Ciri Islam Berkemajuan Versi Prof Syafiq Mughni, laporan kontributor PWMU.CO Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sebelum resmi membuka Opening Ceremony Muhammadiyah Education (ME) Awards 2021 Special Edition, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Syafiq A Mughni MA PhD: memaparkan ciri Islam berkemajuan, Sabtu (11/12/2021).
Dalam kesempatan itu, Syafiq Mughni mengungkap salah satu harapannya ke depan. “Bagaimana kita membuat Muhammadiyah sebagai organisasi yang maju, dalam arti state of dynamic (terus-menerus menjadi maju), bukan state of being (maju stagnan),” terangnya.
Dia mengatakan, orang bisa menyatakan Muhammadiyah organisasi yang maju. “Tapi kalau itu kita pandang sebagai state of being, maka kita puas dengan kemajuan yang ada, tapi kalau kita anggap sebagia state of dynamic, maka Muhammadiyah itu menjadi maju, menjadi maju!” tuturnya.
Itulah, lanjutnya, mengapa Muhammadiyah memilih diksi “Islam Berkemajuan” bukan “Islam yang Maju”. “Dalam kerangka ini, lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah punya beban untuk ikut mempromosikan, mensyiarkan, menyosialisasikan Islam Berkemajuan!” ungkapnya lewat Zoom.
Ciri islam Berkemajuan
Prof Syafiq lantas mengungkap ciri Islam berkemajuan. Pertama, menamkan tauhid dengan cara lebih ssntun, humanis, dan persuasif. “Kita menanamkan tauhid itu ke dalam jiwa anak didik kita!”
“Tauhid adalah sesuatu yang sangat fundamental bagi Islam dan Muhammadiyah yang mau tidak mau itu harus kita sosialisasikan ke masyarakat luas dan kita internalisasikan ke dalam dunia pendidikan kita!” tegasnya.
Kedua, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pemahaman Islam. “Tentu dengan pemahaman yang lebih independen, tidak terikat oleh mazhab apapun yang pernah lahir dalam sejarah Islam,” ungkap Ketua PWM Jawa Timur periode 2005-2010 ini.
Dia menekankan, mazhab-mazhab itu sangat penting menjadi kekayaan kita semua tapi kita tidak boleh tersandera oleh mazhab-mazhab yang ada. “Kita bisa memahaminya secara independen untuk berinteraksi langsung dengan al-Quranulkariim!” tuturnya.
Selain itu, Syafiq menekankan perlu memahami al-Quran dan sunnah Nabi secara komprehensif, tidak terpecah-pecah. Dia mencontohkan, “Hanya mengambil satu ayat tapi melupakan ayat yang lain, tidak hanya berorientasi pada al-Quran saja tanpa sunnah Nabi.”
Baca sambungan di halaman 2: Menggunakan Ilmu Pengetahuan