PWMU.CO– Unesa (Universitas Negeri Surabaya) dan SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) bersinergi dalam mengikuti program kemitraan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program kemitraan dosen dan guru ini berjalan selama lima bulan, dari Agustus-Desember 2021. Kemitraan ini melibatkan dosen pendidikan Ilmu Sosial, Kepala Smamda dan guru Sosiologi Smamda.
”Secara keseluruhan kegiatan ini dilakukan dengan model lesson study. Artinya, guru merancang, mengobservasi, merefleksi, dan meredesain proses pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan secara kolaboratif dengan beberapa guru serumpun dan dosen sebagai mitra kegiatan,” kata Ali Imron MA, dosen Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial Unesa.
Program kemitraan ini bertajuk Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dalam Kelompok Kooperatif untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi. ”Kami memilih judul tersebut berawal dari keluhan guru tentang adanya miskonsepsi dalam memahami materi sosiologi,” ungkap ayah dua anak ini.
Alumni S2 sosiologi UGM ini menjelaskan, tidak hanya guru yang menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas. ”Dalam tahapan redesain misalnya, guru dan dosen mengevaluasi bersama hasil pembelajaran di kelas yang telah dilakukan guru sebelumnya. Jika diperlukan, kita akan mendesain ulang pembelajaran yang lebih pas dan sesuai. Hasil redesain tersebut akan eksekusi oleh pihak dosen. Jadi intinya dosen gak hanya jadi pengamat saja, tapi juga turun gunung bersama para guru,” katanya.
Wahyu Endra Wicaksana MPd, peserta program kemitraan ini mengaku sangat tertantang dengan kegiatan tersebut. ”Bagaimana tidak, kami biasanya saat mengajar itu tidak ada yang mengawasi, namun kali ini saat saya mengajar secara langsung dipantau oleh dosen dan guru sosiologi lain, dalam hal ini mereka sebagai observer, maka agar maksimal ya harus disiapkan betul,” kata ayah satu anak ini.
Guru yang juga alumnus Unesa ini mengaku telah menyiapkan pembelajaran di siklus ketiga saat open class nanti. ”Kebetulan saya mengajar sosiologi kelas XII dengan materi dampak perubahan sosial, nah yang saya gunakan model debat Asia, di mana model debat ini mempunyai mekanisme tertentu, harapannya siswa bisa memahami materi secara komprehensif, karena debat maka anak-anak dituntut untuk adu data sebagai wujud budaya literasi,” katanya mantap.
Wahyu mengaku tertantang dengan kegiatan tersebut, pasalnya guru dituntut untuk keluar zona nyaman saat pembelajaran. ”Karena kegiatan ini untuk mengurangi miskonsepsi mapel sosiologi, maka guru harus siap dengan berbagai strategi pembelajaran yang matang. Untuk merumuskan strategi tersebut saya tidak sendiri, ada tim yang solid, ya dari jajaran guru sosiologi sendiri dan pihak dosen, saya kira ini luar biasa,” ungkapnya semangat.
Respon positif juga dilayangkan Wigatiningsih MPd. Kepala Smamda Sidoarjo ini mengaku senang dengan kegiatan kemitraan ini. ia juga berharap guru yang telah melakukan lesson study mampu konsisten dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
”Pertama kali SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya tanpa berpikir panjang, saya menyetujui hal itu. Karena saya menilai kegiatan ini menjadi media bagi guru-guru kami khususnya bidang ilmu sosiologi untuk meng-upgrade ilmunya,” kata pendekar Tapak Suci ini.
Lebih jauh ia berharap kreativitas pembelajaran guru tidak berhenti setelah program kemitraan ini berakhir. ”Jadikan kegiatan ini sebagai awal untuk pembelajaran lebih baik, karena menurut saya yang lebih penting adalah setelah kegiatan ini, bagaimana agar pembelajaran inovatif ini terus konsisten dijalankan dan membawa dampak positif bagi siswa,” pungkasnya. (*)
Penulis Arief Hanafi Editor Sugeng Purwanto