Pembelajaran Diferensiasi ibarat Kompor Gas, Begini Cara Memulainya, oleh Khusnul Khotimah dan Basirun, kontributor PWMU.CO dari SD Musix.
PWMU.CO – Ada analogi menarik tentang metode pembelajaran diferensiasi dalam Kurikulum Prototipe. Pembelajaran masa lalu dengan masa kini ibarat kompor minyak tanah dan kompor gas.
Hal itu mengemuka dalam Workshop Quranic Project Based Learning yang diadakan SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya (SD Musix) di ruang Akuarium Quran, Rabu-Kamis (29-30/12/2021).
Pelatihan yang diikuti oleh 27 peserta itu menghadirkan narasumber Dr Dwi Ilham Rahadjo MPd, Widyaiswara Ahli Madya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur.
Mulanya, Ilham menanyakan perbedaan sistem itu pada peserta. Lalu Chatarina Lestari menjawabnya detail perbedaan itu.
“Untuk menyalakan kompor minyak tanah membutuhkan alat kawat bersumbu yang disulut dengan korek kemudian dinyunyukkan (disulutkan) ke sumbu kompor. Sedangkan pada kompor gas cukup ‘diceklek’,” jawabnya.
Ilham kemudian menerangkan, zaman kompor minyak tanah diibaratkan dengan soal-soal hafalan yang tidak ada stimulusnya. Adpun zaman kompor gas ini sudah harus dengan pembelajaran diferensiasi.
“Pembelajaran diferensiasi harus berakar dari pemenuhan kebutuhan belajar murid,” ujarnya.
Dan guru, sambungnya, harus siap dalam pembelajaran diferensiasi. Ibarat seorang ibu di rumah yang harus melayani anggota keluarganya dengan selera makan yang berbeda-beda.
“Jika ibu memasak satu jenis makanan yang disukai salah satu anggota keluarganya saja, maka yang berselera makan hanya yang menyukainya sedang yang lain makanannya akan ‘diceh-ceh’,” kata ayah dua anak itu.
Menurutnya, seorang guru harus mengetahui kebutuhan belajar siswa dengan melaksanakan asesmen diagnostik. “Asesmen diagnostik dapat dilakukan secara kognitif dan nonkognitif,” ujarnya.
Dia menjelaskan, asesmen secara kognitif bertujuan mengidentifikasi tingkat penguasaan atau capaian kompetensi peserta didik. “Sedangkan asesmen nonkognitif untuk mengetahui perkembangan psikologi dan sosial emosi peserta didik yang mempengaruhi kesiapan belajar,” terangnya.
Ada 3 aspek kebutuhan belajar siswa, yaitu kesiapan belajar, minat siswa, dan profil belajar siswa. “Dengan demikian dalam rapor tidak ada nilai KKM (kriteria kompetensi kinimum).Dan penilaian untuk peserta didik berupa rubrik,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 2: Karakter Kurikulum Prototipe
Discussion about this post