HM Baer, Kenangan Tak Terlupakan Bersamanya oleh Ichsan Mahyudin, Bendahara PCM Lakarsantri.
PWMU.CO– HM Baer (86), sesepuh PCM Karangpilang wafat pada Ahad (21/11/2021) pukul 11.30. Pak Baer, begitu panggilan akrabnya, pernah menjabat Ketua PCM Karangpilang tahun 1980-an hingga 1990-an.
Kehilangan bukan hanya dirasakan aktivis PCM Karangpilang tapi juga PCM Wiyung, PCM Sambikerep, dan PCM Lakarsantri yang pernah menjadi satu saat di masa kepemimpinannya.
Banyak pengalaman berkesan bersama HM Baer. Di tahun 1990-an PCM Karangpilang mengadakan pawai untuk merayakan Milad Muhammadiyah. Saya hadir mewakili Pemuda Muhammadiyah. Terjadi perdebatan seru di antara peserta rapat soal penggunaan bendera pemberangkatan barisan.
Pemilihan beberapa bendera menimbulkan pro-kontra yang lumayan alot. Kemudian disepakati keputusan memilih diserahkan kepada Ketua PCM HM Baer.
Dengan enteng dia menjawab, ”Lha wong milih kebut ae kok rame. Nggawe jarik emak ae ga popo to.”
Peserta rapat langsung tertawa memecah ketegangan suasana. Akhirnya bendera pun dipilih tanpa otot-ototan lagi. Begitulah karakter kepemimpinannya yang tenang dan tegas. Sepanjang demi kebaikan dan tidak melanggar syariat, dia tidak terlalu memaksakan.
Melihat peserta rapat dominan dari Angkatan Muda Muhammadiyah, Baer sangat gembira. Berarti kaderisasi berjalan. Dia selalu memotivasi anak-anak muda aktif dan cinta kepada Muhammadiyah.
Seringkali dia memamerkan foto yang disimpan di dompetnya aktivis. ”Ibumu (istrinya, maksudnya) itu dulu senang pada bapak karena ganteng dan gagah. Dulu saya ganteng lho. Kalau gak percaya, ini foto saya,” katanya sambil memamerkan foto Baer muda berseragam pandu Hizbul Wathan.
Maksudnya, dia ingin memberi tahu bahwa dirinya aktif di Muhammadiyah sejak usia muda. Mulai menjadi anggota HW.
Ayat favoritnya surat Ali Imran: 104. Bacaannya fasih dan mantap. Sering dikutip dalam forum rapat atau tausiah.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Ada lagi gaya ceramah Pak Baer waktu tarawih. Suka meniru ucapan Pak Harto saat pidato di pembukaan Muktamar Muhammadiyah di Aceh tahun 1995. ”Tanpa tedheng aling-aling saya adalah keturunan Muhammadiyah…” Gaya dan logatnya pas disukai banyak jamaah.
Khotbah Nikah Panjang
Pernikahan adalah peristiwa sakral bagi semua orang. Nabi menganggap ini sebagai penyempurna ibadah. Oleh karena itu, momen ini selalu dipersiapkan sangat matang. Meski acara tersebut diselenggarakan dengan sederhana. Mengingat momen ini spesial dalam perjalanan hidup seseorang.
Agustus 20 tahun yang lalu, saya melangsung pernikahan. Segala acara sudah dirancang matang bersama calon istri. Prioritas utama acara akad nikah. Khotbah nikah saya meminta Pak Baer, Ketua PCM Karangpilang yang juga teman akrab bapak saya.
Pukul 8 pagi semua sudah siap sesuai rencana. Calon pengantin, wali, dan dua orang saksi, serta undangan lainnya. Kecuali penghulu belum terlihat. Tak pelak gelisah menyelimuti orang-orang. Apalagi saya, calon pengantin.
Apalagi hari itu Jumat. Khawatir acara molor sampai waktu shalat Jumat, Pak Baer menyarankan acara dimulai saja walaupun petugas KUA belum hadir.
”Yang nikah siap, orangtua ada, mahar ada. Ayo kita mulai. Akad nikah nanti bisa bapaknya. Tidak harus penghulu,” katanya. ”Nanti petugas KUA tinggal mencatat pernikahan ini. Karena ini tugasnya,” sambungnya.
Akhirnya acara akad nikah dimulai. Diawali lantunan ayat suci al-Quran. Disambung dengan khotbah nikah oleh Pak Baer. Rada dipanjangkan sambil menunggu penghulu dan isinya serius. Hampir tidak ada guyonannya. Mungkin menjaga kesakralan acara ini.
Alhamdulillah sebelum khotbah selesai, penghulu datang. Penghulu terlihat sungkan karena acara sudah dimulai. Biasanya acara tergantung pada penghulu, namun kali ini acara sudah dimulai tanpa menunggunya. Penghulu beralasan hari itu banyak acara akad nikah waktunya berhimpitan. Ada 8 pasangan.
Barakallahu laka wa baraka alaika wa jamaah bainakuma fii khoir. Itu doa penutup khotbah nikah yang Pak Baer sampaikan. Terima kasih Pak Baer. Hari istimewa bagi saya. 8 Agustus pukul 8.00. Kehadiran bapak, tausiah dan doa yang tak terlupakan. (*)
Editor Sugeng Purwanto