Hukum Memanjangkan Jenggot Wajib, kajian oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Direktur Turats Nabawi, Pusat Studi Hadits.
PWMU.CO – Jenggot, dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)—jenggot-kambing adalah bulu yang tumbuh, baik pada dagu kambing jantan maupun kambing betina dewasa dan bangsa kambing tertentu, seperti pada kambing kacang. Dengan demikian jenggot-manusia adalah bulu yang tumbuh pada dagu orang laki-laki.
Seorang pakar hadits di Mesir dibicarakan cacat lantaran di fotonya tampak tidak memelihara jenggot. Pencacimakian seperti ini adalah etika yang tak elok. Yakni menilai orang lain dengan kacamatanya sendiri. Semestinya ditanyakan terlebih dahulu padanya, apakah ia menghukumi wajib atau sunah, apakah ia sengaja mencukur jenggotnya atau sejak awal memang tidak berjenggot? Semoga tulisan ini dapat memahami mereka yang berjenggot atau tidak berjenggot.
Memperpanjang Jenggot
Ditemukan banyak hadits yang menerangkan memperpanjang jenggot. Panulis berusaha menelusuri kesemuanya agar tidak ada komentar bahwa penulis belum mendatangkan hadits riwayat ini dan itu. Jika di antara pembaca masih mendapatkan dalil lain, maka dipersilakan untuk menyampaikannya agar tulisan ini lebih mendekati kesempurnaan.
1. Hadits Ibnu Umar ra
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ, وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (أَحْفُوا الشَّوَارِبَ, وَأَعْفُوا اللِّحَى) وَفِي رِوَايَةٍ: (انْهَكُوا الشَّوَارِبَ, وَأَعْفُوا اللِّحَى) (قَالَ نَافِعٌ: وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوْ اعْتَمَرَ, قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ) (فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ)
Dinarasikan Ibnu Umar ra, Rasulullah saw bersabda: (Bedakanlah dirimu dengan orang-orang musyrik, maka perpanjanglah jenggotmu dan cukurlah kumismu). Dalam riwayat lain: (Cukurlah kumismu dan perpanjanglah jenggotmu). Dalam riwayat lain: (Cukurlah kumismu dan perpanjanglah jenggotmu). Perawi (Nafi’) berkata: Ketika Ibnu Umar pergi haji atau umrah, ia mengepalkan jenggotnya) (lalu ia memotong yang lebih dari telapak tangannya). HR Bukhari: 5553, 5554; Muslim: 259; Abu Dawud: 2357; Tirmidzi: 2763; Nasai: 15.
2. Hadits Ibnu Umar ra
وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: ذُكِرَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَجُوسُ، فَقَالَ: إِنَّهُمْ يُوفِرُونَ سِبَالَهُمْ وَيَحْلِقُونَ لِحَاهُمْ, فَخَالِفُوهُمْ
Ibnu Umar ra berkata: Disebutkan ihwal orang-orang Majusi di hadapan Rasulullah saw. Maka Nabi saw bersabda: Mereka memanjangkan kumisnya dan mencukur jenggotnya, maka selisihilah mereka itu. HR Ibnu Hibban: 5476; Thabrani dalam Ausath: 1622.
3. Hadits Abu Hurairah ra
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الْمَجُوسَ تُعْفِي شَوَارِبِهَا, وَتُحْفِي لِحَاهَا , فَخَالِفُوهُمْ, خُذُوا شَوَارِبَكُمْ، وَأَعفُوا لِحَاكُمْ
Dinarasikan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang Majusi memanjangkan kumisnya dan mencukur jenggotnya, maka perselisihilah mereka, cukurlah kumis kalian dan perpan-jang jenggot kalian. HR Ibnu Hibban: 1221. Periksa Shahihah: 3123.
4. Hadits Abu Hurairah ra
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: جُزُّوا الشَّوَارِبَ, وَأَرْخُوا اللِّحَى, وَفِي رِوَايَةٍ: (قُصُّوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى) خَالِفُوا الْمَجُوشَ
Dinarasikan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Cukurlah kumis kalian dan perpanjanglah jenggotmu. Dalam riwayat lain: Pendekkanlah kumis kalian dan perpan-janglah jenggot kalian, dan bedakan tradisimu dengan Majusi. HR Muslim: 260; Ahmad: 7132, 8771. Arnaut menilai: Sanad hadits ini hasan.
5. Hadits Abu Hurairah ra
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَعْفُوا اللِّحَى، وَخُذُوا الشَّوَارِبَ، وَغَيِّرُوا شَيْبَكُمْ، وَلَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى
Dinarasikan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Perpanjanglah jenggotmu, cukurlah kumismu, ubahlah warna ubanmu, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani.
HR Tirmidzi: 1752; Ahmad: 8672; Abu Ya’la: 6021. Arnaut menilai: Sanad hadits ini hasan. Pada sanadnya terdapat Umar bin Abu Salamah dinilai hasan hadits dalam mutaba’at dan syawahid.
6. Hadits Anas ra
عن أنس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى (وَلاَ تَشَبَّهُوا بِالْيَهُوْدِ)
Dinarasikan Anas ra, Rasulullah saw bersabda: Cukurlah kumismu dan perpanjanglah jenggotmu dan janganlah menyerupai orang-orang Yahudi. HR Thahawi: 4/230. Ajluni menilai: Hadits itu diriwayatkan Anas pada kodifikasi Thahawi dengan sanad yang lemah.
Perhatian: kelemahan hadits ini lantaran adanya tambahan redaksi “janganlah menyerupai orang-orang Yahudi”. Padahal hadits ini telah didukung periwayatan Abu Hurairah di atas.
7. Hadits Ibnu Abbas ra
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوْفُوا اللِّحَى وَقَصُّوا الشَوَارِبَ
Dinarasikan Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: Perpanjanglah jenggotmu dan perpendeklah kumismu. HR Thabrani: 11724.
8. Hadits Zaid bin Arqam ra
وَعَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ يَأخُذْ مِنْ شَارِبِهِ, فَلَيْسَ مِنَّا
Dinarasikan Zaid bin Arqam ra, Rasulullah saw bersabda: Siapa yang tidak mencukur kumisnya maka ia bukan dari golongan kami. HR Tirmidzi: 2761; Nasai: 13; Ahmad: 19283.
9. Hadits Mughirah bin Syu’bah ra
عَنْ الْمُغِيرَةَ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ضِفْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ, فَأَمَرَ بِجَنْبٍ فَشُوِيَ, وَأَخَذَ الشَّفْرَةَ فَجَعَلَ يَحُزُّ لِي بِهَا مِنْهُ, فَجَاءَ بِلَالٌ فَآذَنَهُ بِالصَلَاةِ, فَأَلْقَى الشَّفْرَةَ وَقَالَ: مَا لَهُ تَرِبَتْ يَدَاهُ؟ وَقَامَ يُصَلِّي وَكَانَ شَارِبِي وَفَى فَقَصَّهُ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سِوَاكٍ, أَوْ قَالَ: أَقُصُّهُ لَكَ عَلَى سِوَاكٍ؟
Mughirah bin Syu’bah ra berkata: Aku bertamu ke rumah Nabi saw di suatu malam. Lalu beliau menyuruhku duduk di sampingnya lalu disuguhkan bakaran, lalu beliau mengambil mata pisau dan memotong (kumisku) dengannya. Lalu Bilal datang menyerunya shalat. Lalu beliau meletakkan mata pisau itu dan bersabda: Apa yang ia lakukan, merugilah dia. Lalu beliau berdiri dan shalat. Waktu itu kumisku sangat lebat, lalu Rasulullah saw yang memendekkannya, yakni sebatas siwak–kayu gaharu untuk gosok gigi. Atau sabdanya: Aku pendekkan bagimu sebatas siwak. HR Abu Dawud: 188; Ahmad: 18237.
10. Atsar Syurahbil bin Muslim
وَعَنْ شُرَحْبِيلَ بْنِ مُسْلِمٍ الْخَوْلاَنِيِّ قَالَ: رَأَيْتُ خَمْسَةً مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُصُّونَ شَوَارِبَهُمْ, وَيُعْفُونَ لِحَاهُمْ, وَيُصَفِّرُونَهَا: أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ, وَعَبْدُ اللهِ بْنُ بُسْرٍ، وَعُتْبَةُ بْنُ عَبْدٍ السُّلَمِيُّ, وَالْحَجَّاجُ بْنُ عَامِرٍ الثُّمَالِيُّ, وَالْمِقْدَامُ بْنُ مَعْدِيكَرِبَ الْكِنْدِيُّ، كَانُوا يَقُصُّونَ شَوَارِبَهُمْ مَعَ طَرَفِ الشَّفَةِ
Syurahbil bin Muslim al-Khaulani berkata: Aku menyaksikan lima sahabat Nabi mencukur kumisnya dan memperpanjang jenggotnya dan mewarnainya kuning. Mereka adalah Abu Umamah al-Bahili, Abdullah bin Busr, Utbah bin Abad al-Sulami, Hajaj bin Amir al-Tsumali dan Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindi. Mereka memendekkan kumisnya sampai tampak permukaan bibirnya. HR Baihaqi: 681; Thabrani dalam Kabir: 3218.
11. Atsar Ishak bin Isa
وَعَنْ إِسْحَاقَ بنِ عِيسَى الطَّبَّاعِ قَالَ: رَأَيْتُ مَالِكَ بن أَنَسٍ وَافِرَ الشَّارِبِ, فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: حَدَّثَنِي زَيْدُ بن أَسْلَمَ عَنْ عَامِرِ بن عَبْدِ اللهِ بن الزُّبَيْرِ, أَنَّ عُمَرَ بن الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا غَضِبَ فَتَلَ شَارِبَهُ وَنَفَخَ
Ishak bin Isa al-Thabba’ berkata: Aku menyaksikan Malik bin Anas memperpanjang jenggotnya. Lalu aku menanyakannya. Ia berkata: Aku dikabari Zaid bin Aslam dari Amir bin Abdullah bin Zubair bahwa Umar bin Khatthab jika sedang marah maka ia menganyam kumisnya dan meniupnya. HR Thabrani dalam Kabir: 54.
Analisis
Dari paparan hadits-hadits di atas, tidak ditemukan hadits yang sharih (jelas) kewajiban memanjangkan jenggot. Yang ada hanyalah perintah Rasulullah saw memanjangkan jenggot dengan alasan untuk menyelisihi tradisi Majusi, musyrik, Yahudi, atau Nasrani.
Bagi yang menggunakan kaidah asal perintah hukumnya adalah wajib, maka konsekuensinya harus membiarkannya terus memanjang tanpa boleh memangkasnya, apalagi wujud perintah tersebut menggunakan redaksi “a’fu, aufiru, arkhu, dan waffiru”yang berkonotasi membiarkannya sepanjang-panjangnya.
Bagi yang ber-manhaj tidak semua perintah menjurus pada kewajiban, kecuali jika ada sangsi denda atau hukuman terhadap yang menjalaninya, maka mereka memahami perintah itu tidak lebih menjurus pada anjuran atau sunah.
Ibnu Umar sendiri yang meriwayatkan hadits perintah memperpanjanjang jenggot telah memotong jenggotnya jika panjangnya melebihi tangkepan telapak tangannya. Hal ini menunjukkan baginya memelihara jenggot bukan kewajiban, karena jika Ibnu Umar memahami hukumnya wajib, maka perilaku Ibnu Umar adalah atsar, sementara bertentangan dengan hadits, maka atsar itu tidak boleh dijadikan hujah. Ditemukan juga atsar dari Umar bin Khatthab dan Abu Hurairah, namun dalam telaah, kedua atsar tersebut lemah.
Lain lagi jika hadits-hadits perintah memperpanjang jenggot itu dikategorikan hadits-hadits temporer, saat orang-orang Majusi, musyrik, Yahudi, dan Nasrani mencukur jenggotnya, maka perpanjanglah jenggotmu, namun jika mereka memper-panjang jenggotnya, maka cukurlah jenggotmu agar kamu tidak menyamai tradisi mereka.
Dewasa ini justru banyak dari mereka yang memperpanjang jenggotnya, bahkan mereka mengadakan festival jenggot secara internasional.
Sunah Fitrah
Sebagaimana pada paparan sebelumnya, membahas hukum memperpanjang jenggot adalah sama dengan hukum mencukur kumis. Karena haditsnya satu rangkaian. Padahal ditemukan mencukur kumis itu tidak lebih merupakan sunah fitrah sebagaimana menjaga kebersihan anggota-anggota lainnya seperti rambut kemaluan, rambut ketiak, potong kuku, berkumur, istinsyaq, dan istintsar, intidhah (memercikkan air pada kemaluan pascawudhu) dan lainnya. Bahkan ditemukan hadits yang secara spesifik menjelaskan memanjangkan jenggot itu juga bagian dari sunah fitrah sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah.
1. Hadits Ibnu Umar
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْفِطْرَةُ قَصُّ الْأَظْفَارِ وَأَخْذُ الشَّارِبِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ
Dinarasikan Ibnu Umar ra, Rasulullah saw bersabda: Termasuk sunah fitrah adalah memotong kuku, mencukur kumis, dan mencukur rambut kemaluan. HR Bukhari: 5551; Ibnu Hibban: 5478; Nasai: 12; Baihaqi: 5756; Ibnu Sa’ad: 1/442; Ibnu Mundzir dalam Ausath: 1/239.
2. Hadits Abu Hurairah ra
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَلْخِتَانُ وَالْاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ
Dinarasikan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Termasuk sunah fitrah adalah khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut rambut ketiak, dan memendekkan kumis. HR Bukhari: 5550; Muslim: 257; Abu Awanah: 471; Ibnu Hibban: 5481; Abu Dawud: 4198; Tirmidzi: 2756; Nasai: 9; Ibnu Majah: 292; Ahmad: 9310; Baihaqi dalam Kubra: 669.
3. Hadits Ammar bin Yasir
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ مِنَ الْفِطْرَةِ اَلْمَضْمَضَةُ وَالْاِسْتِنْشَاقُ وَالسِّوَاكُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَالْاِسْتِحْدَادِ وَغُسْلُ الْبَرَاجِمِ وَالْاِنْتِضَاحِ بِالْمَاءِ وَالْاِخْتِتَانِ
Dinarasikan Amar bin Yasir ra, Rasulullah saw bersabda: Termasuk sunah fitrah adalah berkumur, istinsyaq, siwak, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut rambut ketiak, mencukur rambut kemaluan, membersihkan ruas jari, memercikkan air pada kemaluan pasca wudhu dan khitan. HR Abu Dawud: 54; Ibnu Majah: 294; Ahmad: 18351; Baihaqi dalam Syuabul Iman: 2761; Ibnu Abi Syaibah: 2048; Abu Ya’la: 1627.
4. Hadits Aisyah ra
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَشْرٌ مِنْ الْفِطْرَةِ: قَصُّ الشَّارِبِ, وَفِي رِوَايَةٍ: (وَتَقْصِيرُ الشَّارِبِ) وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ, وَالسِّوَاكُ, وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ, وَقَصُّ الْأَظْفَارِ, وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ, وَحَلْقُ الْعَانَةِ, وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ قَالَ مُصْعَبٌ بْنُ شَيْبَةَ: وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلَّا أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ وَفِي رِوَايَةٍ: (وَالْاخْتِتَانُ)
Dinarasikan Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda: Sepuluh hal termasuk sunah fitrah. Yaitu mencukur kumis. Dalam riwayat lain: (memendekkan kumis), memanjangkan jenggot, siwak, istinsyaq, memotong kuku, membersihkan ruas jari, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan, memercikkan air pada kemaluan pascawudhu. Perawi Mus’ab bin Syaibah berkata: Aku lupa yang kesepuluh, mungkin berkumur. Dalam riwayat lain, khitan. HR Bukhari: 5550; Muslim: 257, 261; Abu Dawud: 53; Tirmidzi: 2756, 2757; Nasai: 5040, 5043; Nasai dalam Kubra: 9289; Ibnu Majah: 293, 294.
Catatan Akhir
Jika kandungan haditsnya tidak sharih (jelas), maka bisa saja melahirkan istimbat hukum yang berbeda. Dalam masalah memperpanjang jenggot, perselisihan para pakar tidak lebih dari ranah keutamaannya. Itulah sebabnya ada yang membatasi sepanjang tangkepan tangan, ada juga sebatas tidak kelihatan lusuh dan sejenisnya. Apalagi bagi mereka yang sekadar mengkategorikan sunah fitrah.
Maka sangat naif jika seseorang menilai temannya yang tidak memperpanjang jenggotnya dengan tuduhan miring tidak mengerti sunah, tidak menghidupkan sunah, tidak mengikuti sunah Nabi dan salafu saleh, serta tuduhan-tuduhan lainnya.
Editor Mohammad Nurfatoni
Edisi ringkas artikel ini telah dimuat majalahmatan.com.