PWMU.CO– Sambutan Saad Ibrahim, Ketua PWM Jawa Timur, dalam Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian mengupas dua sisi kontradiksi perjalanan eksistensi manusia.
”Yaitu sisi kedamaian yang ditampilkan oleh Habil dan yang satunya dimensi perang yang ditampilkan oleh Qobil. Maka perjalanan eksistensi manusia seperti itu masih berjalan dewasa ini,’’ ujar Saad Ibrahim.
Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian digelar oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur secara virtual, Sabtu, (4/9/21).
Hadir dalam acara ini Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof Dr Muhadjir Effendy, Gubernur Jatim Dra Hj Khofifah Indar Parawansa, Rektor Umsida Dr Hidayatullah, Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Achmad Jainuri.
Sambutan Saad menerangkan, dalam konteks Islam di samping ada muballigh, ada dai yang harus menunjukkan dimensi peace (damai). ”Tetapi di sisi lain juga ada mujahid yang tentu terkait dengan soal war (perang). Maka dari dua sisi itu tentu yang dikedepankan adalah dimensi damai,” ungkapnya.
Kalau dengan damai, lanjutnya, lalu ada pihak lain yang masih menyerang tentu sekali lagi harus dijawab dengan war. ”Dalam konteks seperti inilah juga berkaitan dengan penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia Itu memiliki dua sisi, yang satu disebut ad-dakwah dan yang satu disebut al-fath,” tandasnya.
Nabi Mengirim Dai
Saad menerangkan, tentu diawali dengan dakwah. ”Nabi berdakwah di Mekkah lalu Nabi juga mengirim muballigh, mengirim dai ke Yatsrib dan menjadi cikal bakal yang juga mengantar perjalanan Nabi untuk hijrah ke Yatsrib pada tahun 622 M,’’ terangnya.
Lalu terkait dengan al-fath itu, sambung dia, dalam konteks kesejarahan baru terjadi saat Nabi menaklukkan kota Mekkah. ”Ketika itu Nabi sudah di Yatsrib menjadi penguasa. Kemudian dilanjutkan pada masa-masa berikutnya, masa khulafaur rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah sampai seterusnya sehingga Islam tersebar ke berbagai kawasan melalui dua sisi tersebut,” jelas Saad yang dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dia mengungkapkan, hasil utamanya tentu dalam konteks al-fath ialah kekuasaan Islam yang begitu besar bahkan terjadi sampai 1.302 tahun, dari 622 sampai dengan1924 M.
Sesudah itu dunia Islam menjadi lemah, tambah dia, kemudian sekarang tidak lagi melakukan konteka al-fath itu. ”Al-fath dalam arti penguasaan, penaklukan, atau membuka sesuatu yang bersifat tertutup,’’ ujarnya.
Dia menjelaskan, hebatnya dalam al-Quran itu diawali dengan surat al-Fatihah, ada juga surat al-Fath, ada an-Nashr yang di dalamnya terdapat kata al-fath. ”Maka memadukan dua hal ini adalah tugas kita bersama, pemilihan terhadap itu tentu akan tergantung pada situasi,” ujarnya.
Jalan Dakwah
Untuk sekarang ini, lanjutnya, sekali lagi konsep kita untuk menyebarkan Islam hanya dengan satu jalan yaitu dengan dakwah. ”Kita juga harus menyadari kekuatan mengenai dakwah itu,” tuturnya.
”Indonesia menjadi mayoritas bukan karena al-fath, bukan karena penaklukan tetapi karena dakwah dan lalu kita menjadi mayoritas. Maka kita punya peluang ke depan untuk menjadikan kawasan-kawasan yang lain menjadi bagian kawasan Islam, Islam tersebar di sana,” tegas Saad.
”Dengan dakwah, insyaallah suatu hari Amerika akan menjadi kawasan mayoritas muslim, demikan pula Republik Rakyat Cina, Jepang, Australia dan lain sebagainya,” harapnya.
Mengakhiri sambutan Saad Ibrahim menyampaikan atas nama PWM Jawa Timur gerak dari LDK ini untuk meluncurkan 1000 Dai Damai. ”Saya lebih senang menyebut peluncuran 1000 Dai Damai, baru setelah ada kedamaian dalam diri kita, kita bisa melakukan perdamaian-perdamaian dan lain sebagainya,” jelasnya.
”Saya ucapkan selamat atas acara peluncuran 1000 dai ini, dan mari kita buka dengan membaca basmalah, bismillahirrahmanirrahim,” ucapnya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Sugeng Purwanto