PWMU.CO – Dalam hitungan hari, tahun 2016 segera berakhir. Berganti dengan tahun baru 2017. Sayangnya, fenomena pergantian tahun itu sering terhenti pada sesuatu yang bersifat lahiriyah. Karena itu, penyambutannya pun berunsur bendawi. Sekadar pesta-pesta untuk kepuasan lahiriyah–yang terkadang malah menjauhkan diri dari nilai-nilai keadaban.
Untuk memberi makna yang lebih dalam atas peristiwa pergantian tahun miladiyah itu, pwmu.co mewawancari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Dr M Saad Ibrahim MA, Rabu (28/12) malam.
(Baca opini: Jelang Pergantian Tahun Baru Masehi: Hantu Degradasi Moral dan Pola Hidup Boros)
Menurut dosen Ilmu Usul Fikih UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu, kesadaran tentang pergantian waktu, merupakan bagian penting religiusitas keislaman seseorang. “Tidak saja pergantian tahun. Bahkan pergantian siang dan malam pun merupakan pertanda yang menuntut lahirnya kesadaran transendental, yaitu sampainya dimensi ruh ke haribaan Ilahi,” tuturnya.
(Baca opini: Setan pun Butuh Liburan, Refleksi Kiprah Kebangsaan Muhammadiyah di Tahun 2016 dan Menunggu Jamaah Muhammadiyah di Bursa Efek Indonesia)
Dalam kesadaran itu, kata Saad, manusia juga melihat eksistensi masa lampaunya, untuk menata kekinian diri dan membuat proyeksi hari esok yang lebih baik. “Inilah saya, inilah Anda, inilah kita. Umat, bangsa, dan mestinya manusia seluruhnya,” ujar Saad.
Kepada warga Muhammadiyah, Saad berpesan agar melalui Persyarikatan dan Gerakan Muhammadiyah, masa depan yang menjanjikan harus diraih. “Kita gapai pertolongan Allah untuk kemenangan yang semakin dekat. Maka wahai mereka yang beriman, kabar gembira untuk kalian!” pesannya menutup percakapan.(MN)