PWMU. CO – Hidrogen Sianida (HCN), senyawa yang terkandung dalam rokok yang dipakai beberapa negara untuk menghukum mati para narapidana.
Demikian salah satu isi materi yang disampaikan Reny Retnowati SSi, dalam kajian bidang advokasi Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi), Sabtu (20/11/21).
Pada awal paparannya, guru mata pelajaran IPA SMP Musasi itu mengatakan, Allah menciptakan narkotika, psikotropika dan zat adiktif itu, bukan untuk tujuan yang buruk. “Tapi nafsu manusialah, yang membuat barang-barang ini jadi terlihat buruk,” ujarnya.
Pada kajian yang membahas tentang zat adiktif pada rokok tersebut, Reny, panggilannya, menjelaskan bahwa narkotika diambil dari kata narke yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya beku, lumpuh dan dungu. “Sedangkan psikotropika sendiri, berasal dari kata psikoaktif. Semua benda ini digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pengobatan, serta terapi,” jelasnya.
Hormon Bahagia dan Stres
Sebelum melanjutkan penjelasannya, Reny terlebih dahulu membagikan pengetahuan tentang macam-macam hormon yang ada di dalam tubuh manusia, yang berkaitan dengan zat adiktif. Dua di antaranya adalah hormon bahagia dan hormon stres. “Hormon bahagia terdiri dari dopamin, serotonin, oksitosin, dan endorfin. Dopamin adalah hormon dan neurotransmitter yang merupakan bagian penting dari sistem penghargaan otak.
Serotonin, sambungnya, adalah hormon yang membantu mengatur suasana hati serta tidur, nafsu makan, dan memori. Oksitosin atau yang sering disebut dengan hormon cinta merupakan hormon yang sangat penting disaat persalinan dan menyusui.
“Hormon oksitosin ini juga bisa tumbuh melalui ikatan orang tua dan anak yang kuat. Umumnya ia akan meningkat ketika kita meluapkan kasih sayang melalui fisik, contohnya berpelukan,” jelas Reny.
Sedangkan hormon endorphin, kata dia, adalah hormon yang memiliki fungsi sebagai pereda nyeri dalam tubuh. “Tubuh akan memproduksi endorfin sebagai respon terhadap stres atau ketidaknyamanan yang terjadi,” ungkapnya,
Setelah menjelaskan macam-macam hormon bahagia, ibu dua putri itu lalu menjelaskan perihal hormon-hormon yang bertanggung jawab atas stres yang kita rasakan. Ada adrenalin, norepinephrine, dan kortisol. Adrenalin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal setelah mendapatkan sinyal dari otak, ketika bertemu dengan situasi yang membuat kita stres.
“Misalnya ketika kita mengendarai motor, tiba-tiba orang di depan kita ngerem mendadak. Otomatis kita juga ikut berhenti secara tiba-tiba kan? Nah, itu merupakan salah satu respon yang diberikan oleh hormon adrenalin,” tuturnya.
Penyebab Jerawat
Respon adrenalin itu, lanjut dia, akan dihentikan oleh hormon norepinephrine. Hormon ini sama dengan adrenalin, dikeluarkan oleh kelenjar adrenal dan berasal dari otak. Namun fungsi hormon Norepinephrine adalah membuat kita agar tetap fokus dan terjaga selama mengalami stres. “Jadi setelah kita ngerem mendadak tadi, hormon yang membuat kita tetap sadar dan terjaga ya hormon norepinephrine ini,” ungkapnya.
Hormon lainnya yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yaitu hormon kortisol. Perbedaan hormon kortisol dengan dua hormon lainnya adalah hormon ini bekerja lebih lambat. “Hormon ini bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Dia bisa meningkatkan tekanan darah dan gula darah. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya jerawat, obesitas, dan lainnya,”terang Reny.
Sifat Zat Adiktif
Selanjutnya adalah penjelasan mengenai sifat-sifat dari zat adiktif. Sifat yang pertama yaitu depresan. Zat depresan ini ini bekerja dengan menekan atau mengurangi fungsi neuron dalam sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan aktivasi sel otak pemakainya menjadi melambat atau tertidur. “Zat Depresan ini terdapat dalam opium, barbiturat, alkohol, dan ganja,” ujarnya.
Sifat yang kedua, kata Reny, yaitu stimulan. Stimulan menyebabkan organ tubuh seperti otak dan jantung terangsang untuk bekerja lebih cepat, sehingga menyebabkan efek ketagihan bagi para penggunanya.
“Dalam jangka pendek stimulan memberikan efek senang dan gembira. Namun jika digunakan dalam jangka panjang zat ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan sistem organ. Kita dapat menemui zat stimulan dalam kokain, amfetamin, alkohol, ekstasi, dan kafein,” jelas dia.
Sifat lainnya dari zat adiktif adalah halusinogen. Di mana halusinogen dapat memicu otak untuk melepaskan serotonin sehingga menimbulkan efek halusinasi yang memengaruhi emosi dan pikiran. “Senyawa yang termasuk halusinogen adalah ganja, lysergic acid diethylamide (LCD), psilocybin, psilocin, dan meskalin,” imbuhnya.
Hal lainnya yang dipaparkan Reny adalah bahaya dari senyawa psikotropika, yang akan memberikan dampak pada psikologis dan fisik seseorang. Dari segi psikologis penggunaan Napza biasanya akan menjadi lebih emosional dan temperamental. Hal ini terjadi karena terganggunya sistem neuro transmitter pada susunan saraf pusat pengguna. “Bisa kita lihat ya, orang-orang yang suka minum-minuman keras, atau pengguna Napza ini cenderung moody-an dan mudah emosi,” terangnya.
Dari segi fisik, penggunaan Napza akan menyebabkan gangguan fisioneurologik. Gangguan ini dapat mempercepat atau malah memperlambat denyut nadi jantung dan paru-paru penggunanya. Dimana hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. “Jadi ini kenapa kita harus selalu berhati-hati, karena dampaknya sangat menyeramkan. Apalagi ketika organ kita sudah rusak semua, yang bisa kita lakukan ya hanya menunggu ajal saja,” ungkap Reny.
Sembilan Kandungan Mematikan
Menyusul pernyataan di awal, Reny menyampaikan narkotika, psikotropika dan zat adiktif memang bukan hal buruk. Hal ini dimanfaatkan oleh para tenaga kesehatan dalam menangani pasiennya. Narkotika dan psikotropika, kata dia, digunakan sebagai obat bius. Contohnya anestesi, obat stimulus contohnya amfetamin dan kokain, obat penawar rasa sakit contohnya morfin, obat tidur contohnya benzodiazepam dan penghilang depresi contohnya metil fenidat.
“Benda-benda tadi biasa kita temui dalam obat-obat yang digunakan di dunia medis. Dan jelas selalu dalam dosis yang sudah ditentukan dan yang baik untuk tubuh. Penggunaan zat-zat tadi menjadi salah, ketika digunakan di luar resep dokter dan digunakan secara berlebihan hingga menyebabkan overdosis,” tegasnya.
Zat adiktif narkotika dan psikotropika biasa kita temui pada rokok, alkohol, kafein, dan zat inhalasia. Dan pada rokok sendiri, terdapat sembilan kandungan yang bisa memberikan efek mengerikan bagi tubuh kita.
“Salah satu kandungan rokok yang merupakan gas beracun adalah karbon monoksida. Senyawa ini merupakan gas yang tidak memiliki rasa dan bau. Kandungan rokok yang paling sering disinggung adalah nikotin,” terang dia.
Senyawa ini, lanjutnya, yang memberikan efek candu kepada para pengguna rokok. Efek candu ini bisa kita temui dalam penggunaan opium dan juga morfin. Kandungan rokok lain yang bersifat karsinogenik adalah Tar. “Senyawa ini akan mengendap di paru-paru manusia setelah dihirup oleh penggunanya,” ungkap Reny.
Hidrogen Sianida, Senyawa Penghukum Narapidana
Senyawa racun lainnya yang menjadi bahan penyusun rokok adalah hidrogen sianida. Hidrogen sianida memberikan efek yang mengerikan untuk tubuh. “Beberapa negara pernah memakai senyawa Hidrogen Sianida ini untuk menghukum mati para narapidana,” kata dia.
Senyawa lainnya yang ada di dalam rokok adalah senyawa benzena. Senyawa ini merupakan reaksi dari pembakaran rokok. Senyawa ini dapat menurunkan jumlah sel darah merah dan merusak sumsum tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia dan pendarahan.
Senyawa lainnya yang merupakan residu dari pembakaran rokok adalah formaldehida, dalam jangka pendek formaldehida bisa menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. “Senyawa ini juga sering menimbulkan kerugian pada para perokok pasif di sekitar pengguna rokok,” ujarnya.
Kandungan lain dalam rokok yaitu arsenik, yang merupakan golongan penganut pertama karsinogen. Arsenik dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kulit, kanker paru-paru, kanker saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati.
Selanjutnya ada kadium, sekitar 40 sampai 60 persen kalsium yang terdapat dalam asap rokok terserap masuk ke paru-paru pengguna rokok ketika menggunakan rokok. “Dan yang terakhir ada amonia. Amonia merupakan gas beracun yang tidak berwarna tapi memiliki bau yang tajam. Pada industri rokok, senyawa ini digunakan untuk meningkatkan dampak candu nikotin,” urai Reny.
Sindrom Kematian Bayi Mendadak
Setelah menjelaskan kandungan kandungan yang ada di dalam rokok serta bahayanya, Reny memberikan pemaparan tentang tubuh seorang perokok yang mengalami kerusakan dan penyakit pada semua bagian tubuhnya. Mulai dari rambut rontok, katarak, kulit keriput, kanker kulit, dan masih banyak lagi.
Paparan asap rokok juga menjadi pemicu sejumlah penyakit mengerikan. Bagi wanita hamil hal ini dapat menyebabkan melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. “Pada bayi hal ini dapat menyebabkan sindrom kematian bayi mendadak,” jelasnya.
Pada anak-anak paparan asap rokok bisa menunda perkembangan paru-paru, menyebabkan infeksi seperti peumonia dan bronkitis, hingga tumor otak. Dan pada orang dewasa sendiri dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular, penyakit jantung, stroke, asma dan banyak lagi.
“Saya tidak ingin melarang kalian, karena remaja seperti kalian, jika dilarang, justru makin penasaran, dan akhirnya mencoba. Jadi, disini saya menjelaskan kepada kalian, dan saya berharap, bisa kalian renungkan,” ungkap Reny.
Tidak Akan Merokok
Di bagian lain, Ketua Bidang Asbo PR IPM SMP Musasi Haidar Daffa Fernanda Untoro Putra, yang juga menjadi peserta kajian mengenal zat adiktif pada rokok menyampaikan, bahwa pandangannya terhadap rokok tidak berubah dari dulu. “Sama saja tetap berbahaya. Saya pribadi tidak ingin dan tidak akan pernah mencoba rokok,” tegasnya.
Haidar mengaku, ia bisa mendapatkan ilmu baru yang belum pernah ia dapatkan melalui kajian ini. Melalui sesi tanya jawab, ia juga bisa melihat antusiasme dari para peserta kajian yang asik bertanya perihal pemaparan materi tadi. (*)
Penulis Farah Az Zahra Asmara. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.