PWMU.CO – Makan gratis borong dagangan pedagang kaki lima (PKL) menjadi cara PDM-PDA Sidoarjo merayakan Milad ke-109 Muhammadiyah.
Sejak pagi, ratusan warga menyemut di komplek Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo. Mulai orangtua, anak-anak, hingga remaja, tampak antre dengan tertib di depan gerobak penjual makanan. Mereka, para penjual makanan tersebut, adalah para PKL yang biasa menjajakan dagangannya di sepanjang Jalan Mojopahit, dekat komplek Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo.
Begitulah suasana kegiatan Milad ke-109 Muhammadiyah yang diadakan PDM-PDA Sidoarjo, Jumat (26/11/21). Beragam makanan seperti sate ayam dan kambing, soto ayam, nasi pecel, nasi uduk, hingga STMJ berjejer dan disambut masyarakat dengan antusias.
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Sudarsono mengatakan, ada dua tujuan dari kegiatan Makan Gratis Tebas Dagangan PKL ini. Salah satunya, menyesuaikan milad ke-109 Muhammadiyah yang mengangkat tema “Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama”. “Selain itu, kita juga ingin memperkenalkan pada masyarakat tentang Muhammadiyah. Termasuk, memberikan support pada masyarakat melalui sarapan pagi,” ujarnya.
Dengan cara itu, lanjutnya, Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Ortom Sidoarjo bisa akrab dengan masyarakat, dengan PKL. “Karena para PKL itu kan sering dipinggirkan. Ini adalah salah satu support dengan menebas makanan mereka, walaupun terbatas, sehingga bisa langsung dimanfaatkan,” jelasnya.
Agar Tidak Selalu Terpinggirkan
Sudarsono juga melanjutkan, jika Muhammadiyah-Aisyiyah Sidoarjo sangat menginginkan agar para PKL tersebut tidak selalu dipinggirkan. “Maka bagaimana upaya mereka itu supaya bisa bangkit dalam rangka untuk tampil standar dan tempatnya representatif. Maka dari itu Muhammadiyah selalu memikirkan pedagang kecil itu, bagaimana upaya meningkatkan kualitas mereka dalam berdagang,” paparnya.
Untuk jumlah PKL, sambung dia, yang digandeng dalam kegiatan tersebut totalnya ada 35. “Awalnya ada 25 jumlah PKL. 20 di luar, dan lima di dalam. Namun, karena menyesuaikan kondisi, maka kita tambah 10 di dalam komplek perguruan. Jadi ada 15 PKL di dalam dan 20 di luar. Untuk titik yang ada di luar, itu bersifat kondisional. Karena kita juga merasa khawatir jika sudah kita booking kemudian ada obrakan, nanti jadi fatal. PKL jadi nggak enak, kita yang nebas juga nggak enak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sudarsono berharap, setelah adanya kegiatan ini, tercipta suasana antara masyarakat dengan persyarikatan. “Sehingga mereka mengenal Muhammadiyah seperti apa Muhammadiyah itu. Mereka insyaallah juga membaca dari pamflet atau flyer yang digunakan dalam kegiatan ini. Apalagi kegiatan ini juga diadakan di hari Jumat yang penuh berkah,” ujarnya.(*)
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.