahasa Inggris dan Arab, misalnya, sekitar tiga bulan masuk, santri atau pelajar dijamin sudah bisa berbicara dengan dua bahasa asing itu.
Berbicara memang keterampilan yang paling awal. Relatif lebih mudah. Yang kedua, keterampilan mendengar. Ini lebih sulit dari berbicara. Banyak orang mampu bercakap-cakap dengan bahasa Inggris, misalnya, tetapi begitu mendengar dialog Inggris, apalagi diucapkan oleh orang Barat asli, masih belum paham sempurna.
(Baca: Aktivis Muhammadiyah, Ayo Gairahkan Dunia Tulis)
Dalam kehidupan nyata, mendengar juga lebih sulit daripada berbicara. Terbukti banyak orang susah disuruh mendengar, dan hanya mau berbicara saja. Pernah lihat, bukan?
Keterampilan di atasnya lagi adalah keterampilan membaca. Dari sekian juta umat Islam di Indonesia saja, berapa gelintir yang terampil membaca. Jangankan terampil, sekadar terbiasa membaca saja belum. Membaca, kata sebagian kita, adalah pengantar tidur.
Masya Allah. Sedih sekali kalau mendengar pemikiran semacam itu. Dan, uniknya, orang Islam, termasuk juga yang katanya tokoh, tidak sedikit yang berpendapat demikian.
Setelah ketiganya, keterampilan puncak adalah menulis. Orang yang terampil di bidang ini, lebih sedikit lagi jumlahnya. Dari seratus orang Islam, belum tentu ada satu yang terampil menulis. Yang menjamur adalah orang pintar ngomong, terampil berbicara.
(Baca: Waspada di Era Sosmed, agar Jangan Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga)
Lihat saja, jumlah penceramah pasti lebih banyak ketimbang jumlah penulis. Di antara orang sekampung, tidak sulit cari penceramah untuk mimbar Jumat, misalnya. Tetapi, coba temukan berapa banyak penulis di kampung itu.
Apalagi, sekarang ini, baru mondok tiga tahun saja, sudah pintar berceramah. Malah ada diklat ceramah segala. Sehingga anak kecil pun sudah diundang ceramah ke mana-mana, dan laris. Namun, adakah pelatihan menulis kilat? Sungguh, untuk bisa terampil menulis, dibutuhkan latihan yang lama dan istiqamah. Bersambung ke halaman 2 ….