PWMU.CO – Aa Gym: Empat Cara Melatih Ikhlas. Pendakwah bernama lengkap Abdullah Gymnastiar membagikannya pada Pengajian Virtual Orbit yang digelar Yayasan Orbit Lintas Karya binaan M Din Syamsuddin, Jumat (15/10/2021) malam.
Tidak heran, kata Aa Gym, orang yang berjuang sampai meninggal di medan perang pun Allah menyebutnya berdusta karena tidak ikhlas. Ini terjadi ketika hadits mengatakan, mujahid di medan perang dihisab pertama.
Tanpa Ikhlas, Dusta
Allah yang maha tahu isi hati menyebutnya berdusta sebab dia berjuang karena ingin diakui sebagai pemberani. Tapi akhirnya gagal masuk surga karena kurang satu hal: hatinya tidak ikhlas.
Dia lebih menyukai penilaian makhluk dan mencari kedudukan di sisi makhluk. “Di akhirat diseret, tertelungkup, menjadi ahli neraka,” ucap lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Yang kedua dihisab berdasarkan sebuah hadits, yang belajar dan mengajarkannya. Ketika ditambah karunia oleh Allah, dia mengatakan, “Ya Allah saya sudah belajar dan saya dakwahkan.”
Allah juga menyebutnya berdusta. “Kamu belajar Quran dan berdakwah bukan karena Allah tapi ingin disebut alim, dai kondang, syekh, mubaligh, ustad bekerja!” jawab Allah.
“Hatinya lebih sibuk ingin dinilai orang, dipuji, dengan mengandalkan amal-amal hak Allah,” terang Aa Gym.
Yang ketiga dihisab, kedermawanan. Allah juga menilainya berdusta karena niatnya ingin disebut dermawan.
Dia lantas mengingatkan keikhlasan berbanding lurus dengan keyakinan. Semakin yakin dengan Allah, semakin puas dengan penilaian dan penglihatan Allah. Dalilnya, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku semata-mata karena Allah.”
Aa Gym pun membagikan cara berlatih sungguh-sungguh agar bisa lebih ikhlas. Berikut empat cara latihannya.
Boleh menggunggah amal di media sosial, kalau niatnya mengajak (memotivasi) orang beramal. Tapi kalau niatnya ingin dikagumi orang, berarti hilang amalnya.
Aa Gym
Beramal Rahasia Latih Ikhlas
Latihan ikhlas yang pertama, Aa Gym menyarankan, memperbanyak amalan rahasia. “Tidak usah semua amalan kita diketahui orang. Amalan fardhu sunnahnya orang lain tahu, kalau amalan sunnah ada yang orang lain boleh tahu,” terangnya.
Dia menyatakan boleh menggunggah amal di media sosial, kalau niatnya mengajak (memotivasi) orang beramal. Tapi kalau niatnya ingin dikagumi orang, berarti hilang amalnya. “Sedekah satu miliar gak apa, tapi yang 50 miliar diam-diam, rahasia!” tutur Pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid itu.
Dia mengimbau Youtuber agar hati-hati melakukannya.
“Jangan sampai amal kita yang diposting aja, yang nggak diposting nggak ada amalnya,” imbaunya.
“Orang yang ikhlas itu puas dengan merahasiakan amalnya. Makin banyak amalan rahasia, makin dekat keikhlasan,” imbuh pengusaha yang memiliki 15 usaha penerbitan di mana telah menerbitkan 32 judul buku dan lusinan kaset.
Ada/Tidak Orang Melihat
Latihan ikhlas kedua, terang Aa Gym, ketika ada-tidaknya orang tetap melakukan yang sama. “Kalau ada orang jadi bagus, tapi kalau tidak ada orang beda lagi, berarti kita tidak mencari keridhaan Allah tapi masih sibuk dengan penilaian orang,” ungkapnya.
Misal, ketika ada orang, shalatnya lama, mengajinya merdu, dan bersedekah dengan nilai yang besar. Tapi ketika tidak ada orang, shalatnya lincah, mengajinya cepat atau tidak mengaji, dan bersedekah dengan nilai yang sedikit.
Harusnya, kata dia, ada atau tidak ada orang sama saja sikapnya. “Allah kan ada! Allah bersamamu di mana pun kamu berada dan Allah maha melihat apapun yang kamu kerjakan,” terangnya.
Tidak Ingin Dipuji, Tidak Takut Dicaci
Latihan ketiga lempeng terhadap pujian dan cacian. Bagi orang yang kurang ikhlas, kalau dipuji jadi semangat. Kalau tidak dipuji, tidak semangat. Sedangkan kalau dicaci, patah semangat. “Bagi orang yang ikhlas, nggak ngefek!” tegas Aa Gym.
Bahkan, pujian itu jauh lebih bahaya aslinya daripada cacian. Karena orang cenderung membohongi dirinya sendiri ketika mendapat pujian. “(Dapat) pujian itu kecenderungannya nafsu kita suka. Kita suka percaya pada pujian yang nggak cocok dengan kita,” terangnya.
Nabi Muhammad yang sempurna akhlak dan ibadahnya saja tetap ada yang mencaci, apalagi kita yang hina betulan.
Aa Gym
“Mau memuji monggo, mau mencaci ya monggo. Tuhan saya itu Allah, bukan mulut orang, orang mau ngomong apa saja itu kembali ke dirinya.” tambah dai yang memiliki delapan anak itu.
Dia menegaskan, urusan kita adalah bagaimana Allah menerima amalan kita sehingga pujian dan cacian tidak memberi efek. Sekali lagi, dia mengingatkan Tuhan kita Allah. “Allah yang mencipta, mengurus, memberi nikmat, mengangkat derajat, menutupi aib,” ujarnya.
Sampai dower orang memuji kita, lanjutnya, kalau Allah tidak suka, kita tetap rugi. Begitupula sebaliknya. Sampai dower orang mencaci, kalau Allah suka, kita tetap mulia. “Jangan terlalu ribut dengan komentar orang,” imbaunya.
Dia menyatakan, Nabi Muhammad yang sempurna akhlak dan ibadahnya saja tetap ada yang mencaci, apalagi kita yang hina betulan. “Aneh kalau kita tersinggung, padahal penghinaan kita ke orang kan lebih sederhana ketimbang kehinaan kita aslinya!” tegasnya.
Jangan Ingin Diperlukan Spesial
Latihan keempat, jangan ingin diperlakukan spesial atau dihargai karena amal ibadah kita. “Jangan karena bacaan al-Quran kita bagus, kemudian kalau nyuruh orang, orang jadi nurut,” tuturnya.
Sebab, Aa Gym meluruskan, kita beribadah agar Allah ridha ke kita. “Jangan sampai kita tamak akan penghargaan orang,” imbau pendakwah sekaligus penyanyi itu.
Sebenarnya, orang lain menghargai kita karena dua hal. Pertama, karena Allah masih menutupi aib, dosa, dan maksiat kita. Kedua, Allah menguji berupa casing—harta, gelar, pangkat, jabatan, popularitas, penampilan, kedudukan—yang sering dianggap karunia. “Itu semau Allah, kasih sebagai ujian,” ungkapnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni