PWMU.CO– Identitas diri paling mudah dikenali adalah Islam. Sebab kemana pun seseorang bepergian ketika melihat ada orang shalat, bisa langsung mengidentifikasi orang tersebut beragama Islam.
Itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr KH Saad Ibrahim, dalam Kajian Ahad Pagi Majelis Tabligh PDM Kota Pasuruan di halaman SMA Muhammadiyah 1, Ahad (6/11/21).
Saad Ibrahim menambahkan, itulah fungsi agama. Memberi identitas bagi pemeluknya. Contoh lagi di bulan Ramadhan, identitas keislaman seseorang lebih tampak dengan banyaknya orang berpuasa. Identitas ini sifatnya umum.
”Adalagi identitas tambahan bagi seorang muslim yaitu pakai jenggot tapi tidak pakai kumis. Kumisnya dicukur. Meskipun begitu, identitas ini juga dimiliki selain orang Islam,” katanya.
Bagi Saad, Nabi Muhammad memberikan identitas tersebut dalam konteks membedakan orang Islam dengan orang kafir. Itu lebih terkait dengan situasi yang khusus. Sebab dalam situasi yang umum, antara yang berjenggot muslim dan non muslim sama sama.
”Karena itu kita sebagai warga Muhamadiyah memahaminya tidak secara harfiyyah. Saya memakai jenggot ini lebih kepada pertimbangan scientific dari pada ngikutin Nabi. Karena saya baca pada penelitian ilmiah: orang yang menggunakan jenggot lebih tahan terhadap penyakit. Dalam hal ini, jenggot semacam menciptakan imunisasi pada tubuh kita,” seloroh Saad.
Mengikuti Nabi, menurut Saad, ada konteksnya. Contoh muslim di Indonesia membayar zakat fitri menggunakan beras. Nabi Muhammad membayar zakat fitri menggunakan kurma dan gandum. ”Muhammadiyah memahami konteks seperti itu,” ujarnya.
Tertarik Islam
Agama Islam, menurut Saad, memberikan tuntunan kepada seorang muslim yang itu menyebabkan dia berbeda dari non muslim. Contoh orang Islam itu relatif menjaga kebersihan.
”Saya tiga kali berkunjung ke China, dan yang menyertai kami adalah non muslim. Kita umat Islam ketika kencing khawatir kalau tetesannya mengenai celana, apalagi kalau digunakan untuk shalat. Sesudah kencing membersihkannya menggunakan air atau hal yang suci. Ada seorang dokter yang mendapatkan hidayah karena hal seperti ini,” terangnya.
Saad menyampaikan, karena itu celana dalam seorang muslim itu relatif bersih, tidak ada plak-plak karena terjaga. Hal ini bisa menyebabkan orang memeluk islam. Sehingga Allah memberi petunjuk kepada seseorang, jalannya banyak, sebagaimana Allah menyesatkan seorang, jalannya juga banyak.
Saad juga menyampaikan proses Dedi Corburzier memeluk Islam. Menurut Saad, dia tertarik dengan Islam karena persaudaraan sesama muslim yang terjalin hampir tanpa sekat. Dia saksikan hal tersebut ketika shalat.
Fungsi agama, menurut Saad, adalah memberikan kebaikan didunia dan akhirat. Apabila dijalankan dengan sebaik-baiknya. Kebaikan dunia itu tidak selalu muncul lebih dulu. Kadang-kadang seseorang tidak menyadari kebaikan tersebut.
Contoh seperti kepanasan pada pagi ini. Sebagian besar menyadari panasnya dari pada maslahatnya. Padahal maslahatnya lebih besar terutama bagi yang sepuh-sepuh yaitu vitamin D yang manfaatnya besar sekali dan itu gratis dari Allah.
Wasilah Akhirat
Saad menjelaskan lagi fungsi agama dalam kehidupan menjadi wasilah (perantara) Allah menyelamatkan kita dari neraka. Allah masukkan kita ke surga, Allah ampuni dan Allah meridhai.
Fungsi agama lainnya, kata Saad, memberi penguat pada jiwa seseorang. Kalau seseorang melakukan hal-hal yang wajib, kemudian disempurnakan dengan yang sunnah–termasuk shalat sunah, shalat malam dan puasa sunah– Allah akan memperkokoh jiwa orang tersebut dan memberikan kekuatan.
Contoh, seseorang tanpa menggebrak meja, orang lain sudah bisa merasakan kekuatan orang tersebut, cukup dengan senyumnya. Karena itu, Saad meminta kepada para hadirin untuk selalu memohon kekuatan pada Allah.
”Sebagai manusia, kita memang la haula wa la quwwta, tapi setelah itu adalah illa billahi ‘aliyil azhim. Dengan itu kita tidak bisa tergoda dengan apapun. Juga mantap berhadapan dengan seseorang, karena kita punya pegangan yang sangat kuat, al’urwatul wutsqo, yaitu bersandar pada Allah swt,” papar Saad.
Sakit pun, kalau disandarkan kepada Allah, dengan sikap sabar. Justru sabar itu menjadi media untuk diberikan kemuliaan oleh Allah dan diberi ampunan. Kalau kemudian berobat, ini juga mengikuti sunah Rasulullah. Dan kedua-duanya adalah baik.
Saad menyampaikan supaya tidak mengatakan sabar itu ada batasnya. Sebab jika seseorang mengatakan sabar ada batasnya, itu tandanya dia tidak husnul khatimah, karena akhirnya tidak sabar.
Tapi sabar itu tidak berarti tidak marah. ”Marah itu berat dan efeknya tidak bagus. Kalau kita lakukan berarti kita sabar. Jangan dilawankan sabar dan marah. Ada waktunya kita sabar dan ada waktunya kita marah. Tapi dahulukan tersenyum. Dahulukan ar-rahmani ar-rahim, baru kemudian maliki yaumiddin,” terang Saad.
Pendorong Optimal
Fungsi agama selanjutnya sebagai pendorong seseorang berbuat optimal, berbuat maksimal dalam berbuat kebaikan. ”Bagi Muhammadiyah sebagai gerakan, khususnya pada tingkatan tathbiq nushus (menerapkan teks-teks agama) dalam kehidupan ini adalah pendorong kuat untuk berbuat maksimal,” ujarnya.
Menurut dia, inilah yang menggerakkan KH Ahmad Dahlan tidak sekadar mengajarkan kepada santri-santrinya surat al-Ma’un sampai tiga bulan, dan mengajarkan surat al-Ashr sampai delapan bulan, karena tidak menghendaki berhenti pada pemahaman teks, tafsir dari teks tapi terwujud konkret dalam kehidupan, seperti sekolah, perguruan tinggi, panti asuhan, dan rumah sakit.
Gerakan Muhammadiyah, tambah Saad, mengalahkan gerakan negara. Saad menyampaikan, Sekretaris Negara mengapresiasi dan menyatakannya terus terang ketika Muhammadiyah mendirikan universtias di Malaysia, karena sampai sekarang negara belum punya universitas di luar negeri. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto