PWMU.CO – Saat Bupati Maros Kisahkan Dirinya Aktivis Muhammadiyah. Bupati Maros AS Chaidir Syam menyampaikan itu ketika meninjau Baitul Arqam Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (9/10/2021). Kegiatan pengaderan yang akan berlangsung hingga Ahad (10/10/2021) ini dihelat di Hotel Bantimurung, Maros, Sulsesl.
Chaidir Syam mengapresiasi penunjukan Maros sebagai tuan rumah kegiatan tingkat wilayah ini. Sebagai kader Muhammadiyah, ia menyatakan komitmennya untuk senantiasa mendukung aktivitas dakwah persyarikatan di daerah yang dipimpinnya.
Chaidir juga menceritakan pengalamannya saat masih berkiprah sebagai aktivis Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)—kini Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
“Saya mulai aktif di Muhammadiyah sejak kelas III SMA. Lalu sempat menjadi Sekretaris Umum Pimpinan Daerah IRM Maros,” jelasnya.
Saat kuliah di FISIP Universitas Hasanuddin, Chaidir juga melanjutkan karier organisasinya di Pimpinan Wilayah (PW) IRM Sulsel. Ia pernah didapuk sebagai Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) PW IRM Sulsel.
“Pengalaman yang paling berkesan saat di IRM, waktu saya ditugaskan membawa bantuan Muhammadiyah Sulsel ke Ternate saat konflik kala itu. Saya sendiri yang mengantarkan bantuan tersebut dengan naik kapal tiga hari tiga malam,” tandas Chaidir.
Pengalaman kepemimpinan dan keorganisasian di IPM itulah yang menjadi bekal selama menjadi legislator maupun jadi kepala daerah saat ini.
Penguatan Ideologi Muhammadiyah
Kegiatan Baitul Arqam ini merupakan kegiatan penanaman nilai-nilai ideologis maupun penajaman strategi gerakan Muhammadiyah.
Acara ini diikuti sekitar 50 orang peserta yang merupakan anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, pimpinan majelis dan lembaga, maupun organisasi otonom tingkat Provinsi Sulsel.
Dalam sambutannya, Ketua PWM Sulsel Prof Ambo Asse menyitir Quran Surah an-Nisa ayat 9.
“Kita patut mewaspadai jangan sampai meninggalkan kader yang lemah. Oleh karena itu kita memerlukan risalah pengaderan yang menjadi panduan masa depan,” ungkapnya.
Ambo Asse menegaskan peneguhan ideologi ini penting agar kader-kader Muhammadiyah tidak terombang-ambing dari pengaruh pihak luar dan berpegang pada prinsip.
Dalam acara ini pula, ada penyerahan tanah wakaf untuk Muhammadiyah seluas dua hektar di Kabupaten Bone. Pemanfaatan tanah tersebut selanjutnya diserahkan ke Universitas Muhammadiyah Bone. (*)
Penulis Hadisaputra Editor Mohammad Nurfatoni