PWMU.CO – Di akhir sesi pengajian bertema “Narkoba, Jalan Pintas Menuju Kebahagiaan?”, seorang ibu mengangkat tangan. Ia meminta waktu untuk berbicara. Tapi, Intan—nama samaran—bukan hendak bertanya soal materi yang baru saja disampaikan Ustadz Muhammad Arifin pada pengajian di Masjid At Taqwa WSI, Menganti, Gresik, Ahad (4/12) pagi itu. (Berita terkait: Halusnya Sindikat Narkoba Menjerat Korban, Jamaah Masjid pun Kena)
Ia justru bercerita tentang kasus yang dialami anaknya. “Ini momen yang sangat bagus sekali Ustadz. (Soal narkoba) ini tidak jauh dari kita. Saya sendiri sudah mengalami. Sampai sekarang (anak saya kecanduan narkoba). Dan mohon maaf, bukan maksud saya membuka aib. Saya hanya ingin menemukan solusi untuk anak saya,” Intan membuka cerita.
(Baca: Ratusan Pelajar di Zona ‘Merah’ Ini Deklarasikan Tolak Perdagangan Anak dan Narkoba dan Selamatkan Generasi Muda dari Narkoba, Fortasi Gandeng Petinggi Kepolisian)
Berbagai upaya telah ia lakukan termasuk datang langsung ke Badan Narkotika Nasional (BNN). Juga mengobatkan anaknya ke Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Malang. Bahkan ia sempat membawa anaknya ke beberapa pesantren, tapi gagal karena ditolak. “Proses penyembuhan kadang tidak didukung oleh lingkungan,” keluhnya.
Intan merasakan, jika seorang anak sudah kecanduan narkoba, maka luar biasa beban yang harus diterima. Termasuk biaya pengobatan yang mahal. Sudah begitu, para pecandu merasa dirinya sehat sehingga tidak membutuhkan pengobatan. “Saya ini sehat Ma, tidak apa-apa,” kata Intan menirukan anaknya yang menolak diobati.
Yang juga sangat Intan sayangkan, adalah ketika anaknya dijadikan ‘spion’ oleh aparat untuk menelusiri jaringan narkoba. “Saya sangat kasihan. Kadang anak saya ditinggal begitu saja di jalan,” ungkapnya. Bahkan Intan pernah berniat melaporkan soal itu ke Komnas Perlindungan Anak. Tapi ia urungkan. Sebab, ia khawatir kasusnya malah panjang.
(Baca juga: Tugas Mendidik Anak pada Ayah, Bukan Ibu apalagi Sekolah dan Untuk Apa Saldo Kas Masjid Ratusan Juta jika Jamaahnya Melarat)
Menjawab curhatan Intan, Arifin, yang juga Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, menjelaskan bahwa rata-rata pecandu narkoba memang secara fisik terlihat sehat. “Tetapi sebenarnya yang sakit jiwanya.” Karena itu, BNN seringkali merujuk pecandu narkoba ke RS Jiwa. Soal spionase, Arifin menjelaskan bahwa bisa saja hal itu terjadi untuk pengembangan kasus. Dalam kesempatan itu Arifin juga sempat memberi resep ramuan tradisional untuk menghentikan ketergantungan pasien pada narkoba.
“Kecanduan narkoba bisa dihentikan. Tapi tidak bisa kembali seperti kondisi awal,” ujar peraih predikat Penyuluh BNN Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2010. Arifin mewanti-wanti pada para orangtua untuk menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus pada penyalahgunaan obat terlarang. “Biasanya tahapan anak-anak pengguna narkoba adalah merokok, mengonsumsi minuman keras, rokok ganja, dan akhirnya memakai narkoba dengan berbagai jenisnya,” jelas Arifin. (MN)