PWMU.CO – Aksi Bela Islam III 212 terkait tuntutan penahanan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, terdakwa kasus penistaan agama, benar-benar menggugah semangat masyarakat, termasuk para tokohnya. Di Bandara Abdurrahman Shaleh Malang, Kamis (1/12) pagi, pwmu.co sempat menemui banyak tokoh agama yang sangat disegani di komunitas jamaahnya masing-masing, yang berniat juga terbang ke Jakarta.
Ustadz Suriansyah yang ditemani istri dan anaknya mengatakan bahwa aksi ini bukanlah gerakan politik akan tetapi merupakan gerakan keumatan. “Sebenarnya kasus Ahok ini merupakan pintu bersatunya seluruh umat Islam untuk menunjukkan bahwa posisi mereka penting dan strategis,” tegas anggota Corp Mubaligh Muhammadiyah Malang ini.
Sementara itu Ustadz Abdullah Shaleh Hadromi, Pengasuh Radio Dakwah Islamiyah Malang, menyampaikan apresiasi yang luar biasa pada Muhammadiyah yang mampu menempatkan posisi dengan baik. “Yaitu men-support gerakan untuk memperoleh keadilan dan bisa membangun komunikasi dengan semua anak bangsa sehingga keutuhan bangsa ini masih tetap terjaga,” ungkapnya.
(Baca juga: Didatangi Polisi, Rombongan Aksi Bela Islam III dari Gresik Gagal Berangkat dan 5 Sikap Muhammadiyah Jatim Tanggapi Rencana Aksi Bela Islam Jilid III, Aksi 212)
Soal sikap kepolisian, Ketua Rampak Naong, yaitu wadah komunikasi kyai-kyai Madura se-Malang Raya, KH Khoirul Anam mengatakan bahwa langkah-langkah yang diambil polisi bersifat ambigu (standard ganda, red). “Di satu sisi sudah bersepakat dengan alim ulama akan pelaksanaan Aksi Bela Islam 212, tapi di sisi lain menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk menghalangi warga yang berkeinginan menyalurkan pendapatnya.
Guru Besar Universitas Brawijaya Prof DR Ali Akhsan Mustafa, mengatakan aksi ini adalah cara yang paling beradab guna menegakkan supremasi hukum di Indonesia. (Uzlifah)