7 Pertanyan soal Varian Omicron, Ini Jawaban Ahli Mikrobiologi Molekular

Jokowi impor Obat Covid-19, Ini Kata Ahli. Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt juga membedah obat Chloroquine yang telah diproduksi di dalam negeri.
Prof Maksum Radji: 7 Pertanyan soal Varian Omicron, Ini Jawaban Ahli Mikrobiologi Molekular (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – 7 Pertanyan soal Varian Omicron, Ini Jawaban Ahli Mikrobiologi Molekular. Menjelang akhir tahun 2021 ini dunia dikejutkan oleh penemuan varian virus SARS-COV-2 yang disebut dengan varian Omicron atau B.1.1.529. Bagaimana sebetulnya sifat varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan ini? 

Berikut hasil wawancara Kontributor PWMU.CO Isrotul Sukma secara daring dengan Prof Maksum Radji, ahli mikrobiologi molekular dari Farmasi Fikes Universitas Esa Unggul Jakarta. Dia juga Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Selasa (1/12/2021).

Apa yang kita ketahui tentang varian Omicron?

Varian B.1.1.529 atau varian Omicron merupakan sebuah varian terbaru dari virus SARS-CoV-2. Varian ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 9 November 2021. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan tentang varian baru ini pada tanggal 24 November 2021 dan dinyatakan sebagai variant under monitoring (VUM). 

Setelah mempelajari sifat varian baru ini, dua hari kemudian WHO langsung menetapkannya sebagai variant of concern (VOC) atau varian dengan kewaspadaan tinggi pada 26 November 2021. 

Varian virus Corona Omicron ini telah memicu kekhawatiran global karena memiliki serangkaian mutasi genetik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Terdapat sekitar 50 mutasi, di mana di antaranya 32 mutasi terletak pada pada protein penting di permukaan virus SARS-COV-2 yaitu protein spike (S)-nya. 

Protein S ini merupakan bagian penting yang berikatan dengan reseptor sel manusia. Tingginya angka mutasi pada genom virus inilah yang dihawatirkan menjadi lebih menular daripada varian-varian sebelumnya, termasuk varian Delta yang saat ini dominan sebagai penyebab Covid-19 di seluruh dunia. 

Selain itu pakar WHO menyatakan bahwa varian Omicron mungkin mampu menghindari sistem kekebalan, baik yang diperolah setelah seseorang menerima vaksin Covid-19 ataupun setelah infeksi virus Covid-19.

Mengapa varian Omicron menyebabkan kekhawatiran?

Para ilmuwan khawatir karena dua alasan utama. Salah satunya adalah berkaitan dengan kecepatan penyebaran varian Omicron. Menurut Dr Ulrich Elling, salah seorang ahli biologi malekular dari Institute of Molecular Biotechnology, Vienna menyebutkan bahwa varian baru Omicron ini kemungkinan 500 persen atau 5 kali lebih menular dibandingkan dengan varian-varian lainnya. 

Alasan lainnya adalah varian Omicron memiliki profil genetik yang luar biasa. Menurut Jeffrey Barrett, direktur Covid-19 Genomics Initiative dari Wellcome Sanger Institute, profil genetik varian Omicron ini disebut sebagai unprecedented sample karena profil mutasinya belum pernah terjadi sebelumnya dan berbeda jauh dengan keempat variants of concern sebelumnya, yaitu varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.  

Selain itu, yang lebih mengkhawatirkan lagi, adanya 15 mutasi gen yang berada di receptor-binding domain atau domain pengikatan reseptor, yang bertindak seperti “kail pengait” bagi virus Sars-Cov-2 untuk memasuki sel manusia.  

Mutasi inilah yang membantu virus menghindari pertahanan kekebalan tubuh yang diperoleh setelah vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Sebagai perbandingan, varian Delta yang mendominasi pandemi Covid-19 di seluruh dunia, hanya memiliki tiga mutasi pada gen receptor-binding domain ini.

Walaupun varian Omicron pertama kali terdeteksi dalam sampel dari Botswana dan Afrika Selatan, namun tidak ada yang tahu pasti dari mana sebetulnya asalnya dan bagaimana varian Omicron ini dapat bermutasi sedemikian masifnya. Karena fenomena ini belum pernah ditemui pada galur lainnya. Adapun dampak medis dari varian Omicron ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. 

Kekhawatiran terhadap penularan varian Omicron ini telah membuat banyak negara memperketat aturan lalu lintas perbatasannya untuk membatasi penyebaran global varian baru tersebut. 

Hingga tanggal 30 November yang lalu, beberapa negara telah melaporkan adanya kasus varian Omicron, antara lain Australia, Austria, Belgia, Botswana, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Perancis, Portugal, Afrika Selatan, Spanyol, Inggris Raya dan Brazil, sebagaimana dilansir cnn.com tanggal 30 November 2021. 

Baca sambungan di halaman 2: Kenapa varian baru Omicron lebih cepat menular

Prof Dr Maksum Radji. 7 Pertanyan soal Varian Omicron, Ini Jawaban Ahli Mikrobiologi Molekular (Istimewa/PWMU.CO)

Kenapa varian baru Omicron lebih cepat menular

Sebetulnya masih memerlukan telaah lebih lanjut seberapa cepat penularan varian Omicron. Namun berdasarkan fakta yang ditemukan berdasarkan tingginya mutasi yang ditemukan di gen tanduk (spike) protein varian Omicron ada 32, adalah 4 kali lipat daripada mutasi pada gen yang sama di varian delta yaitu hanya 8, sehingga diperkirakan penularannya akan jauh lebih cepat dari varian Delta. 

Padahal varian Delta ini mudah ditularkan, bahkan dapat ditularkan ketika berpapasan. Hal ini membuat penularan infeksi virus Corona SARS-CoV-2 varian Omicron kemungkinan lebih cepat sekitar empat kali lipat dibandingkan dengan infeksi penularan varian Delta. 

Varian baru Omicron ini diperkirakan sekitar lima kali lipat lebih cepat penularannya dibandingkan virus aslinya yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Walaupun demikian seberapa cepat penularannya masih memerlukan studi lebih lanjut. 

Masih banyak hal yang perlu dipelajari tentang sifat dari varian baru Omicron ini, termasuk tingkat keparahan penyakit yang ditimbukannya. Meskipun dari beberapa laporan disebutkan bahwa gejala yang ditimbulkan oleh infeksi varian Omicron ini relatif lebih ringan daripada gejala klinis varian lainnya. 

Bagaimana varian Omicron ini bisa bermutasi sedemikian tinggi?

Virus bereproduksi dengan cara menggandakan atau memperbanyak diri menggunakan mesin genetik sel inangnya. Namun proses ini tak selalu sempurna, sehingga kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dalam replikasi materi genetik (genome) virus yang menyebabkan perubahan pada materi genetiknya. 

Mutasi ini merupakan cara virus beradaptasi dan memperbanyak diri dalam sel inangnya. Sebenarnya mutasi yang terjadi dapat berdampak positif dan negatif bagi virus itu sendiri. Artinya mutasi dapat menyebabkan virus tersebut lebih kuat namun sebagian besar mutasi juga dapat menyebabkan kematian pada virus. Hanya sekitar 4 persen mutasi yang berkembang menjadi lebih virulen. 

Semakin lama virus penyebab Covid-19 beredar dan berkembang di dalam tubuh inangnya semakin besar pula peluang terjadinya mutasi. Oleh sebab itulah penting sekali untuk menekan angka infeksi. Vaksin Covid-19 membantu kita memangkas transmisi virus, dan melindungi agar seseorang yang terinfeksi tidak mengalami sakit yang parah dan mengurangi angka rawat di rumah sakit. 

Mengenai tingginya angka mutasi yang terjadi pada varian Omicron, beberapa ahli mengatakan, varian ini  mungkin saja berasal dari seorang pasien yang sistem kekebalannya tak bisa menghilangkan infeksi Covid secara cepat, antara lain karena pasien juga mengidap infeksi HIV/AIDS. Sehingga memberi lebih banyak waktu bagi virus untuk memodifikasi materi genetiknya sedemikian rupa dan menimbulkan terjadi banyak sekali mutasinya. 

Apakah vaksin yang tersedia masih akan efektif?

Mengingat banyaknya mutasi pada protein tanduk (spike) varian Omicron ini, diperkirakan bahwa vaksin-vaksin yang saat ini tersedia kemungkinan kurang efektif dalam menghadapi varian baru. Namun bukan berarti vaksin-vaksin ini tak memberikan perlindungan. 

Perlu diingat bahwa vaksin-vaksin yang saat ini digunakan masih efektif memberi perlindungan terhadap varian SARS-COV-2 lainnya termasuk varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk mendapatkan dosis vaksin lengkap agar mendapatkan perlindungan maksimal dari varian-varian yang beredar. 

Program vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan dapat menurunkan keparahan penyakit dan tingkat perawatan di rumah sakit. Angka kematian dan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit saat ini lebih rendah dibandingkan pada gelombang sebelumnya karena kesuksesan program vaksinasi. Walaupun demikian seberapa jauh efektifitas vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan masih memerlukan telaah lebih lanjut.

Baca sambungan di halaman 3: Perlukah dibuat platform vaksin Covid-19 baru?

Prof Maksum Radji. 7 Pertanyan soal Varian Omicron, Ini Jawaban Ahli Mikrobiologi Molekular (Istmewa/PWMU.CO)

Perlukah dibuat platform vaksin Covid-19 baru?

Dampak varian Omicron pada vaksin yang ada belum diketahui secara pasti. Namun para ilmuwan sudah memikirkan jika sekiranya nanti terbukti bahwa vaksin yang saat ini beredar kurang efektif terhadap varian baru, kemungkinan akan dilakukan penyesuaian platform baru sebagai vaksin penguat atau booster. Secara teoritis, vaksin dengan platform mRNA lebih cepat dimodifikasi daripada vaksin konvensional. 

Perubahan pada struktur asam nukleat dari vaksin mRNA yang digunakan untuk mem-blok protein spike virus agar tidak terikat pada reseptor ACE2 pada sel manusia, dapat dilakukan dalam beberapa hari di lab yang tepat. 

Namun demikian, sekalipun bahan baku vaksin generasi baru ini dapat dibuat dengan cepat di laboratoriun, perubahan sekecil apapun dari palatform vaksin aslinya, memerlukan serangkaian uji klinik sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk memastikan bahwa vaksin itu aman. 

Oleh karena itu, upaya untuk membuat vaksin Covid-19 modifikasi ini memerlukan waktu yang cukup lama, paling tidak dalam beberapa bulan ke depan. 

Bagaimana upaya menghentikan varian baru Omicron 

Virus dan varian-variannya tidak mengenal batas negara. Belajar dari kasus varian Omicron di Hong Kong dan Israel di mana berdasarkan pelacakannya berasal dari Afrika Selatan, penyebaran varian baru dapat diperlambat dengan cara menghentikan sementara penerbangan ke dan dari bagian negara di mana varian Omicron ini terdeteksi. Beberpa negara termasuk Indonesia juga telah menangguhkan sementara perjalanan dari Afrika Selatan dan negara lainnya.  

Pembatasan perjalanan ini dapat membantu memperlambat penyebaran varian Omicron. Tetapi mengingat kasus pertama di Botswana telah terdeteksi pada pertengahan November, dan pembatasan penerbangan baru mulai diberlakukan, kemungkinan varian Omicron ini telah menyebar ke beberapa negara lainnya di dunia.

Meskipun kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini di Indonesia dapat dikendalikan, namun kita tidak boleh abai, karena pandemi Covid-19 belum usai. Oleh sebab, Indonesia juga perlu memiliki kebijakan pembatasan pada pintu masuk negara. 

Selain itu, guna mengantisipasi masuknya varian Omicron ini Pemerintah perlu meningkatkan whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi adanya varian Omicron di dalam negeri, serta memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman. 

Penerapan protokol kesehatan ketat juga harus terus dilakukan terlebih dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki periode Natal dan tahun baru. Dimana aktivitas masyarakat berpotensi meningkat yang juga meningkatkan potensi penularan. Demikian pula upaya peningkatkan testing dan tracing perlu terus dilakukan.

Kabar baiknya adalah bahwa selama ini kita telah melakukan persiapan dan memiliki pengalaman yang baik dalam menanggulangi wabah Covid-19 ini, baik melalui percepatan program vaksinasi, maupun melalui pembatasan pergerakan masyarakat yang terarah, sehingga InsyaAllah dalam menghadapi varian Omicron ini kita tidak perlu panik namun tetap harus waspada. 

Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi kita semua, dan semoga kita tetap dapat mengendalian wabah Covid-19 ini. Amin. (*) 

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version