PWMU.CO – Salah satu amanat Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar adalah internasionalisasi Muhammadiyah. Jalan itu mulai dirambah Muhammadiyah lewat lini yang dipunya. Salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah se-Indonesia yang segera bergotong-royong mendirikan Universitas (Internasional) Muhammadiyah di Malaysia.
Progres persiapan membangun Universitas Muhammadiyah di Malaysia ini dikemukakan oleh Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Edy Suandi Hamid.
(Baca: Haedar Nashir: Jika Ingin Raih Peradaban Utama Kuasailah Ilmu dan Istimewa! UMSurabaya Dilirik oleh Media International)
“Salah satu program PP Muhammadiyah periode 2015-2020 ini adalah membangun Universitas Muhammadiyah di Malaysia,” jelasnya dalam rangkaian pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) periode 2016-2020 kemarin, (10/12). Selain di Malaysia, tambah mantan rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini, PP Muhammadiyah juga menargetkan pendirian Unmuh di Thailand.
Secara taktis, pendirian Unmuh di Malaysia ini, kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, DR Haedar Nashir, berangkat dari persaingan yang semakin terbuka seiring berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Ini era MEA, era perdagangan bebas. Kalau Indonesia defensif akan menjadi serbuan pihak asing sebagai pasar untuk bidang ekonomi maupun pendidikan.”
(Baca juga: Menanti Mega Proyek Pendirian Universitas Muhammadiyah Madura di 2017 dan Membanggakan! Kualitas UMM Raih Sertifikasi Internasional)
Paradigma defensif ini, tambah Haedar, tentu harus diubah. “Dan kami berupaya mengubah paradigma itu, yakni ke ofensif. Yang dalam hal itu akan memperluas bidang pendidikan, yakni membuka atau mendirikan kampus di luar negeri,” jelasnya kepada wartawan seusai melantik DR dr Sukadiono sebagai Rektor UM Surabaya.
Ketika ditanya tentang anggaran, Haedar menyatakannya bukan persoalan yang terlalu rumit. Selain dukungan anggaran dari PP Muhammadiyah, pendanaan juga akan melibatkan konsorsium antar Universitas Muhammadiyah di Indonesia.
(Baca juga: Kembangkan Kampus Bertaraf Internasional, UMG Seriusi Kerjasama dengan Universitas di Thailand dan Kerjasama Internasional UMSurabaya, setelah Taiwan Kini Korea Selatan)
“Konsorsium Universitas Muhammadiyah ini sudah terbiasa mendirikan Unmuh, terutama di wilayah Indonesia Timur,” jelas Haedar tentang keterbiasaan Unmuh bergandengan tangan ini ketika ditanya wartawan tentang konsolidasi antar-Unmuh.
Keterbiasaan kampus-kampus Muhammadiyah dalam berkonsorsium ini sebelumnya juga dinyatakan oleh Rektor UM Surabaya, Sukadiono. “Kami sudah biasa berkonsorsium, terutama dalam membuka unit usaha baru. Sistemnya telah terkoordinir dalam internal Muhammadiyah,” jelasnya.
(Baca juga: Perkuat Kerjasama di Bidang Riset, Umsida Gandeng Universitas Malaysia dan Dari 1406 Mahasiswa Baru Unmuh Ponorogo, 2 Berasal dari Thailand)
Tak hanya dalam masalah anggaran, tambah Sukadiono, peran masing-masing Unmuh se-Indonesia dalam pendirian Universitas Muhammadiyah di Malaysia juga dalam masalah penyiapan sumber daya manusianya.
“Sharing bukan cuma menyangkut anggaran. Sharing program pendidikan unggulan masing-masing kampus Universitas Muhammadiyah juga dilakukan,” tegasnya.
Secara teknis untuk pembukaan program studi Unmuh di Malaysia, tambah Sukadiono, setiap Unmuh di Indonesia akan “mengekspor” prodi unggulannya. “Karena kebidanan dan keperawatan adalah prodi unggulan di UM Surabaya, maka kami yang mengirimkan ke kampus baru itu,” jelasnya sambil menyatakan hal serupa juga dilakukan Universitas Muhammadiyah lainnya.
(Baca juga: UMM Cetak Aktivis HAM dan Perdamaian Internasional dan Cara Unmuh Gresik Mendedikasikan Kampusnya untuk Umat)
Lantas sudah sampai mana persiapan pendirian Universitas Muhammadiyah di Malaysia ini? “Sekarang masih tahap persiapan dengan mempelajari regulasi yang berlaku di Malaysia. Karena di negara lain, tentu kita harus faham regulasi negara tetangga itu kan,” jawab Haedar Nashir ke wartawan.
Ketika disinggung wartawan tentang langkah Muhammadiyah itu mendahului langkah pemerintah, Haedar menjawabnya dengan berseloroh. “Tidak apa-apa kan? Muhammadiyah kan juga sudah berdiri sebelum Republik ini terwujud?” jawabnya dengan bertanya. Sukses! (kholid)