PWMU.CO – UMAM (Universiti Muhammadiyah Malaysia) yang telah mendapat izin pendirian memperoleh respon positif dari warga perantauan di negeri tetangga itu. Mereka berharap anak-anaknya bisa berkulaih di situ.
Miftahul Ulum, Wakil Ketua PCIM Malaysia Bidang Kader dan Organisasi, menyampaikan bangga dengan berdirinya UMAM. ”Kita berharap agar dakwah Muhammadiyah bisa lebih mudah karena secara legalitas telah diakui oleh kerajaan Malaysia,” katanya.
Menurut dia, selama ini PCIM Malaysia tidak bisa berdakwah secara terbuka. Hanya Negeri Perlis tempat berdirinya universitas yang terbuka untuk Muhammadiyah. ”Selama ini yang terbuka menerima Muhammadiyah hanya Negeri Perlis. Memang amaliyah ibadah dan fikrahnya sama Muhammadiyah,” tuturnya.
Miftahul Ulum menerangkan, Negeri Perlis banyak kerja sama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau karena ada kesamaan amalan Ibadan dan pemikiran.
Sementara Muhammad Lazim, Ketua HTKP (Himpunan Tenaga Kerja Perantauan) Muhammadiyah menyampaikan, berdirinya Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) membuat bangga warga Persyarikatan di negeri ini.
”Semoga tambah maju dan bisa bermanfaat bagi umat,” jelas lelaki yang sudah 30 tahun tinggal di Malaysia. ”Langkah gerak untuk berdakwah lebih mudah sebab sudah ada izinnya itu yang terpenting,” tambah lelaki asal Payaman, Solokuro, ini.
Husaini, mahasiswa International Islamic University Malaysia (IIUM) memberikan masukan kepada pengelola universitas baru ini. Pertama, UMAM harus mampu mempromosikan Islam Berkemajuan sebagaimana dikembangkan Muhammadiyah.
”Pemahaman Islam tidak boleh lagi monodisiplin, melainkan harus ditekankan pemahaman multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin,” katanya.
Dengan begitu, sambungnya, alumninya diharapkan mampu menjawab berbagai persoalan hidup yang kian kompleks secara komprehensif.
Kedua, pendekatan dalam beragama harus simultan menggabungkan antara aspek bayani, burhani, dan irfani. Islam bukan sekadar system of belief, melainkan harus menjadi way of life.
”Trilogi pendekatan sebagaimana dikembangkan Majelis Tarjih tersebut merupakan modal penting untuk mewujudkan harmoni dan moderasi keberagamaan di tengah kehidupan masyarakat di mana saja,” ujarnya.
Ketiga, budaya riset dan penguasaan bahasa asing. Universitas ini jangan cuma melahirkan penceramah. Pendidikan kita sudah terlalu banyak melahirkan sosok itu.
”UMAM harus mampu menelurkan pembaca, pemikir, peneliti, dan penulis. Karya-karya akademik adalah ukuran intelektualitas seorang sarjana , bukan gelar, apalagi sekadar pangkat,” tandas kandidat doktor ini.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam jumpa pers kemarin menyatakan, Muhammadiyah telah berhasil mendirikan perguruan tinggi di Malaysia bernama Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM).
”Izin pendirian diberikan Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia pada Kamis, 5 Agustus 2021. UMAM merupakan tonggak baru pendirian perguruan tinggi Indonesia pertama di luar negeri,” katanya. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Sugeng Purwanto