PWMU.CO – Ini Rekomendasi MCCC untuk Muktamar di Tengah Pandemi. Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) merekomendasikan agar Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tahun depan digelar secara daring dan luring. Sedangkan durasi acaranya maksimal digelar selama dua hari.
“Pertama yang ingin saya sampaikan, harus ada daring dan luring. Artinya memanfaatkan teknologi digital adalah sebuah rekomendasi. Kami sarankan acaranya selama dua hari. Maka itu nanti acaranya harus menyesuaikan, supaya kita tidak terlalu lama,” ujar Ketua MCCC Pimpinan Pusat Muhammadiyah HM Agus Samsudin dalam sidang Tanwir virtual, Sabtu (4/9/2021).
“Kasus Covid-19 saat ini sudah mencapai tiga juta. Satu juta pertama penyebarannya terjadi selama setahun. Satu juta berikutnya selama lima bulan. Satu juta terakhir hanya butuh sebulan saja.”
Kedua, terkait protokol kesehatan, harus dilakukan sebelum berangkat di lokasi muktamar. Setidaknya, peserta harus sudah vaksin dua kali.
“Kami monitor dari keberangkatan. Misalnya bapak dan ibu yang ikut muktamar harus sudah dua kali vaksinasi. Kondisi kesehatannya bagus dan seterusnya. Ketika pulang juga dimonitor. Sehingga bapak ibu kami harap dari berangkat, saat muktamar hingga pulang semuanya dalam keadaan yang baik,” terangnya.
Rekomendasi berikutnya adalah adanya tim medis. MCCC menyarankan di arena muktamar ada pembentukan tim kesehatan MCCC. Serta menyiapkan AUM (amal usaha Muhammadiyah) bdang kesehatan yang ada di Surakarta. “Sehingga risiko yang timbul dari Covid-19 bisa segera diatasi,” katanya.
Luruskan Tiga Hal soal Covid-19
Agus Samsudin berharap, rekomendasi tersebut bisa dijalankan baik, agar penularan Covid-19 secara masif tidak terjadi. Apalagi, saat ini Covid-19 varian Delta penyebarannya sangat cepat. Hanya dalam waktu sebulan bisa mencapai sejuta kasus.
“Kasus Covid-19 saat ini sudah mencapai tiga juta. Satu juta pertama penyebarannya terjadi selama setahun. Satu juta berikutnya selama lima bulan. Satu juta terakhir hanya butuh sebulan saja,” paparnya.
Untuk bisa menekan penyebaran Covid-19, ada tiga hal yang perlu dilakukan. Pertama meluruskan pandangan atau paradigma masyarakat terhadap Covid-19. “Saya tahu ada beberapa yang belum mau divaksin, misalnya. Pandangan ini merupakan pandangan yang tidak bermuhammadiyah,” tuturnya.
Kedua, memahami pandemi Covid-19 dengan berbasis bukti ilmiah. “Saya kira pemerintah maupun Muhammadiyah sudah banyak memberikan bukti ilmiah,” kata dia.
“Terakhir adalah perubahan perilaku. Ini adalah kata kunci. Kalau paradigmanya bener, pemahamannya benar, maka insyaallah bisa diikuti dengan perubahan perilaku,” ujarnya. (*)
Penulis Miftahul Ilmi Editor Mohammad Nurfatoni