PWMU.CO– Makam Belanda Kembang Kuning menjadi tempat penelitian lima siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo, Sabtu (11/9/2021).
Lima siswa itu dari kelas 12 IPS 3 seperti Rizza Fadila Kurniasih, Haikal Pandu Alfarithzi, Mutia Putri Zakiyyah, Shofiyyah Nadhifa, dan Braecita Farel Arissa. Mereka didampingi Khoirun Nikmah, guru sejarah Smamita, sebutan sekolah ini.
Makam Belanda Kembang Kuning di kalangan orang Belanda disebut Evereld Kembang Kuning. Dikelola oleh Oorlogsgravenstichting atau Yayasan Makam Kehormatan Belanda (OGS). Ini lembaga swasta yang merawat kehormatan korban perang.
Awalnya ereveld tersebar di Indonesia sebanyak 22 tempat. Setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1959, makam-makam itu dikumpulkan di Pulau Jawa menjadi 7 ereveld. Salah satunya di Surabaya.
Ereveld Kembang Kuning terawat dan semua jenazah yang dimakamkan terdata. Di sini dimakamkan tentara dan warga sipil Belanda selama Perang Dunia II yang berada di Front Asia Pasifik serta orang pribumi yang bekerja di pemerintahan Belanda saat itu.
Khoirun Nikmah menjelaskan, mengunjungi ereveld ini harus membuat surat permohonan dahulu. ”Gak bisa langsung kunjungan, tapi membuat surat izin dulu yang ditujukan ke Yayasan OGS. Bisa melalui email. Setelah ada balasan diizinkan baru datang,” katanya.
Dia senang bisa membimbing muridnya mengadakan penelitian di sini. Seperti menerapkan konsep merdeka belajar. Bisa dimana saja dan tidak satu referensi.
”Ada hal yang tidak boleh dilakukan di Ereveld yaitu tidak boleh memfoto makam yang kelihatan nama di nisan. Kalau foto yang lainnya boleh. Memvideo juga boleh. Ada guide juga yang menjelaskan secara rinci tentang sejarah Ereveld,” katanya.
Sebelum pandemi Covid dalam satu tahun terdapat tiga kali upacara di Ereveld oleh Konsulat Jenderal Belanda dengan pemerhati sejarah provinsi. Pelaksanaan upacara dilakukan pada bulan Februari memperingati perang di Laut Jawa. Bulan Mei semacam Hari Pahlawan Belanda dan bulan Agustus berakhirnya Perang Dunia II.
Tugas Akhir
Rizza Fadila, siswa, mengatakan, mengunjungi Ereveld ini untuk tugas Final Project kelas 12. ”Saya dan tim mengunjungi Ereveld untuk tugas. Ya memenuhi tugas Final Project kelas 12. Jadi ini salah satu syarat kelulusan siswa kelas 12 di Smamita. Dalam tugas ini kami membuat karya tulis ilmiah. Untuk persembahan yang menarik kami mencoba penelitian tempat bersejarah di Kota Surabaya,” ungkapnya.
Ia menceritakan, semula kelompoknya ingin membuat tulisan konten di sosial media instagram. Isi konten berupa tempat-tempat bersejarah di Surabaya. Tujuannya memperkenalkan lokasi itu ke khalayak luas melalui konten Instagram yang menarik.
Tempat yang pertama kali dikunjungi memang Ereveld, karena jarang orang tahu. Maka ingin perlu diekspos. ”Selain ereveld juga ingin mengunjungi tempat-tempat bersejarah lain. Akhirnya penelitian fokus di Ereveld Kembang Kuning sudah cukup menarik,” jelasnya.
Siswa yang menyukai pelajaran sejarah sejak SMP ini menjelaskan, ini pengalaman menarik yang baru pertama kali dilakukan.
Haikal juga mengungkapkan Makam Belanda Kembang Kuning tidak seterkenal wisata bersejarah lain di Surabaya. ”Memang ereveld ini tidak seterkenal wisata bersejarah lain. Mungkin karena makam Belanda. Apa menariknya. Tidak seperti Tugu Pahlawan, Hotel Majapahit, Jembatan Merah yang sudah banyak orang ketahui,” ujarnya.
Di pemakaman ini juga ada monumen pertempuran Karel Doorman. Monumen ini mengenang pertempuran di Laut Jawa tahun 1942 antara Angkatan Belanda dengan Jepang. Peristiwa itu menewaskan ribuan tentara Belanda.
Kunjungan siswa Smamita ke Makam Belanda Kembang Kuning ini ternyata sekolah non internasional pertama yang ke sini. Biasanya yang berkunjung dari sekolah internasional dan negeri. (*)
Penulis Niar Wulandari Editor Sugeng Purwanto