Mati dan Sakit sebagai Nasihat oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.
PWMU.CO– Imam Ghazali berkata, yang paling dekat denganmu adalah ajalmu. Jadi bukan masa lalu yang kau kenangkan atau masa depan yang kau angankan.
Saya belum punya penjelasan otentik yang bisa saya terima dengan akal bahwa oksigen menjadi barang langka. Oksigen yang semula diberikan gratis oleh Allah tabaraka wataala tiba-tiba diperjualbelikan dan mahal karena langka. Ironis seperti tikus mati di lumbung padi jika mati disebabkan karena kekurangan oksigen.
Jadi apa penjelasannya? Maaf saya tak butuh tabib atau apoteker atau apapun namanya yang berkaitan dengan kesehatan. Kesehatan bisa diraih, sakit bisa disembuhkan. Tapi kematian siapa bisa cegah?
Saya ingin bicara tentang kematian. Mungkin kita berpikir bahwa sakit bisa sebabkan kematian lantas orang berkeras sembuh agar tidak jadi mati. Logika ini sangat mungkin lazim dan bisa dibuktikan secara empiris tapi benarkah sakit dan mati punya korelasi?
Bahwa sakit adalah sebab dari kematian? Bahwa sakit menjadi wasilah atau cara untuk mati. Sebab itu sebagian besar orang takut sakit karena bisa sebabkan kematian. Maka ribuan penjelasan tentang mati baik dari medis empiris atau teologis.
Mati itu urusan Tuhanmu. Kesehatan urusan tabib. Apa benar ada disparitas pembagian kewenangan atau semacam tupoksi antara Tuhan dan tabib? Tapi ini nonsens. Saya hanya percaya Tuhan dan tidak percaya tabib. Meski saat sakit yang pertama kali saya ingat adalah tabib.
Tapi bagaimana mengelola pikiran dan hati pada saat di mana kematian sangat banyak karena wabah atau pandemi yang mencekam?
Saya khawatir semua ikhtiar adalah bentuk perlawanan terhadap kematian? Karena sesungguhnya setiap orang sedang berperang melawan sunatullah. Lantas dibuat berbagai aturan atau protokol kesehatan atau regulasi agar terhindar sakit yang bermakna tidak jadi mati.
Inilah yang hendak saya katakan bahwa mati adalah nasihat. Tapi nasihat apa yang kita dapatkan dari kematian yang dekat itu? Hakikat ikhtiar itu menuju ketetapan bukan melawan ketetapan.
Sampai di sini ada batas kemampuan dan pengetahuan sebab itulah ada doa dan permohonan kepada yang maha tidak terbatas.
Melawan Kematian
Penduduk kota Iram membuat prokes berupa benteng kota terbuat dari besi baja agar terhindar dari mati. Tapi mereka mati juga.
Nabi Musa alaihi salam juga pernah menolak mati. Bertengkar hebat dengan malaikat maut. Malaikat maut ditempeleng hingga bola matanya pecah, karena Nabi Musa as kaget dan terkejut. Pun dengan Nabi Ya’kub alaihi salam sempat mengkonfirmasi kedatangan malaikat maut yang dianggapnya mendadak tanpa pemberitahuan, kemudian terjadi dialog intens tentang tiga tanda yang sudah dikirim tapi diabaikan.
Banyak kisah-kisah Israiliyat yang terdapat dalam berbagai kitab. Nabi saw bersabda, terhadap kisah Israiliyat jangan kau salahkan semua juga jangan dibenarkan semua.
Bapak para nabi: Ibrahim alaihi salam memberi uswah dengan cara berdoa memohon agar mati dengan cara elegan. Tawaffani musliman wa alhiqni bis shalihin atau tawaffani maa al abrar. (Matikankanlah aku dalam keadaan berserah diri kepadaMu bersama dengan para salihin atau Matikanlah aku bersama orang-orang yang terpilih).
Jadi semua kita dihadapan pada berbagai pilihan yang sudah ditetapkan. Entah kita pada yang mana.
Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya.
Maka demi Allah yang tiada ilah selainNya, ada seseorang di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka.
Ada di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan masuk surga. (Hadits riwayat Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
Editor Sugeng Purwanto