PWMU.CO – Anak IPM selain harus menjadi kader umat, bangsa dan persyarikatan, untuk saat ini juga dituntut untuk menjadi kader digital.
Hal itu disampaikan Fathurrahim Syuhadi dalam
pembukaan Pelatihan Kader Muda Taruna Melati 2 (PKMTM 2) dengan tema New Student Movement yang diselenggarakan secara online oleh PD IPM Lamongan, Jum’at (20/8/2021).
Fathurrahim Syuhadi yang hadir mewakili Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan itu mengaku gembira, karena di tengah-tengah pandemi Covid-19, IPM Lamongan masih sangat peduli dengan perkaderan.
“Karena perkaderan merupakan sebuah keharusan. Apalagi kader-kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tentu nanti akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah,” tandasnya.
Dia mengucapkan terima kasih kepada PD IPM Lamongan yang telah bersusah payah melaksanakan perkaderan meskipun dengan persiapan yang ekstra dan tentu harus siap dengan segala resikonya.
“Termasuk (terima kasih) juga kepada Mas Dedi Kurniawan. Kader IPM Lamongan yang menjadi pimpinan IPM di Jawa Timur, yang sebentar lagi akan mendapatkan amanah di pimpinan pusat,” katanya.
Perkaderan adalah Keharuasan
Penulis buku Jejak Sejarah Hizbul Wathan Lamongan itu mengatakan, Taruna Melati merupakan sebuah keharusan bagi perjalanan ikatan dan persyarikatan ke depan.
“Muhammadiyah bisa seperti ini, karena hasil dari perkaderan Taruna Melati IPM 30 atau 40 tahun yang lalu. Diaspora kader pada 30 tahun yang lalu itu hasilnya bisa kita rasakan sekarang,” terangnya.
Fathurrahim menjelaskan, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi adalah salah satu contoh hasil perkaderan IPM beberapa puluh tahun yang lalu.
“Pimpinan IPM yang dari Ranting, Cabang, Wilayah di era 80-an atau 90-an sekarang itu sudah banyak yang menduduki kursi pimpinan. Pak Haedar contohnya. Beliau menjadi salah satu bukti suksesnya perkaderan IPM,” imbuhnya.
Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Lamongan itu menuturkan, dirinya hadir dan berbicara sebagai orang tua, yang tentu berbeda dengan kader-kader IPM yang hadir sebagai peserta.
“Apa bedanya? Bedanya, kalau orang tua itu berbicara tentang masalah-masalah, sedangkan remaja akan berbicara tentang masa depan. Karena orang tua itu pernah melakukan sesuatu, maka pembicaraannya pasti masa lalu, sebagai bahan motivasi kepada remaja-remaja atau pelajar untuk meraih masa depan,” jelasnya.
Dia mengatakan, IPM Lamongan pada Tahun 90-an ketika mengadakan kegiatan Taruna Melati, Latihan Instruktur, Pelatihan Dakwah atau Pelatihan Mubaligh selalu dihadiri peserta dari luar Lamongan.
“Ada yang dari Surabaya, Gresik, Pasuruan, Mojokerto itu pasti datang. Alhamdulillah teman-teman itu juga dengan rela hati dan dengan senang hati mengikuti perkaderan yang ada di Lamongan,” kenangnya.
Oleh sebab itu, Fathurrahim berpesan agar kader IPM harus selalu membangun jejaring pertemanan di era yang serba digital ini.
“Apalagi saat ini semua bisa dilakukan dengan online. Sehingga tidak menutup kemungkinan sebuah daerah atau cabang itu bisa melampaui wilayah, bahkan wilayah bisa melampaui pusat. Dan tentu seluruh teman-teman IPM tidak boleh ketinggalan di dalam masalah teknologi ini,” tegasnya.
Kader Digital
Dulu, kata Fathurrahim, kader IPM itu dikenal sebagai tri kader. Yaitu kader umat, kader bangsa, dan kader persyarikatan.
“Namun, di era digital ini, dalam suasana pandemi ini, rasanya perlu ada tambahan. Yaitu kader IPM harus dikenal sebagai kader digital. Karena siapa yang menguasai teknologi digital, maka dia akan menjadi orang yang sangat diperhitungkan,” tandasnya.
Untuk itu, pada kesempatan yang bagus ini, Fathurrahim berharap agar kader IPM tidak menyia-nyiakan waktu, sehingga apa yang dilakukan dalam perkaderan selama beberapa saat ini memberi bermanfaat.
“Saya dulu merasakan kuliah itu kalau sudah di forum IPM. Kenapa? Karena apa yang saya dapatkan di IPM itu tidak saya dapatkan di bangku kuliah,” katanya.
“Bayangkan, di bangku kuliah, kita hanya diajar oleh dosen-dosen yang hanya S1. Apalagi saat itu S2 masih jarang. Satu kampus itu mungkin hanya satu yang S2, apalagi doktor malah belum ada. Tetapi di IPM, yang ngajar kita adalah para doktor, para profesor, dan kajian-kajiannya juga sangat tinggi,” jelasnya.
Fathurrahim pun menukil QS Al Hasyr ayat 18
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Hasyr : 18)
“Ayat tersebut mengharuskan kita untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, dan setiap diri kita agar memperhatikan apa yang diperbuat untuk hari esok. Semoga apa yang kita kerjakan ini mampu membawa manfaat untuk kita sekarang dan masa yang akan datang,” harapnya. (*)
Anak IPM Harus Jadi Kader Digital. Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni