PWMU.CO – Tak ingin jadi sampah masyarakat, para pemuda ini taubat dan berbenah. Kini, kiprahnya turut mengharumkan Pujon Kidul, sebuah desa wisata edukasi yang sedang moncer namanya. Salah satu pemuda itu adalah Anjik Gunawan.
“Saya ingin menunjukkan, bahwa kami yang selama ini dianggap sampah masyarakat bisa memberikan sesuatu yang berguna” kata Anjik kepada pwmu.co, Ahad (4/12), mengenai motivasinya mengapa dia bersedia ikut terlibat mengembangkan desa wisata itu tanpa bayaran sepeser pun.
(Baca: Resign dari Karyawan, Lebih Nyaman Jadi Tukang Parkir: Sisi Lain Desa Wisata Pujon Kidul)
Pria berusia 25 tahun ini dulu bekerja di sebuah hotel. Dia rela meninggalkan pekerjaan itu demi mengembangkan lapangan pekerjaan di tanah kelahirannya sendiri, Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
Desa Pujon Kidul memang mulai banyak dibicarakan masyarakat karena wisata edukasinya. Semua itu bermula dari tangan dingin Kepala Desa Udi Hartoko dan Khusnul Sholiha. Suami istri aktivis Muhammadiyah Pujon itu berhasil mengubah Pujon Kulon. Sekarang, terdapat tujuh titik wisata andalan, salah satunya adalah wisata air terjun Sumber Pitu. Selain wisata alam, juga dirintis wisata buatan seperti Cafe Sawah tempat Anjik bekerja.
(Baca juga: Kepala Desa yang Aktivis Muhammadiyah Ini Berhasil Sulap Desa Pujon Kidul Jadi Wisata Edukasi)
Anjik menuturkan, setelah dipublikasikan sekitar 2 bulan yang lalu, pengunjung Pujon Kidul semakin meningkat. “Pada hari Senin hingga Jumat ada sekitar 100 pengunjung yang memadati. Jumlah ini semakin meningkat saat weekend, hingga mencapai 900 orang,” kata dia.
Sebanyak 16 orang pengelola desa wisata Pujon Kidul adalah pemuda. Mereka berusia antara 14 hingga 39 tahun. Ke-16 pemuda yang kebanyakan lulusan SD dan SMP ini adalah anggota POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata).
(Baca juga: Berdakwah dan Petik Melon Gratis di Sendangharjo, Destinasi Wisata Baru Lamongan)
Yang menarik, mereka bekerja tanpa gaji sepeser pun. “Pemasukan dari pengunjung digunakan untuk mengembangkan fasilitas di desa wisata ini,” ungkap Anjik. “Dulu pemuda di sini sering mabuk-mabukan, termasuk saya. Kami tidak pernah membantu desa sama sekali,” Anjik berkisah.
Menurutnya, perlu menggeser anggapan masyarakat bahwa pemuda cenderung berperilaku negatif. “Pemuda sebenarnya bisa berbuat banyak untuk desa,” katanya. Tekat itulah yang mendorong Anjik dan kawan-kawannya mengubah kebiasaan lama mereka.
Selain soal citra negatif pemuda, Anjik dan kawan-kawan ingin membatah anggapan sabagian masyarakat bahwa tidak ada pekerjaan yang menjanjikan di desa. “Saya rela keluar dari pekerjaan di hotel untuk kerja di desa saja. Ingin saya buktikan kalau di desa juga ada pekejaan. Bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan,” tukas Anjik yakin. (*)
Kontributor Nuzula Khoirun Nafsiah