PWMU.CO– Masjid Gunungsari Indah (MGSI) Surabaya terpilih sebagai juara 1 lomba Manajemen Administrasi dan Kemakmuran Masjid yang diadakan PDM Kota Surabaya. Lomba ini untuk merayakan milad Muhammadiyah 109 tahun.
Munahar, penanggung jawab lomba, menjelaskan, masjid ini bukan hanya berfungsi tempat shalat tapi juga mencerdaskan jamaah mulai orangtua, remaja, anak-anak. Bahkan anak-anak difabel menjadi perhatian.
Masjid ini berlokasi di Perumahan Gunung Sari Indah Blok W/13, Kedurus, Karang Pilang. Dikelola oleh PCM Karangpilang. Ketua Takmir Masjid Gunungsari Indah Ustadz Hidayat Fatoroni.
”Manajemen administrasinya rapi dan fungsi ibadah dan sosial menjadikan masjid ini bermanfaat bagi masyarakat sehingga terpilih sebagai juara 1,” kata Munahar yang juga Kepala SD Muhammadiyah 6 Gadung, Sabtu (20/11/2021).
Dia mencontohkan, jumlah santri difabel yang dibina masjid ada 18 anak. Terbagi menjadi dua kelompok. Yakni kelompok Braille sebanyak 11 anak dan kelompok inklusi 7 anak.
Ustadz Barid MPdI, pembina anak-anak ini, menerangkan, ”Masing-masing kelompok memiliki kurikulum tersendiri. Misal target kelompok Braille adalah tahsin membaca al-Quran braille, menjadi qori dan hafidh,” ujarnya.
”Saat ini ada anak TPQ Braille yang sudah hafidh 2-3 juz Quran,” tambah Barid menjelaskan.
TPQ Braille, salah satu program imaroh masjid yang sedang dikembangkan dalam manajemen ketakmirannya.
Ustadz M. Jamil SE MM, perwakilan takmir dalam presentasi babak final lomba menyampaikan, seluruh aktivitas MGSI pengelolaannya didasarkan pada Standar Manajemen Pembinaan Masjid sebagaimana SK Bimas Islam tahun 2014.
”Standar manajemen ini ada yang dikreasi sendiri oleh takmir. Yakni menyangkut aspek Idarah (manajemen), Imarah (pemakmuran), dan Ri’ayah (pembinaan dan fasilitas),” kata Jamil.
Bidang Idarah, misalnya, menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan kami kelola dengan baik.
”Administrasi lengkap, terkait keuangan juga kami laporkan secara transparan, amanah, dan bertanggung jawab kepada para jamaah,” ujarnya.
Takmir berupaya membangkitkan awareness dengan cara menjadikan masjid sebagai tempat iktikaf, membersihkan diri, gembleng batin spiritual, tempat bina keutuhan ikatan jamaah, tempat musyawarah persoalan masyarakat, dan terbentuknya komunitas peradaban Islam pada jamaah dan masyarakat di lingkungan.
”Kami menyadari lokasi MGSI di tengah perumahan, sehingga kami ciptakan Social Capital, Social Relationship ini sebagai upaya memperkuat dukungan sumber daya dan tercipta hubungan sosial yang baik akan berdampak pada dukungan masyarakat menyangkut pendanaan dan setiap kegiatan,” tutur Jamil.
Bidang imarah, hampir setiap hari ada kegiatan. Mulai dari kajian rutin Sabtu-Ahad bakda Subuh dengan materi tauhid, hadits, fikih, sirah nabawiyah, dan tafsir al-Quran, juga kajian ibu, serta kajian hari-hari besar.
”Misal libur Natal, kami adakan kajian Kristologi, sehingga pemahaman jamaah dan warga semakin baik terhadap Islam. Narasumber yang dihadirkan sebagian besarnya adalah ulama Muhammadiyah mulai dari Pimpinan Daerah sampai PP Muhammadiyah. Selebihnya ustadz umum yang berideologi sama dengan Muhammadiyah,” jelasnya.
Ada lagi kajian wanita, TPQ, remaja masjid. ”Ini bagian dari cara kami supaya masjid itu terus hidup,” terang Jamil yang dosen Stiesia.
Saat ini takmir Masjid Gunungsari Indah sedang fokus pengembangan sarana setelah mendapatkan hibah dua rumah di Blok W/14-15 persis samping masjid. Juga berencana membeli rumah Blok W/12 di sampingnya lagi dengan harga Rp 1,5 miliar sehingga lahan makin luas.
”Warga masyarakat yang ingin menanam amal jariyah, kami terima dengan senang hati. Insyaallah peletakan batu pertama akan kami laksanakan pada tanggal 1 Januari 2022,” tandasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto